Gerakan Kipas-kipas Dhika, Bawa Tradisi Pacu Jalur Riau Mendunia

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Tangan kanan mengibas ke kiri, tangan kiri mengibas ke kanan. Gerakan itu membawa seorang bocah asal Riau, Rayyan Arkan Dhikka, menjadi tren setter dunia.
Bahkan, masyarakat global mulai penasaran dengan Riau. Khususnya ihwal lomba perahu Pacu Jalur yang viral di media sosial.
Dikha, sapaan karibnya, usianya masih 11 tahun.
Aksinya menjadi viral global lantaran menari di ujung perahu Pacu Jalur yang dikenal dengan julukan: Togak Luan. Tariannya diikuti banyak sosok tersohor dunia.
Dari penyanyi ternama sampai atlet dunia.
Dhika berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, ia berhasil mencuri perhatian publik usai aksinya menari penuh semangat di ujung perahu Pacu Jalur viral di media sosial.
Warganet global menjulukinya sebagai: Aura Farming, lantaran energi yang memikat dengan ekspresinya yang khas.
Bahkan tak lama setelah viral, video Dikha diunggah ulang oleh akun resmi beberapa klub sepak bola besar dunia seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan.
Selain itu, bintang NFL asal Amerika sekaligus kekasih penyanyi Taylor Swift, Travis Kelce, ikut menirukan gerakan Dikha di TikTok.
Begitu pula tokoh publik internasional, selebritas Tanah Air seperti Luna Maya dan Atta Halilintar juga meramaikan tren aura farming di media sosial dengan meniru gerakan Dikha.
Ia pun didaulat menjadi Duta Pariwisata Riau oleh Gubernur Riau, Abdul Wahid, pada Selasa, 8 Juli.
Dhika bilang, tarian itu tercipta spontan, apa adanya tanpa arahan dari sang koreografer. Ada empat tarian yang dimainkan Dhika.
Yakni gerakan kipas-kipas, berenang mendayung, gerakan tembakan tentara dan gerakan putar-putar.
Gubernur Abdul Wahid menyebut Dikha telah memberi kontribusi besar mempopulerkan budaya Riau di panggung digital global.
Sebagai bentuk apresiasi, pemerintah setempat menobatkannya sebagai Duta Pariwisata Riau dan memberi beasiswa pendidikan.
Kala penyambutan di Kantor Gubernur Riau, Dikha kembali menampilkan tarian khasnya di atas perahu, disambut tepuk tangan meriah.
Togak Luan, atau yang juga dikenal sebagai “Anak Coki”, merupakan penari yang berada di ujung perahu Pacu Jalur. Perannya penting dalam menghibur penonton dan menjaga semangat tim jalur saat perlombaan.
Sebagai warisan budaya yang telah ada sejak abad ke-17 di Kuantan Singingi, Pacu Jalur menjadi simbol perjuangan dan penghormatan terhadap keterbatasan.
Kehadiran Dikha, dengan gaya khas dan tarian menghibur, membawa budaya ini menjadi kebanggaan baru masyarakat Riau di mata dunia.
Nilai Sejarah Mengagumkan
Republika melaporkan, lomba balap perahu tradisional di Sungai Kuantan, Riau bukan sekadar atraksi olahraga.
Melainkan menyimpan nilai sejarah dan budaya yang dalam, yang berakar sejak zaman kolonial Belanda. Pacu Jalur perlombaan mendayung perahu panjang (jalur) yang dilakukan massal puluhan pendayung.
Kegiatan ini umumnya digelar di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.
Video-video yang beredar di media sosial memperlihatkan ratusan warga memadati tepi sungai sambil menyaksikan deretan perahu kayu yang dihiasi warna-warni saling berpacu dengan irama gendang dan sorakan.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa tradisi ini memiliki akar sejarah yang panjang. Dalam catatan sejarah, Pacu Jalur telah ada sejak abad ke-17.
