Home > Mancanegara

Wanita Kelaparan Dievakuasi dari Gaza, Meninggal Dunia di Italia

Para pejabat Italia, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Kelaparan dan kematian terus menghantui Gaza, termasuk dari kalangan anak-anak dan perempuan. (Days of Palestine)
Kelaparan dan kematian terus menghantui Gaza, termasuk dari kalangan anak-anak dan perempuan. (Days of Palestine)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Seorang wanita Palestina berusia 20 tahun yang dievakuasi dari Jalur Gaza untuk perawatan medis telah meninggal di Italia, dalam kasus yang menggarisbawahi parahnya krisis kelaparan di Gaza setelah berbulan-bulan perang dan blokade Israel.

Wanita itu diidentifikasi sebagai Marah Abu Zuhri, ia diterbangkan Rabu malam ke Rumah Sakit Universitas Pisa dengan pesawat kemanusiaan pemerintah Italia.

Ia datang bersama ibunya dalam kondisi yang digambarkan oleh para dokter sebagai “kondisi klinis yang sangat kompleks,”. Ia menderita pemborosan ekstrem, suatu kondisi kehilangan otot dan berat badan kritis yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang berkepanjangan.

Pejabat rumah sakit, dilansir Days of Palestine pada Ahad, mengonfirmasi bahwa meskipun pemeriksaan mendesak dan perawatan suportif sudah dilakukan sesegera mungkin, namun Marah menderita krisis pernapasan mendadak. Yang diikuti serangan jantung pada hari Jumat, dan terbukti berakibat fatal.

Para pejabat Italia, termasuk presiden regional Tuscany, Eugenio Giani, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Marah, menyebut kematiannya sebagai “tragedi yang mencerminkan penderitaan tak terkatakan yang dialami rakyat Gaza.”

Menteri Luar Negeri Antonio Tajani mengatakan evakuasi itu merupakan pengangkutan udara medis terbesar Italia dari Gaza sejak Januari 2024. Tercatat lebih 180 anak-anak dan remaja telah dipindahkan ke Italia untuk perawatan sejak perang dimulai.

Kematian Marah menyoroti kelaparan yang semakin meningkat di Gaza, saat lembaga-lembaga kemanusiaan global mengatakan penduduk Gaza mengalami kelaparan parah yang direkayasa oleh pendudukan Israel.

Belasan Ribu Anak-anak Gaza Alami Kekurangan Gizi

Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa pada bulan Juli hampir 12.000 anak di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi akut, termasuk 2.500 dalam kondisi yang mengancam jiwa.

Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) telah mengklasifikasikan Gaza sebagai wilayah yang mengalami "skenario kelaparan terburuk", dan memperingatkan blokade yang berkelanjutan dan operasi militer yang sedang berlangsung berisiko mendorong wilayah kantong tersebut menuju kehancuran total.

Kelompok bantuan telah menyerukan gencatan senjata segera untuk memungkinkan aliran makanan, air, dan obat-obatan yang aman.

Setidaknya 227 orang telah meninggal dunia akibat kelaparan sejak Oktober 2023, termasuk 103 anak-anak. Sementara itu, hanya dalam seminggu terakhir, lima kematian tambahan terkait kelaparan dilaporkan.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa pendudukan Israel sedang menerapkan kebijakan “kelaparan yang direkayasa” di Gaza.

Menurut kelompok-kelompok ini, pendudukan Israel membatasi pengiriman bantuan hanya ke beberapa truk saja, yang diarahkan ke titik-titik distribusi terpencil yang jauh dari pusat kota.

Hal ini memaksa puluhan ribu orang yang putus asa untuk berkumpul dengan persediaan terbatas, yang sering kali mengakibatkan kekacauan yang mematikan.

Saksi mata dan pekerja bantuan melaporkan bahwa pasukan Israel telah menembaki warga sipil yang mencoba mencapai truk makanan, menewaskan dan melukai ratusan orang.

Akibatnya, akses terhadap bantuan secara efektif terbatas hanya bagi mereka yang mampu berjuang menembus kerumunan.

Kelompok rentan, termasuk para janda, yatim piatu, lansia, korban luka, dan tenaga medis, sebagian besar terpinggirkan, sehingga mereka mati kelaparan dalam diam.

Kisah Marah Abu Zuhri menggambarkan kenyataan suram ini: seorang wanita muda yang lemah akibat kekurangan selama berbulan-bulan di Gaza, tak mampu pulih bahkan setelah sampai di rumah sakit Eropa.

Mila

× Image