Home > News

Mabes TNI Bantah Anggotanya Terlibat Aksi Demonstrasi Anarkis

TNI jelaskan kronologi anggota BAIS yang ditangkap Brimob lantaran dituduh provokator aksi.
Beredar foto diranasikan Brimob Polri menangkap prajurit TNI sebagai dalang aksi.
Beredar foto diranasikan Brimob Polri menangkap prajurit TNI sebagai dalang aksi.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Brigjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah membantah informasi yang menyebutkan anggota TNI terlibat dalam aksi demonstrasi berujung kericuhan beberapa waktu lalu.

"Pada kesempatan kali ini izinkan saya berupaya meluruskan beberapa hal yang kami anggap sebagai hoaks," kata Freddy saat jumpa pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jumat.

Freddy menjelaskan, berita hoaks yang dibantah yakni anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS) yakni Mayor SS yang dituduh jadi peserta aksi demo di Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025).

Freddy menjelaskan, SS hanya menjalankan tugasnya mencari informasi tentang aksi demonstrasi.

Info hoaks lainnya, yakni viralnya video yang menunjukkan seorang anggota TNI Pratu Handika Novaldo ditahan oleh polisi karena dituduh terlibat aksi demonstrasi di Sumatera Selatan, Ahad (31/8/2025).

Ia membantah keterlibatan Handika dalam aksi demo karena prajuritnya itu ditangkap saat sedang ingin mencari makan dan ingin membeli bensin di pom bensin dekat area demonstran.

Freddy Ardianzah pun menjelaskan kronologi anggota BAIS yang ditangkap anggota Brimob lantaran dituduh sebagai provokator aksi demo.

Ia memastikan, anggota BAIS itu memang ditugaskan untuk memantau situasi dan menggali informasi terkait aksi demonstrasi tersebut.

"Anggota BAIS TNI memang harus melaksanakan deteksi dini, kemudian cegah dini terhadap segala upaya-upaya ancaman, karena itu dimanapun situasi yang sekiranya mengancam, pasti akan ada rekan-rekan kita di situ," imbuh Freddy.

Menurutnya, peristiwa itu terjadi pada Kamis (28/8/2025) ketika massa aksi bentrok dengan anggota Brimob di kawasan Fly over Slipi, Jakarta Barat.

Kala itu pasukan Brimob memukul massa hingga terbagi ke dua wilayah yakni Pejompongan dan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

Saat pasukan Brimob di wilayah Bendungan Hilir ingin pindah ke wilayah Pejompongan untuk bergabung dengan pasukan lain, anggota BAIS yakni Mayor SS mengikuti pergerakan rombongan Brimob tersebut.

"Pukul 23.25 WIB, Mayor SS dan rekannya memonitor unjuk rasa di area pom bensin, namun Mayor SS dan rekannya berbagi jarak di area pom bensin sekitar 50 meter terpisah karena adanya asap gas air mata," ujar Freddy.

Saat posisi terpisah itulah Mayor SS ditangkap oleh satu anggota Brimob yang sedang bertugas. "Nah di sini ada percakapan dari rekan Brimob dan Mayor SS. Percakapan itu yaitu, dari Brimob menyampaikan 'kamu itu ikut-ikutan demo?' dengan nada suara tinggi. Kemudian dijawab oleh Mayor, 'saya tidak ikut demo pak' Lanjut, 'kamu ngapain kamu di sini kalau tidak ikut demo?' kata Mayor SS," ujar Freddy menirukan percakapan antara anggota Brimob dan Mayor SS.

Mayor SS akhirnya menjelaskan ia adalah anggota BAIS yang sedang bertugas mencari data di lapangan. Namun anggota Brimob itu tidak sepenuhnya percaya dengan pengakuan Mayor SS.

Setelah menunjukkan identitas berupa kartu anggota TNI, anggota Brimob itu lalu memfoto wajah dan kartu anggota milik Mayor SS.

Anggota Brimob itu akhirnya melepaskan Mayor SS di tengah massa aksi. Freddy pun menyangka foto Mayor SS berikut kartu anggotanya menyebar di media sosial dengan narasi TNI sebagai provokator aksi anarkis saat demonstrasi.

Perusakan Dilakukan Orang-orang Terlatih

Freddy Ardianzah juga meyakini, kelompok massa yang bertindak anarkis saat demonstrasi beberapa hari lalu terlihat cukup terlatih dan terorganisasi.

Apalagi, mereka bisa berbuat leluasa merusak fasilitas umum tanpa takut ditangkap aparat. "Memang kalau kita amati untuk polanya terlihat terorganisasi dan terlatih ya," katanya.

Ia merespons pertanyaan soal banyaknya masyarakat yang menduga aksi pembakaran dan perusakan fasum dilakukan orang yang sangat profesional karena terkesan rapi.

Meski begitu, Freddy tidak mau menduga siapa pihak-pihak yang melatih aktor perusuh dan pelaku perusakan di tengah aksi demonstrasi beberapa hari lalu.

Ia juga enggan berspekulasi siapa pihak yang menggerakkan massa hingga akhirnya tercipta situasi anarkis di Jakarta dan sekitarnya.

Freddy mengatakan, TNI hanya fokus memperbaiki dan memperkuat sistem pengamanan agar peristiwa pembakaran fasilitas umum saat demonstrasi tidak terjadi lagi.

Seharusnya Jangan Bongkar Identitas

Sebelumnya, Wakil Panglima TNI Jenderal TNI Tandyo Budi Revita merespons soal beredarnya informasi anggota BAIS yang ditangkap anggota Brimob di tengah kerumunan massa aksi demonstran.

Menurut Tandyo, pihak terkait seharusnya tidak membongkar identitas anggota intelijen yang tertangkap.

"Begitu ini ditangkap kemudian keluar seperti itu, harusnya yang menangkap itu tidak menyebarkan itu, karena kan intelijen," kata Tandyo kepada awak media di gedung DPR, Jakarta Pusat.

Menurut Tandyo, anggota intelijen memang bertugas untuk mencari informasi tertentu. Salah satu upaya yang lumrah dilakukan seorang intelijen yakni menyamar dan masuk ke dalam kelompok tertentu untuk mendapatkan informasi yang diincar.

"Bila ada informasi yang mencurigakan silahkan konfirmasi langsung ke pihak kepolisian terdekat," ujarnya.

Dalam konteks ini, Tandyo menilai seorang intelijen lumrah bergabung dengan para peserta demonstran demi mencari informasi yang diinginkan.

"Saya sampaikan ya, namanya orang memberikan informasi itu kan kita harus masuk di dalam ya, itu kita ikut mereka, kegiatan mereka," kata Tandyo.

Republika

× Image