Menurut buku "Tradisi Pacu Jalur: Warisan Budaya Tak Benda Masyarakat Kuantan" karya Ahmad Yunus (2010), jalur awalnya bukan digunakan untuk lomba, melainkan sebagai moda transportasi utama masyarakat di sepanjang Sungai Kuantan.
“Dulu, jalur digunakan oleh masyarakat adat untuk pergi ke pasar, pengangkutan hasil bumi, dan bahkan sebagai alat mobilisasi perang oleh kerajaan-kerajaan kecil di Kuantan,” tulis Yunus dalam bukunya.
Seiring waktu, terutama pada masa pemerintahan kolonial Belanda, jalur mulai digunakan dalam kegiatan seremonial, seperti menyambut pejabat Belanda yang datang mengunjungi wilayah pedalaman Riau.
Gubernur Jenderal Hindia Belanda bahkan disebut pernah menyaksikan langsung lomba ini sebagai bentuk penghormatan rakyat terhadap penguasa kolonial.
Pacu Jalur menjadi ekspresi budaya sekaligus simbol perlawanan yang dibalut dalam bentuk hiburan rakyat.
Pacu Jalur tak hanya menggambarkan kekuatan fisik dan kerja sama, tapi juga menjadi sarana konsolidasi sosial, apalagi di masa kolonial ketika rakyat tak punya banyak ruang berekspresi.
Sejak kemerdekaan, Pacu Jalur berevolusi menjadi ajang tahunan yang digelar untuk memperingati HUT RI setiap bulan Agustus.
Pemerintah Kabupaten Kuansing menjadikannya sebagai pesta rakyat yang menyedot ribuan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Setiap jalur atau perahu bisa berukuran hingga 30 meter dengan jumlah pendayung mencapai 50 orang. Mereka mewakili desa-desa (kampung) yang telah mempersiapkan diri berbulan-bulan lamanya.
Jalur diberi nama-nama simbolik seperti “Tuah Keramat Sakti” atau “Singa Kuantan Berlian”, dan dihiasi ornamen megah menyerupai kepala naga atau burung garuda. Kemenangan dalam Pacu Jalur bisa meningkatkan kehormatan kampung selama setahun penuh.
Bangkitnya Kecintaan Budaya Anak Muda
Gubernur Riau, Abdul Wahid menilai viralnya Pacu Jalur bukan sekadar tren sesaat, melainkan pertanda baik bahwa nilai-nilai budaya lokal mulai mengakar kuat di kalangan generasi muda.
"Viralnya video tersebut, berarti kita telah menanamkan nilai-nilai budaya itu sampai semua level. Jadi, bukan hanya level dewasa, tapi anak-anak," kata Abdul Wahid, Sabtu (5/7/2025).
Menurutnya, satu di antara kunci penting pelestarian budaya adalah pewarisan lintas generasi. Budaya tak boleh hanya berhenti di satu titik usia, tetapi harus terus diwariskan kepada anak-anak sejak dini.
Ia mengungkapkan rasa syukur dan bangganya, karena budaya Pacu Jalur semakin digemari. Peminatnya sampai ke masyarakat luas, bahkan generasi muda pun ikut terlibat.
"Dengan begitu, ketika anak-anak ini sudah besar, dia tidak tercabut akar dan nilai-nilainya dari roh serta jiwanya terkait pengetahuan terhadap budaya dan adat. Artinya, saya merasa bersyukur bahwa ada sebagian masyarakat yang mengelu-elukan budaya Pacu Jalur," ujarnya.
Pacu Jalur, lanjutnya, tidak hanya sebagai ajang olahraga lokal, tetapi juga sebagai identitas budaya yang mempersatukan masyarakat Riau lintas generasi.
Tahun ini Pacu Jalur akan dilaksanakan pada 20-24 Agustus mendatang.
