Home > Regional

PWI Laskar Sabilillah Balikpapan Ajak Umat Teladani Akhlak Wali Songo

Selain itu, juga bergerak bersama dalam upaya menyelamatkan sejarah Nusantara.
Pengurus PWI Laskar Sabilillah Balikpapan, Gus Man, kedua dari kiri. 
Pengurus PWI Laskar Sabilillah Balikpapan, Gus Man, kedua dari kiri.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Gerakan Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah Balikpapan mengajak umat Muslim untuk meneladani akhlak dan segala warisan keilmuan Wali Songo.

Ajakan itu disampaikan salah satu Pengurus PWI Laskar Balikpapan Gus Man, usai Istighosah bersama di kediamannya. Kilo 5, Balikpapan Utara, Rabu (12/2/2025) malam.

“Terutama mengingat kembali perjuangan para Wali Songo, yang berdakwah dengan kelembutan, memanusiakan manusia dan berhasil mengislamkan Nusantara,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Istighosah dilakukan untuk memohon doa atas keamanan dan kedamaian di Indonesia, untuk menyatukan hati umat Muslim. “Sekaligus menyatukan frekuensi dalam gerak bersama meneladani perjuangan Wali Songo,” imbuh Gus Man.

PWI Laskar Sabilillah juga mengingatkan umat Muslim khususnya warga Nahdliyyin di kota ini bisa terus bersatu dalam frekuensi menyerap perjuangan Wali Songo. Tak terkecuali berupaya menyelamatkan sejarah Nusantara.

"Saatnya kita berupaya mempraktikan, dan meneladani perjuangan Wali Songo dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya. Saat ini, organisasi Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah Balikpapan tengah merekrut banyak anggota, khususnya dari Nahdliyyin.

"Alhamdulillah sudah banyak sekali yang mau bergabung," jelasnya.

Gus Man juga mewanti-wanti, saat ini ada potensi gerakan yang mau berbenturan dengan nasionalisme dan Konstitusi UUD 1945. Termasuk melakukan upaya pembelokan sejarah Nusantara.

Untuk itu, Laskar Sabilillah perlu melakukan upaya-upaya komprehensif untuk menyelamatkan sejarah Nusantara dan mengawal para Kiai pribumi.

"Sudah ada yang mengusik dari oknum radikal, yang mengkhawatirkan kami semua. Kehancuran bangsa ini akibat doktrin doktrin yang tidak benar,” tuturnya.

Ia mengaku prihatin dengan ancaman disintegrasi bangsa dari riak-riak gerakan radikal yang berpotensi mengancam persatuan NKRI.

Sebagai informasi, PWI Laskar Sabilillah baru dibentuk setahun silam. Pembentukan dilakukan karena merasa prihatin dengan adanya upaya pembelokan sejarah dan pecah belah bangsa.

Musyawarah Kerja Nasional ke-1 Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah dilakukan di Kota Bekasi, pada Kamis (7/3/2024) silam. Di Mukernas 1 DPP PWI LS merumuskan program kerja jangka pendek, menengah dan jangka panjang dari 10 divisi.

Yakni, Divisi Pendidikan dan Dakwah, Situs, sejarah dan silsilah, Organisasi dan kaderisasi, Bantuan hukum.

Ada pula Divisi Pemberdayaan ekonomi masyarakat, Humas walisongo, Seni dan budaya, Media informasi dan digitalisasi, Pemberdayaan perempuan, Laskar sabilillah.

Menjejak Dakwah Wali Songo

Di sepanjang sejarah Islam di Indonesia, Wali Songo dikenal sebagai Sembilan Wali yang berkontribusi besar dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa dan sekitarnya. Mereka menyebarkan dakwah ke seluruh Jawa dan tetap mengabdi sampai nafas terakhir.

Metode dakwahnya dilakukan dengan kelembutan, tak mengusik budaya setempat dan memprioritaskan praktik memanusiakan manusia.

Setiap Walisongo memiliki pendekatan dakwah unik. Misalnya berkaitan dengan pendidikan, tradisi, dan bahkan seni. Strategi Walisongo berhasil membuat masyarakat secara bertahap menerima agama Islam dan belajar tentang Islam dari Wali Songo.

Banyak masyarakat terdahulu, akhirnya memilih masuk Islam lantaran kelembutan para Wali, yang dipraktikan Wali Songo. Disarikan dari beragam sumber, berikut ini jejak singkat Wali Songo:

1. Sunan Gresik

Nama kecilnya Maulana Malik Ibrahim, yang dikenal dengan Sunan Gresik. Bermukim di Gresik untuk menyebarkan dakwah sampai akhir hayatnya 12 Rabiul awwal 822 H. Atau bertepatan 8 April 1419 M, dimakamkan di desa Gapura kota Gresik.

Sunan Gresik dikenal juga sebagai ahli tata negara yang menjadi penasehat raja, guru para pangeran, dan juga dermawan terhadap fakir miskin. Dari silsilahnya, Sunan Gresik termasuk keturunan ke-22 dari Rasulullah, melalui jalur Sayyidatina Siti Fatimah yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib.

