Home > Sosok

Ir Sutami: Menteri Termiskin yang Kurang Gizi, Rumah Nyicil Atapnya Bocor

Beliau mengabdi di dua masa presiden berbeda, yakni zaman pak Soekarno dan era pak Soeharto.
Ir. Sutami, menteri termiskin di Indonesia. (PUPR)
Ir. Sutami, menteri termiskin di Indonesia. (PUPR)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Memasuki bulan Kemerdekaan, Indonesia mengalami banyak sekali perubahan. Bukan saja soal kemajuan negeri ini, tapi juga soal karakter pejabatnya.

Momentum bulan Kemerdekaan, patut jadi refleksi bagi seluruh bangsa ini. Semisal mengenang kembali karakter dan kehidupan menteri-menteri terdahulu. Insinyur Sutami, misalnya.

Nama tokoh ini, bisa jadi agak asing di telinga, faktanya punya sejarah yang begitu ciamik untuk selalu dikenang dan diteladani.

Beliau adalah menteri sederhana di balik berbagai mega proyek Indonesia. Kepribadiannya patut menjadi teladan bagi semua, anak-anak bangsa.

Ir. Sutami menjadi menteri PUPR sejak 1964 hingga 1978. Beliau mengabdi di dua masa presiden berbeda, yakni zaman pak Soekarno dan era pak Soeharto.

Ir. Sutami tidak hanya dikenal karya monumentalnya, tapi juga kehidupannya yang sangat sederhana. Bahkan, ia mendapat julukan: menteri termiskin di Indonesia.

Sutami tercatat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik era Soekarno sampai Soeharto. Kesederhanaan dan kejujurannya saat menjalankan tanggung jawab sebagai menteri, amat mashyur.

Sekitar 14 tahun beliau mengabdi sebagai menteri. Tapi sepanjang itu, tak membuatnya lupa diri. Ia bukan kader partai manapun, tapi berasal dari kalangan profesional yang memang ahli di bidangnya.

Sutami menjadi menteri untuk mengabdi pada bangsa ini. Bukan menimbun fasilitas, apalagi memperkaya diri dan kelompoknya. Bukan pula untuk mendirikan partai baru atau merebut posisi ketua partai.

Alih-alih begitu, untuk rumahnya saja, dibeli dengan mencicil. Beberapa sumber menyebutkan rumah itu baru lunas setelah beliau pensiun sebagai menteri.

Rumah yang amat sederhana miliknya, berada di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.

Tapi kondisi rumahnya memprihatinkan, hingga atap rumah banyak yang bocor. Dinding-dindingnya juga ternoda bekas air bocoran dari atap.

Tak Tergoda Timbun Finansial Besar

Meski memegang jabatan menteri, tak lantas menggoda Ir. Sutami untuk menimbun finansial besar. Bisa jadi, tak ada menteri saat ini yang sanggup mengikuti jejaknya.

Ir Sutami, suatu ketika diserang penyakit, namun enggan dirawat di rumah sakit lantaran takut tak bisa bayar. Hingga akhirnya pemerintah turun tangan.

Padahal, beliau diamanahkan proyek-proyek dengan anggaran raksasa. Seperti: Seperti gedung MPR/DPR, Waduk Jatiluhur Jabar, Bandara Ngurah Rai Bali, Jembatan Semanggi Jakarta, Jembatan Musi Palembang. Semua karyanya hingga kini masih berdiri kokoh.

Beliau juga tercatata sebagai ahli konstruksi yang mampu membuat jembatan pertama di Indonesia dengan menerapkan teknologi prestressed concrete. Jembatan dibuat tanpa penyangga.

Pun kubah Gedung MPR/DPR berbentuk kura-kura yang kokoh sampai sekarang. Ini salah satu hasil karya Ir. Sutami. Kubah itu bagian penting dari kompleks yang dibangun untuk menggelar Conference of the New Emerging Force atau Conefo.

Kepribadian Ir. Sutami sepatutnya menjadi teladan. Beliau sosok langka, bukan saja karena kehebatan kinerja dan karyanya. Bukan melulu soal hidup sederhana.

Tapi, beliau bahkan berani menolak fasilitas mewah dari negara. Tak ada rumah megah, tak ada mobil mewah, tak juga punya isi rekening berlimpah. Justru, beliau malah sempat kekurangan gizi.

Tidak heran, Ir. Sutami kemudian dijuluki sebagai: Menteri Termiskin. Julukan itu pun tak dipersalahkan Sutami.

Sebagai intelektual dan profesional di bidangnya, pria kelahiran 19 Oktober 1928 ini dikenal sederhana dan sangat merakyat. Beliau menjabat menteri PUPR selama 14 tahun. Meski begitu, kehidupannya sangat jauh dari kemewahan.

Belasan tahun menjadi menteri tak membuatnya hilang jati diri. Tetap menjadi pekerja keras, sosok sederhana, dan paling enggan memanfaatkan fasilitas negara.

Ir. Sutami menikah dengan Sri Maryati. Mereka dikaruniai lima anak, yakni Suzy Indrawati (arsitek), Dwi Susilowati (insinyur sipil), Diah Irawati (dokter gigi), Maryono, dan Ria Shintawati.

Selain profesional dalam bekerja, beliau hobi blusukan memantau pekerjaan. Disebutkan, beliau pernah berjalan kaki berkilometer untuk menjangkau tempat terpencil, memantau hasil pekerjaannya. Tidak heran, sejumlah proyek besar dapat berjalan dengan baik. Kokoh, hingga saat ini.

Kinerja beliau mendapat apresiasi dari Presiden Soeharto yang menyebutkan namanya saat pembacaan pidato di acara peluncuran Bendungan Karangkates, Sumberpucung, Kabupaten Malang, 16 Desember 1981. Sayangnya beliau orang yang kurang peduli terhadap kondisinya sendiri.

Sehingga jatuh sakit sebab kekurangan gizi. Para dokter mendiagnosis Ir Sutami mengalami kekurangan gizi. Namun, secara formal, didiagnosis karena lever. Beliau akhirnya mau dirawat di Rumah Sakit.

Usai didiagnosa lever, beliau harus menjalani beberapa kali perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta. Akhirnya, alam memanggilnya. Ir. Sutami berpulang pada 13 November 1980, menghebuskan nafas terakhir pada usia 52 tahun.

Taufik Hidayat, berbagai sumber

× Image