Home > Mancanegara

MSF: Jumlah Korban Luka di Gaza Naik Tiga Kali Lipat Setiap Hari

Hal ini terjadi usai masuknya bantuan dari Yayasan yang dikelola Israel dengan dukungan AS.
Genosida di Gaza kian brutal, hingga jumlah korban meningkat. (Days of Palestine)
Genosida di Gaza kian brutal, hingga jumlah korban meningkat. (Days of Palestine)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas, mengungkap bahwa jumlah korban luka warga Palestina di Jalur Gaza meningkat tiga kali lipat setiap hari.

Ini terjadi sejak dibukanya pusat distribusi bantuan yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung pendudukan penjajah Israel dan Amerika Serikat.

Wakil Koordinator medis MSF di Gaza, Mohammed Abu Mughaisib, mengatakan dalam sebuah diskusi bahwa “sistem kesehatan di Gaza sudah rapuh sebelum perang, dan yang tersisa sekarang hanyalah kerangka yang hampir tidak berfungsi.”

Abu Mughaisib menunjukkan titik distribusi makanan yang didukung Israel telah berubah menjadi “zona pembunuhan.”

Ia menjelaskan bahwa lokasi-lokasi ini telah menyebabkan jumlah korban luka yang masuk setiap hari meningkat tiga kali lipat dibanding sebelum lokasi-lokasi tersebut didirikan. Namun, ia tidak merinci perbandingan korban sebelum GHF beroperasi.

Meski begitu, Mughaisib juga mencatat banyak korban luka meninggal sebelum mencapai rumah sakit di Gaza.

"Kami menyaksikan anggota tubuh yang diamputasi, infeksi parah, tulang yang patah, dan arteri yang robek yang memerlukan pembedahan dan perawatan intensif yang mendesak," kata Abu Mughaisib, dilaporkan Days of Palestine, Senin.

Abu Mughaisib menekankan rumah sakit yang tersisa di Gaza telah mengalami penurunan kapasitas bedah dan perawatan intensif akibat perang yang sedang berlangsung.

Ia menekankan perlunya gencatan senjata segera dan akses medis dan kemanusiaan yang berkelanjutan untuk menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan.

Selain itu, Mughaisib memperingatkan bahwa tanpa ini, “tidak akan ada yang tersisa untuk diselamatkan, baik rumah sakit, pasien, maupun masa depan.”

Sejak 27 Mei, pasukan pendudukan Israel telah melaksanakan rencana untuk mendistribusikan bantuan melalui “Yayasan Kemanusiaan Gaza”, sebuah inisiatif yang ditolak Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa organisasi bantuan internasional.

Menurut data resmi Kementerian Kesehatan Palestina, 1.924 warga sipil yang menunggu bantuan telah tewas dan lebih dari 14.288 lainnya terluka akibat serangan Israel sejak rencana tersebut dimulai.

Hamas: Israel Rencanakan Gelombang Baru Genosida Brutal

Pejuang Palestina Hamas, mengecam keras persetujuan Kepala Staf Israel Eyal Zamir baru-baru ini atas rencana pendudukan Kota Gaza.

Hamas memperingatkan bahwa tindakan itu menandai dimulainya “gelombang baru genosida brutal dan pengungsian kriminal” yang menargetkan ratusan ribu penduduk dan pengungsi internal.

Hamas juga menyatakan rencana tersebut "gambaran paling jelas dari arogansi Zionis, ketidakpeduliannya terhadap hukum internasional, dan desakannya untuk melanjutkan perang pemusnahan," yang telah berlangsung selama lebih dari 22 bulan.

Hamas mengkritik klaim Israel yang menyediakan tenda dan dukungan kemanusiaan di Gaza selatan, menyebutnya "tipuan terang-terangan yang bertujuan menutupi kejahatan brutal yang akan dilakukan pendudukan."

Pejuang Palestina ini menekankan PBB telah menolak tindakan Israel, dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut melanggar standar kemanusiaan dasar dan merupakan "pemanfaatan kriminal tekanan kemanusiaan terhadap warga sipil untuk mencapai tujuan politik dan militer."

Pernyataan tersebut juga mengaitkan perkembangan di Gaza dengan situasi terkini di Tepi Barat, termasuk serangan harian Israel dan serangan pemukim bersenjata.

Banyak pihak menggambarkan tindakan-tindakan ini sebagai bagian dari "proyek Zionis" terpadu yang bertujuan menggusur warga Palestina dan meyahudisasi tempat-tempat suci Islam dan Kristen.

Hamas menekankan rencana Israel bagian dari agenda yang lebih luas untuk membangun apa yang disebutnya "Israel Raya" dengan mengorbankan negara-negara di kawasan.

Gerakan ini menyerukan strategi perlawanan yang komprehensif dan mendesak negara-negara Arab dan Islam untuk bersatu dalam menghadapi pendudukan dan membela rakyat Palestina.

"Kita menghadapi momen berbahaya yang menuntut sikap nasional yang bersatu untuk membangun strategi perlawanan komprehensif yang melawan rencana-rencana kriminal yang bertujuan mencabut hak-hak rakyat kita dan melenyapkan identitas mereka," kata Hamas.

Negara-negara Arab dan Islam juga berkewajiban mengambil langkah-langkah tegas untuk melawan entitas fasis ini. Menyusul proyek-proyek yang diumumkannya yang menyasar negara-negara dan masyarakat di kawasan tersebut.

Media Israel, termasuk Kan Channel, melaporkan pada Ahad malam, bahwa Kepala Staf Eyal Zamir telah secara resmi menyetujui rencana pendudukan Kota Gaza, dan memperkirakan operasi tersebut akan memakan waktu sekitar empat bulan.

Rencana tersebut dilaporkan melibatkan pendekatan bertahap, dimulai dengan evakuasi massal dan blokade, diikuti dengan masuknya pasukan militer secara bertahap ke kota tersebut.

Mila

× Image