Netanyahu Ngotot Perang Lagi, Kekuatan Tentara Zionis Turun Drastis

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Turki berharap Rusia dan Cina, dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB, memainkan perannya menekan Israel agar menuntaskan masalah di Jalur Gaza.
Hal itu menyusul kerasnya ambisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menimbulkan kekhawatiran peperangan dapat kembali terjadi. Apalagi kesepakatan gencatan senjata baru saja rampung di tahap fase pertama.
“Ada kekhawatiran (pemimpin otoritas Israel) Benjamin Netanyahu akan memulai kembali perang di Gaza setelah ia memulangkan seluruh sandera (Israel),” ujar Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan dalam wawancara bersama televisi Al Jazeera Arabic, Rabu (27/2/2025).
Ia meminta isu tersebut harus segera ditangani karena ancaman yang muncul jika peperangan terjadi lagi akan berdampak sangat besar bagi kawasan Timur Tengah. Karena itulah, Menlu Turki mendesak komunitas internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB, agar bertindak dan menekan Israel supaya pertempuran tidak kembali terjadi.
Pada Rabu (26/2/2025), harian The Wall Street Journal melaporkan Hamas telah bersiaga menghadapi kemungkinan terjadinya peperangan kembali di Jalur Gaza. Ini menyusul isu-isu dalam negosiasi gencatan senjata dengan Israel.
Hamas dilaporkan tengah menghimpun kembali kekuatan militernya, menunjuk komandan militer baru, dan merancang rencana mobilisasi.
Di tengah ngototnya Netanyahu untuk memantik genosida berkecamuk kembali, kekuatan pasukan Zionis Israel telah menurun drastis. Lilach Shoval, koresponden urusan militer Israel Hayom, mengatakan bahwa Kepala Staf mengkonfirmasi angkatan darat kekurangan 10 ribu tentara dan kekurangan itu akan dikurangi menjadi 3.000 ketika masa wajib militer diperpanjang dari 32 menjadi 36 bulan.
Selain itu, sedikitnya 846 tentara Zionis telah terbunuh dan lebih dari 13 ribu lainnya terluka, serta terluka secara psikologis. Shoval mengatakan hal ini adalah skandal menurut standar apa pun, dan menekankan tidak dapat dihindari merekrut Haredim dan tak ada ruang untuk hal seperti itu dalam masalah keamanan.
Koresponden urusan militer Channel 13, Or Heller, mengkonfirmasi instruksi telah dikeluarkan pada hari Selasa untuk meningkatkan kesiapan di perbatasan Gaza. Ia mengatakan beberapa brigade akan bergegas ke beberapa titik di Jalur Gaza jika perang berlanjut.
The New York Times melaporkan pada Kamis (16/1/2025) bahwa hari pertama gencatan senjata di Gaza menegaskan Hamas masih menguasai wilayah tersebut, terlepas dari kerugian yang dideritanya selama 15 bulan perang.
Kemunculan para pejuang Brigade Qassam atau petugas keamanan dengan seragam, senjata dan mobil mereka dalam sekejap mata mengejutkan Israel dan mengirimkan pesan, "Hamas masih menguasai Gaza meski pemimpin dan anggotanya terbunuh dan terowongan serta pabrik senjatanya telah dihancurkan," lapor surat kabar itu.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa'ar mengatakan kekuasaan Hamas menjadi ancaman bagi keamanan Israel, dan menekankan Tel Aviv tak menyetujui perjanjian gencatan senjata permanen yang membiarkan Hamas menguasai Gaza.
Republika