Konser Perayaan, Aisyah Zaura Bawakan Lagu tentang Fenomena Fatherless

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Fenomena fatherless di Indonesia merujuk situasi ketika anak-anak tidak mendapat peran ayah yang memadai di kehidupan mereka.
Meski ayah secara fisik ada, tapi anak kurang mendapat sentuhan emosional dan dukungan dari ayah.
Dalam Konser Perayaan untuk memeriahkan HUT Kodam VI/Mulawarman 2025, penyanyi cilik Kaltim Aisyah Zaura membawakan lima lagu. Salah satunya lagu tentang fenomena fatherless di Indonesia.
Aisyah tampil dalam rangkaian HUT Kodam, sebelum penampilan puncak dari grup Band Rif dan Tipe-X, di Stadion Sudirman Balikpapan, beberapa waktu lalu.
Pencipta lagu kondang asal Kaltim, Revie Ryo, menyampaikan ia mengaku prihatin dengan kondisi fatherless di Indonesia. Ia kemudian menukil data UNICEF 2021, sekitar 20,9 persen anak Indonesia kehilangan peran dan kehadiran ayah dalam keseharian mereka.
“Aku buat lagu ini untuk menyampaikan pesan keprihatinan soal ketiadaaan peran ayah bagi anaknya, meski ayahnya tidak meninggal. Lagu ini sangat pas dinyanyikan Aisyah Zaura untuk melengkapi album singlenya,” ujar Rio, mengisahkan inspirasi lagu bertajuk: Rintihan Rindu, Selasa (22/7/2025).
Ayah dari Aisyah Zaura, Febri Setiawan, mengamini lagu ciptaan Rio membawa pesan mendalam tentang ketiadaan seorang ayah di dalam sebuah keluarga.
“Lagunya menceritakan sosok ayah yang ada namun tiada. Kerinduan anak yang ingin mendapatkan kedamaian dan kehangatan sosok ayah disampingnya. Ini kisah nyata dari kacamata Aisyah di lingkungan sekitarnya,” ujar Febri.
Adapun petikan lagu Rintihan Rindu, itu:
Ayah ku rindukan, belaian hangatmu
Di saat ku terjatuh
Ayah ku rindukan, belaian hangatmu
Di saat ku terjatuh
Ayah ku impikan, ku bisa bermanja
Bercerita tentang segala perihku di dunia
Ayah
Fenomena fatherless di Indonesia memang menjadi salah satu isu sosial yang kian mengkhawatirkan. Fenomena ini membawa berbagai dampak serius bagi perkembangan anak, baik secara psikologis maupun emosional.
Menurut data BPS (2021), hanya 37,17 persen anak usia 0-5 tahun yang diasuh secara penuh oleh kedua orang tua, baik ibu maupun ayah.
Fenomena fatherless di Indonesia membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak.
Sekaligus dukungan terhadap peran pengasuhan ayah harus ditingkatkan agar anak-anak bisa tumbuh dengan sehat baik secara fisik, psikis, maupun emosional.
Peran keluarga, terutama sosok ayah, sangat dibutuhkan demi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas. Karena itu, upaya membangun kesadaran akan pentingnya pengasuhan ayah menjadi langkah mendesak yang harus segera diwujudkan.
“Mudah-mudahan lewat lagu Rintihan Rindu, Aisyah Zaura bisa ikut mengetuk hati para ayah. Betapa pentingnya sosok ayah bagi perkembangan anak-anaknya,” imbuh Febri.
Aisyah Zaura Azarine, salah satu talent indi dari MBC Entertainment lahir di Balikpapan 22 Desember 014. Putri bungsu dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Febri Setiawan dan Sri Wahyu Ningdyah.
Dalam album singlenya, Aisyah sudah punya enam lagu yang semuanya diciptakan pencipta lagu Revie Ryo. Lewat Rumah Kuning Balikpapan Entertainment, ia sudah menuntaskan proses rekaman.
Enam lagu itu: Titian Surga (ibu), Rintihan Rindu (ayah), Hujan dan Aku, Senandung Masa Kecil, Nyanyian Sore, dan Sahabat.
Aisyah Zaura mengaku awalnya gugup saat membawakan lagu di konser perdananya. Apalagi konser itu, juga mendatangkan band ternama ibu kota.
Meski begitu, ia gembira karena akhirnya penampilannya sukses dan mendapat banyak apresiasi dari berbagai pihak. Sejak kecil, ia mengaku memang hobi bernyanyi.
Namun, ia tak suka lagu-lagu dewasa. “Aku suka lagu anak-anak,” ujar Aisyah. Ia aktif dalam pelbagai lomba nyanyi sejak masih di bangku TK. Di rumah, katanya, ia pun kerap mendedangkan suara emasnya.
Aisyah kerap membagikan aktivitas kesehariannya melalui akun Instragram pribadinya: @aisyah_zaura.
Aisyah bercerita, untuk menghafalkan lagu-lagu baru, ia punya cara sendiri. Yakni, mendengar berulang-ulang, menyanyikan sepotong, kemudian dibantu ibunya.
“Pertama dengerin berulang, terus Mama nulisin bait syairnya untuk karoke. Dari situ aku cepet hafal lagu dan nadanya,” tutur Aisyah.
Aisyah menambahkan, ia punya pelatih khusus yang membimbingnya dalam segala hal untuk menunjang cita-citanya. Tak hanya memperbagus suara dan nada, tapi juga melatih pernafasan dan lainnya.
“Setiap hari aku harus ngemil kencur supaya suaranya bersih,” imbuhnya.
Cemilan yang terbilang jarang bagi siswi kelas 4 SD seusianya itu, tetap dinikmati Aisyah. Katanya, kencur sudah menjadi salah satu menu cemilannya saban hari.
Konser Perayaan itu menampilkan Rif band. Grup band rock asal Bandung, Indonesia. Band ini dibentuk tahun 1992 dengan nama Badai Band, kemudian berganti nama menjadi R.I.F (Rhythm In Freedom) pada tahun 1993, dan akhirnya menjadi /rif tahun 1995.
Selain /rif, ada pula Tipe-X. Saat ini, Tipe-X bisa dibilang satu-satunya grup band beraliran SKA yang mampu bertahan di belantika musik Indonesia. Nama awal band ini sebenarnya Head Master.
Setelah itu, mereka mengubah menjadi Tipe-X. Berdiri September tahun 1995. Di tahun 1999, meluncurkan album perdana bertajuk SKA Phobia, lewat dua tembang lagu hitsnya: Genit dan Angan.
Rudi Agung