Dari nasab sesama Wali Songo, Sunan Gresik termasuk ayah dari Sunan Ampel. Selain itu, juga kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat.

2. Sunan Ampel

Sunan Ampel nama aslinya Raden Rahmat, lahir di Kerajaan Champa, Vietnam. Dikenal sebagai Sunan Ampel, putra cucu Raja Champa, yang nasabnya dari seorang ayah bernama Ibrahim As-Samarkandi. Sykeh Ibrahim menikah dengan Puteri Raja Champa bernama Dewi Candra Wulan.

Raden Rahmat ke tanah Jawa langsung ke Majapahit, karena bibinya Dewi Dwara Wati diperistri Raja Brawijaya. Beliau tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa Timur. Sunan Ampel juga termasuk sunan pertama di Demak dan pemimpin asli Wali Songo.

3. Sunan Bonang

Jalur nasabnya Makhdum Ibrahim alias Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dari istri bernama Dewi Candrawati. Tersohor sebagai ahli Ilmu Kalam dan Ilmu Tauhid. Sunan Bonang meninggal tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, daerah pesisir utara Jawa yang menjadi basis perjuangan dakwahnya.

4. Sunan Drajat

Raden Qasim alias Sunan Drajat, juga putra dari Sunan Ampel yang dikenal sebagai Sunan Drajat. Misinya menyebarkan agama Islam di Indonesia dengan menggunakan kegiatan sosial. Sasaran dakwah di daerah Drajad kecamatan Paciran Lamongan.

Sunan Drajat tercatat dalam sejarah sebagai pelopor penyantunan anak-anak yatim dan orang-orang sakit di masanya. Sunan Drajat mengutamakan kedermawanan, kerja keras dan meningkatkan kemakmuran rakyat sebagai teladan amaliah umat.

5. Sunan Kudus

Nama aslinya, bernama Ja’far Shadiq atau Raden Undung. Dikenal sebagai Sunan Kudus karena memilih Kudus sebagai tempat berdakwah hingga bertahun-tahun. Nasabnya adalah putra Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah.

Sunan Kudus dikenal juga wali al-ilmi, karena sangat menguasai ilmu-ilmu agama, terutama tafsir, fikih, usul fikih, tauhid, hadits, serta logika. Sunan Kudus punya toleransi antar agama yang sangat tinggi. Metode dakwahnya dengan mendekatkan agama Hindu Budha ke Islam. Sunan Kudus wafat di Kudus pada tahun 1550, makamnya ada di dalam kompleks Masjid Menara Kudus.

6. Sunan Giri

Sunan Giri punya nama asli Raden ’Ainul Yaqin, yakni putra dari Syekh Maulana Ishaq atau murid Sunan Ampel. Dikenal juga dengan nama Raden Paku. Beliau ditugsakan oleh Sunan Ampel menyiarkan agama Islam di Blambangan. Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta lalu setelah dewasa, melalukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang.

7. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga mempunyai nama asli Raden Sahid, yang juga dijuluki Syekh Malaya. Nasabnya, anak dari adipati Tuban Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ilmu agamanya diperoleh dari Sunan Bonang. Dari Sunan Bonang belajar ilmu kesenian dan kebudayaan sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam.

Kesenian yang kerap ia gunakan berdakwah adalah wayang kulit dan tembang suluk. Banyak masyarakat yang memercayai tembak suluk Lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul sebagai hasil karya Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga meninggal pertengahan abad XV, makamnya di desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Jateng.

8. Sunan Muria

Raden Umar Said atau Sunan Muria, putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Namanya, Muria, diperkirakan masyarakat sekitar Kota Kudus berasal dari nama gunung, yakni Gunung Muria. Gunung Muria itulah tempat Sunan Muria dimakamkan. Dikenal sebagai Sunan Muria karena pusat dakwah dan bermukim beliau di Bukit Muria. Dalam sejarah tidak diketahui persis tahun wafatnya. Diperkirakan meninggal pada abad ke-16 dan dimakamkan di Bukit Muria, Kudus.

Gaya dakwah Sunan Muria pada umumnya mengambil metode yang digunakan ayahnya, Sunan Kalijaga, yakni menggunakan kesenian. Selain itu turut mengajarkan bercocok tanam, jual beli dan melaut kepada rakyat jelata.

9. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati, nama aslinya Syarif Hidayatullah. Beliau banyak memberi kontribusi menyebarkan Islam di Jawa Barat. Sunan Gunung Jati dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten.

Sunan Gunung Jati pendiri dinasti kesultanan Banten yang dimulai dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin. Di tahun 1527, Sunan Gunung Jati menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang Kesultanan Demak, Fatahillah.

Dikenal sebagai sosok yang cerdas dan tekun menuntut ilmu. Karena kesungguhannya, ia diizinkan ibunya menuntut ilmu ke Makkah. Di sana, berguru ke Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Lalu pindah ke Mesir dan berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Di sana, Sunan Gunung Jati belajar tasawuf tarekat syadziliyah.

Yan Andri

× Image