Home > Sosok

Mengenal Pendiri Deep Seek, Liang Wenfeng

Saat berusia 17 tahun, ia diterima di Universitas Zhejiang, salah satu universitas bergengsi di Cina.
Pendiri Deep Seek, Liang Wenfeng. (X/@heyshrutimishra)
Pendiri Deep Seek, Liang Wenfeng. (X/@heyshrutimishra)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – AI baru besutan Cina, Deep Seek, menjadi sorotan dunia. Bahkan, kehadirannya sempat mengguncang saham Amerika.

Lalu, siapa pendiri AI canggih itu?

Sosok itu bernama Liang Wenfeng. Ia dilahirkan tahun 1985 di Provinsi Guangdong ujung selatan Tiongkok. Menurut Business Insider Liang Wenfeng mempelajari teknik informasi elektronik, dan berhasil memperoleh gelar master bidang teknik informasi dan komunikasi.

Liang Wenfeng, sosok di balik perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) asal itu menjadi pusat perhatian industri teknologi global. Dalam waktu singkat, ia bertransformasi dari figur tertutup menjadi tokoh utama dalam upaya Cina menghadapi pembatasan ekspor teknologi dari Amerika Serikat.

Dilansir Reuters pada Rabu (29/1/2025), Liang sebelumnya jarang muncul di hadapan publik. Namun, namanya mulai mencuat setelah ia mendapat undangan khusus berbicara dalam simposium tertutup yang dipimpin Perdana Menteri Cina, Li Qiang, pada 20 Januari 2025.

Perjalanannya bermula dari Silicon Valley ke Tokyo hingga Amsterdam telah mencapai tonggak sejarah, mengancam kepemimpinan AS dalam AI dan menempatkan China di garis paling depan yang kompetitif.

Menurut Bloombergtechnoz, Liang Wenfeng berbeda dengan kebanyakan orang di lingkungannya yang lebih tertarik dunia bisnis. Liang lebih menonjol di bidang akademik.

Saat berusia 17 tahun, ia diterima di Universitas Zhejiang, salah satu universitas bergengsi di Cina. Ia mengambil jurusan Teknik Elektronika dan Komunikasi.

Lalu, melanjutkan studi magister di bidang Teknik Informasi dan Komunikasi, yang tuntas tahun 2010.

Di tahun 2015, Liang mendirikan dana lindung nilai atau hedge fund kuantitatif yang menggunakan algoritma matematis dalam perdagangan saham, menggantikan analisis manusia.

Tangan dinginnya mampu membawa portofolio dana tersebut berkembang pesat hingga mencapai lebih dari 100 miliar yuan atau sekitar 13,79 miliar dolar AS, di penghujung 2021.

Tetapi pada April 2023, perusahaan itu mengumumkan pergeseran fokus dari dunia investasi ke eksplorasi kecerdasan buatan tingkat lanjut (Artificial General Intelligence/AGI).

Sebulan kemudian, DeepSeek resmi berdiri dengan misi utama mengembangkan AI yang mampu melampaui kemampuan manusia dalam pelbagai tugas bernilai ekonomi.

Di Mei 2023, Wenfeng meluncurkan DeepSec sebagai cabang High-Flyer, dan modelnya, V3, baru-baru ini menduduki puncak daftar aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di Amerika Serikat.

Perusahaan rintisan asal Cina, DeepSeek mengejutkan pasar teknologi kecerdasan artifisial dengan chatbot yang diklaim dibangun dengan biaya jauh lebih rendah dari teknologi yang dikembangan Amerika Serikat.

Perusahaan-perusahaan AS menggelontorkan miliaran dolar AS untuk membangun kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan Gemini. Hal ini memicu pertanyaan tentang miliaran dolar AS yang dihabiskan perusahaan AS untuk membangun pusat data yang haus energi. Perusahaan-perusahaan teknologi AS mengatakan pusat-pusat data itu diperlukan untuk membuka gelombang baru kecerdasan artifisial.

Kini yang menjadi pertanyaannya apakah kecerdasan artifisial rendah biaya ini juga dapat menggunakan energi lebih efisien? Jawabannya akan mempengaruhi isu perubahan iklim.

Teknologi kecerdasan buatan menggunakan banyak energi, yang saat ini masih berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batu bara yang mengakibatkan perubahan iklim. Perusahaan-perusahaan teknologi AS mengatakan kecerdasan artifisial meningkatkan penggunaan listrik, di mana seharusnya turun untuk mengatasi perubahan iklim.

"Ada mentalitas yang sangat bersemangat, terus maju dengan segala cara di bidang ini, mendorong investasi pada bahan bakar fosil, ini adalah kesempatan untuk mengerem," kata peneliti senior Energy Innovation Eric Gimon, Kamis (30/1/2025).

Para pakar mengatakan teknologi kecerdasan artifisial yang lebih efisien akan mengurangi dampaknya pada lingkungan. Bahkan meski penggunaan listrik tetap tinggi.

Klaim chatbot DeepSeek dibangun dengan biaya rendah ini mendorong aplikasi itu menjadi aplikasi kecerdasan artifisial yang paling banyak diunduh di iPhone pekan ini. Jauh melampaui ChatGPT dan Gemini.

DeepSeek bersaing dengan model-model kecerdasan buatan lainnya. Chatbot ini dapat menyusun kode program komputer, menyelesaikan soal matematika dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan beberapa langkah perencanaan. DeepSeek menarik perhatian atas kemampuannya menjelaskan alasan di balik jawabannya.

Republika

× Image