Total Korban Wafat Akibat Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Jadi 17 Orang

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Petugas gabungan terus mencari korban rerentuhan bangunan ambruk di Pondok Pesantren Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (4/10/2025).
Dari hasil pencarian hari keenam, sebanyak 31 korban berhasil dievakuasi dari reruntuhan Ponpes Al Khoziny sejak Senin (29/9) hingga Sabtu (4/10).
Pada hari pertama ditemukan enam korban selamat, disusul lima korban pada Selasa (30/9), dua di antaranya selamat dan tiga meninggal.
Pada Rabu (1/10), tujuh korban kembali dievakuasi dengan empat selamat dan tiga meninggal. Sehari kemudian, hingga Jumat (3/10), sembilan jenazah beridentitas sementara Mr. X juga telah ditemukan.
Pada hari keenam, Sabtu (4/10), dua korban tambahan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, serta satu bagian tubuh (body part).
Dengan demikian, total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 31 orang, terdiri atas 14 selamat dan 17 meninggal dunia. Sebagian korban masih dalam proses identifikasi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyatakan total korban tercatat sebanyak 167 orang, 118 orang telah ditemukan.
Dengan rincian 103 orang selamat, 14 orang meninggal dunia dan satu orang kembali ke rumah tanpa memerlukan penanganan medis lanjutan. Lalu 49 orang diduga masih tertimbun material bangunan.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) kembali menemukan tiga jenazah akibat runtuhnya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo hingga Sabtu (4/10/2025) petang.
Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, mengatakan ketiga korban ditemukan setelah melalui proses penghancuran beton dan rangka bangunan menggunakan alat ekstrikasi serta peralatan las.
“Korban ke-28 berhasil dievakuasi sekitar pukul 14.35 WIB, disusul korban ke-29 pada pukul 16.15 WIB. Selanjutnya, pada pukul 17.35 WIB, tim menemukan salah satu bagian tubuh (body part), semuanya di sektor pencarian A4,” ujar Nanang di Sidoarjo, Sabtu.
Ia menjelaskan, proses evakuasi dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena korban tertimbun material bangunan. Tim SAR gabungan, lanjutnya, bahkan harus mengangkat puing-puing reruntuhan dan memotong rangka besi terlebih dahulu sebelum berhasil mengevakuasi korban.
Seluruh jenazah yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi oleh tim DVI Polda Jawa Timur.
Dengan temuan terbaru tersebut, total korban runtuhan mushala Ponpes Al Khoziny tercatat sebanyak 121 orang, terdiri atas 104 selamat dan 17 meninggal dunia.
Hingga Sabtu malam, alat berat masih terus digunakan untuk mengurangi material reruntuhan di lokasi kejadian yang telah dibersihkan sekitar 70 persen.
Identifikasi Tak Bisa Instan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan proses identifikasi korban insiden robohnya bangunan Pesantren Al-Khoziny memerlukan tahapan yang cermat dan tidak dapat dilakukan secara instan.
Proses identifikasi yang dilakukan tim gabungan, termasuk Tim Disaster Victim Identification (DVI) kepolisian, membutuhkan pencocokan data yang akurat.
Kepala BNPB Suharyanto mengatakan meskipun jenazah telah ditemukan, identifikasi tetap harus melewati pemeriksaan forensik dan administrasi.
“Tidak serta merta begitu ditemukan langsung disampaikan kepada keluarga. Ada prosedur yang harus diikuti,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta pada Sabtu (4/10/2025).
Ia menekankan langkah itu bertujuan menghindari kesalahan yang dapat menambah beban keluarga korban, dan BNPB telah menjelaskan prosedur ini kepada masyarakat dan orang tua santri terdampak dalam pertemuan sebelumnya.
Suharyanto menyebut transparansi informasi menjadi bagian dari upaya menjaga kepercayaan publik.
Kemudian keluarga bisa menerima penjelasan karena memahami pentingnya ketelitian dalam identifikasi. "Setiap korban akan diidentifikasi dengan benar sebelum diserahkan ke pihak keluarga," ujarnya.
Minim Data Penunjang Korban
Tim Disaster Victim Identification (DVI) dari Polda Jawa Timur terus melakukan proses identifikasi jenazah korban runtuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo. Namun, proses ini masih terkendala karena kondisi jenazah yang mulai rusak dan minimnya data penunjang dari keluarga korban.
Sebelumnya Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jatim, Kombes M. Khusnan, menyampaikan saat ini seluruh jenazah sudah masuk tahap identifikasi, tetapi belum berjalan secara maksimal.
Diketahui sudah ada delapan kantong jenazah yang dibawa ke RS Bhayangkara, Surabaya hingga Jumat (3/10/2025), malam.
"Proses identifikasi belum berjalan maksimal karena kurangnya data penunjang dari pihak keluarga," ujarnya kepada wartawan di RS Bhayangkara Polda Jatim, Jumat (3/10/2025), malam.
Ia menjelaskan kondisi jenazah pada umumnya masih utuh, meski terdapat kerusakan di beberapa bagian karena faktor alamiah. Selain visual, identifikasi juga dilakukan melalui pengujian DNA.
Sampel DNA dari keluarga korban telah dikumpulkan dan akan segera diperiksa di laboratorium.
Khusnan menambahkan, data pendukung yang dibutuhkan mencakup foto terakhir korban, khususnya yang memperlihatkan pakaian terakhir yang dikenakan.
"Sebagian pakaian pada jenazah masih utuh, sehingga dapat menjadi pendukung identifikasi visual."
Ia melanjutkan, "Sampel DNA akan langsung kami kirim ke Pusdokes untuk dilakukan pemeriksaan," imbuhnya.
Menurutnya, tes DNA akan digunakan sebagai metode terakhir apabila data antemortem dari keluarga tidak lengkap. "Tes DNA ini adalah metode yang diakui secara internasional dan tidak terbantahkan," ungkapnya.
Hingga Jumat malam, delapan kantong jenazah telah diterima tim DVI. Insiden tragis ini terjadi pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB, saat para santri tengah menunaikan salat Ashar di mushala tiga lantai yang berada di kompleks asrama putra Ponpes Al Khoziny. Bangunan tersebut runtuh dan menimpa para santri.
Tim SAR gabungan mengungkapkan penyebab ambruknya mushala diduga karena kegagalan struktur bangunan yang tidak mampu menahan beban sesuai kapasitas seharusnya.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, juga meninjau langsung proses identifikasi di RS Bhayangkara. Ia mengimbau agar keluarga korban bersabar dan memahami kompleksitas proses identifikasi jenazah yang tengah dilakukan.
"Kerja-kerja profesional sudah dilakukan. Mudah-mudahan keluarga bisa memahami proses rekonsiliasi ini memang tidak mudah. Nanti magrib ini akan dilakukan rekonsiliasi dan hasilnya bisa memastikan identitas korban dengan benar," ujarnya.
Khofifah menekankan pentingnya akurasi dalam proses ini agar keluarga benar-benar yakin terhadap jenazah yang mereka terima.
"Banyak yang menunggu, ada yang putra, ada yang putri, ada juga keponakan. Semua harus diyakinkan hasil identifikasinya," ujarnya.
Republika