Penyanyi asal Amerika Kepincut Pacu Jalur
Saking viralnya video Dhika, penyanyi rap Amerika Serikat, Melly Mike akan tampil dalam ajang Pacu Jalur 2025 di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau pada20-24 Agustus 2025.
Hal itu dilakukan Mike setelah lagunya viral di media sosial sebagai latar musik video joget aura farming di atas perahu pacu jalur.
Ketua Umum Panitia Pacu Jalur 2025 Werry Ramadhana Putera membenarkan konfirmasi kehadiran Melly Mike seperti pada video yang beredar dari artis tersebut.
Sang penyanyi lagu "Young Black and Rich" menghubungi langsung panitia dan menyatakan tampil atas inisiatif pribadi.
"Alhamdulillah, beliau (Melly Mike) yang ingin tampil sendiri dan sudah mengontak panitia. Beliau merasa lagunya naik karena Pacu Jalur," kata Werry dalam keterangan pers, Kamis (10/7/2025).
Video testimoni Melly Mike berdurasi 25 detik juga viral di berbagai media sosial. Dalam video berbahasa Inggris, ia menyampaikan antusiasmenya untuk hadir di Riau dan tampil dalam Pacu Jalur 2025.
"Apa kabar Indonesia. Ini Melly Mike Pencipta Lagu 'Young Black and Rich'. Saya penyanyi dari Amerika Serikat dan akan berpergian ke Riau untuk festival Pacu Jalur pada tanggal 20 sampai 24 Agustus," ujar Mike dalam video itu.
Ia juga berjanji membawakan lagu yang viral itu secara langsung, sambil mengucapkan terima kasih karena memberikan dia kesempatan langsung untuk merasakan budaya Riau.
Mike juga mengaku tak sabar bertemu orang-orang dan mempelajari sesuatu. "Salam Kayuah (dayung)," ujarnya, menutup video tersebut.
Dhika Belajar Otodidak
Melansir laman Pemprov Riau, Dhika mengaku memulai langkahnya sejak dua tahun silam. Dika bilang, dari usia 9 tahun, ia telah melakukan aksi sebagai Anak Coki.
“Saya menjadi Anak Coki Pacu Jalur ini sudah dua tahun. Sejak dari usia 9 tahun,” jelasnya.
Anak Coki adalah sebutan bagi penari yang berdiri di ujung perahu, menggoyangkan tubuh dan menjadi pusat perhatian penonton saat Pacu Jalur berlangsung.
Tugas ini bukan sembarang tugas, ia harus menjaga keseimbangan di atas perahu panjang yang bergoyang kencang saat didayung puluhan anak jalur.
“Hal yang susah untuk menari di atas perahu itu tentunya mengimbangkan badan. Saya belajar sendiri secara otodidak,” ungkap Dhika.
Di balik sorot kamera, ia tetaplah anak sederhana dengan mimpi besar. Saat ditanya soal masa depan, jawabannya mengundang senyum banyak orang.
“Saya akan tetap melanjutkan ini. Cita-cita ingin menjadi tentara, kalau bisa juga menjadi Gubernur juga." Ucap Dhika, sembari tertawa.
Gubernur Abdul Wahid memuji dedikasi Dhika, dan menyebutnya sebagai bukti bahwa budaya Riau tetap hidup di hati generasi muda.
Atas jasanya memperkenalkan Pacu Jalur ke panggung lebih luas, Dhika didaulat mnejadi Duta Pariwisata Riau dan diberikan beasiswa.
Tarian yang diperagakan siswa SD 013 Desa Pintu Gobang, Kari, Kuantan Singingi, Riau, kini banyak ditirukan atlet dan warga dari berbagai mancanegara.
Dhika tak menampik jika pernah beberapa kali terjatuh dari perahu. "Pernah, tapi nggak sering," katanya.
Meski begitu, ia tidak trauma. Justru ingin lebih giat mempopulerkan Pacu Jalur. Membawa Riau harum mewangi di mata internasional.
Mila, berbagai sumber