Mantan Prajurit AL Gabung Rusia: Yang Maling Duit Rakyat Dilindungin

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Sosok mantan prajurit Marinir TNI AL, Serda Satriya Arta Kumbara, kembali mencuat.
Mantan prajurit TNI yang kini menjadi tentara aktif Rusia itu menjadi perbincangan publik atas sarkasnya terhadap sistem yang dinilai melindungi koruptor.
Melalui video singkatnya di Channel Youtube ISDS Indonesia, Satriya mengomentari soal koruptor di negeri Konoha.
“Agak lain memang negara Konoha ini. Yang sibuk maling duit rakyat dilindungin. Yang nyari, yang rakyat nyari duit di luar dengan passion dan skill sendiri diributin," ungkap Satria, Jumat (16/5/2025).
Ia melanjutkan, "Gue begini karena sadar diri bukan circle-nya Reza Arab. Jadi ya nyari, nyari duit untuk keluarga ya seperti ini. Aneh emang, ban**at- ban**at yang maling duit rakyat pada aman-aman aja di dalam negeri," lanjutnya dengan mengenakan pakaian tempur.
Video itu kemudian menyebar viral di sejumlah plattform media sosial.
Satriya bukan orang sembarang. Ia bintara jebolan Marinir TNI AL.
Foto Satriya sebagai pemilik NRP 111026 saat tercatat sebagai personel TNI AL viral di jaga media sosial. Ia mengenakan pakaian dinas upacara (PDU) Marinir lengkap dengan baret ungu berfoto di depan Markas Kodikmar Surabaya.
Republika pernah melaporkan, Satriya terakhir berdinas di Inspektorat Korps Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan. Menukil laman Dilmil, ia disidangkan di Pengadilan Militer (Dilmil) II-08 Jakarta, lantaran absen dinas selama lebih 30 hari.
Menteri Hukum Supratman Andi Agtas menyampaikan, Serda Satriya sudah kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Hal itu karena yang bersangkutan menjadi tentara aktif Rusia.
Supratman menyebutkan, berdasarkan pengecekan pada sistem www.kewarganegaraan.ahu.go.id per 12 Mei 2025, Satria belum atau tidak mengajukan permohonan kehilangan Kewarganegaraan Indonesia. Namun, sesuai peraturan di Indonesia, status kewarganegaraannya dapat hilang.
Supratman berujar, status kewarganegaraan Satriya otomatis hilang sendirinya saat aktif menjadi pasukan tentara asing. Hal itu merujuk Pasal 31 huruf c dan d Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2007.
Banjir Dukungan Netizen
Meski begitu, banyak netizen yang memberi dukungan pada Satriya. Di YT ISDS Indonesia, video singkat sarkas Satriya terhadap koruptor dibanjiri ribuan komentar.
Kebanyakan memberi semangat dan dukungan moril untuknya. Semisal pendapat @aripsodir. Ia berujar, “Anda bukan penghianat, anda hanya bekerja untuk menafkahi keluarga."
Dukungan lain disampaikan @EwinSaga. Katanya, “Pengkhianat sesungguhnya itu pejabat/elit yg korup, anda adalah pejuang bagi keluarga tercinta ndan. Respect.”
@Kalawetmansan, ikut memberi pandangannya. Ia juga memberi semangat untuk Satriya. “Tetap semangat bang, meski kau bukan pejuang nasional tapi kau adalah pejuang keluarga. Allah selalu menjagamu.”
Pun dengan netizen yang mengunakan akun @echylechyl38. Ia menilai, “Ketika skilmu tidak dihargai dinegara sendiri , maka buktikan bahwa kau dihargai dinegara orang lanjutkan bang kami rakyat indonesia mendukungmu.”
Menukil Moscow Times, edisi 15 April 2025, peneliti senior di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan di Berlin, Janis Kluge menganalisa, perekrutan militer massal Rusia menjadi semakin mahal.
Sebab, perang di Ukraina telah berlangsung selama empat tahun. Rusia harus mengeluarkan sekitar 2 miliar rubel atau setara $22 juta per hari, untuk bonus pendaftaran bagi rekrutan baru.
Angka-angka itu, berdasarkan data resmi Kementerian Keuangan dan anggaran daerah. Menurut analisis Kluge, sekitar tiga perempat dari bonus pendaftaran bagi rekrutan militer atau sekitar 1,5 miliar rubel ($18,3 juta) per hari, ditanggung pemerintah daerah.
Tingkat perekrutan tetap konsisten sampai akhir 2024, dengan perkiraan 1.000 hingga 1.500 prajurit baru bergabung dengan militer Rusia setiap hari.
Rata-rata bonus satu kali yang ditawarkan kepada rekrutan di 37 wilayah Rusia saat ini mencapai sekitar 1,4 juta rubel atau sekitar $15.500.
Bukan Tentara Bayaran
Sebelumnya Republika juga mengangkat pengakuan Satriya, yang mengaku direkrut secara resmi. Ia bergabung menjadi tentara Rusia untuk berperang di garda terdepan melawan Ukraina.
"Saya bukan tentara bayaran, saya tentara organik di AD (Angkatan Darat) Rusia," kata Satriya memberi klarifikasi kepada Republika.co.id, Sabtu (10/5/2025).
Satriya mengaku, saat ini, sedang ditugaskan Rusia untuk berperang melawan Ukraina. "Saat ini, posisi saya di Ukraina dan sinyal susah. Semua diblok di sini, saya pakai VPN di sini, sinyal susah," ucap Satriya.
Menurutnya, perang masih berlangsung setiap hari di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia. Ia mengaku, bergabung dengan pasukan reguler Rusia, yang juga berasal dari rekrutmen berbagai negara.
"Susah sinyalnya di sini, roaming karena saya di wilayah Ukraina. Saya (berperang) bersama warga negara China, Kamerun, Ghana, dan Kolombia," ujar Satriya.
Rudi Agung