Home > Motor

Sejarah Kota Balikpapan: dari Minyak ke Pertempuran Amfibi Australia

Balikpapan punya sejarah yang kaya dan beragam.
Kilang Minyak BPM kini Pertamina pada tahun 1930. (dok. ITB Kaltim)

Kaltimtara, Republika – Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan Minyak, yakni sumur minyak Mathilda, sumur pengeboran perdana pada tanggal 10 Februari 1897 di kaki gunung Komendur di sisi timur Teluk Balikpapan.

Penamaan sumur minyak, mengacu keterangan di laman resmi Pemkot Balikpapan, berasal dari nama anak JH Menten dari JH Menten dan Firma Samuel & Co. Mereka diketahui sebagai pemenang hak konsesi pengeboran di yang ditunjuk pemerintah Hindia Belanda. Yang kala itu, telah mengontrak Balikpapan dari Kesultanan Kutai.

Di awal tahun 1900-an bertambahnya jumlah penemuan dan pengeboran minyak di Balikpapan telah membawa pendatang dalam jumlah besar ke kota ini. Pendatang kebanyakan orang Cina dan para pekerja pengeboran yang rata-rata berasal dari jawa dan berbagai daerah lainnya seperti India.

Pekerja dari Cina dan India inilah yang menjadi cikal bakal penghuni desa di Tukung – kini kawasan Klandasan-, dan Jumpi (Kampung Baru) yang merupakan asal usul sebagian besar warga Balikpapan. Selain itu keberadaan minyak, yaitu minyak tanah atau "lantung", juga mengundang semakin besarnya jumlah pedagang yang datang dari daerah Kerajaan Banjar di Banjarmasin.

Termasuk pendatang dari Bone di Sulawesi Selatan untuk berdagang dan singgah di Balikpapan.

Seiring berkembangnya waktu, Balikpapan telah berkembang menjadi Kota Minyak dengan besarnya produksi yang mencapai 86 juta barrel per tahun. Perkembangan industri minyak inilah yang telah membangun Balikpapan menjadi kota industri.

Namun, saat ini Balikpapan tidak lagi menjadi Kota Minyak yang berorientasi pengeboran. Melainkan pada jasa pengolahan minyak yang telah mengolah minyak mentah dari sekitar Balikpapan. Seperti di Sepinggan, Handil, Bekapai, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu dan Tanjung serta minyak mentah yang diimpor dari negara lain.

Sejarah Nama Balikpapan

Menilik susunannya, kata “Balikpapan” dimasukkan dalam asal kata bahasa Melayu. Menurut buku karya F. Valenijn tahun 1724, menyebut suatu daerah di hulu sebuah sungai yang berada di Teluk sekitar tiga mil dari pantai. Desa itu bernama BILIPAPAN, dan nama tersebut dikaitkan dengan komunitas pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Balikpapan.

Ada beberapa versi mengenai asal usul nama Balikpapan, antara lain:

Versi Pertama, mengacu Buku 90 Tahun Kota Balikpapan, yang mengutip buku karya F. Valenijn tahun 1724. Disebutkan, menurut legenda, asal nama Balikpapan karena sebuah kejadian yang terjadi tahun 1739, saat di bawah Pemerintahan Sultan Muhammad Idris dari Kerajaan Kutai.

Kerajaan ini yang memerintahkan kepada pemukim-pemukim di sepanjang Teluk Balikpapan untuk menyumbang bahan bangunan guna pembangunan istana baru di Kutai lama. Sumbangan tersebut ditentukan berupa penyerahan sebanyak 1.000 lembar papan yang diikat menjadi sebuah rakit yang dibawa ke Kutai Lama melalui sepanjang pantai.

Setibanya di Kutai lama, ternyata ada 10 keping papan yang kurang atau terlepas selama dalam perjalanan. Hasil dari pencarian menemukan 10 keping papan tersebut terhanyut dan timbul di suatu tempat yang kini bernama: Jenebora.

Dari peristiwa inilah nama Balikpapan diberikan. Dalam istilah bahasa Kutai "Baliklah - papan itu" atau papan yang kembali yang tidak mau ikut disumbangkan.

Versi Kedua, menurut Legenda rakyat yang dimuat dalam buku 90 Tahun Kota Balikpapan, dikisahkan, sesuai legenda dari orang-orang suku Pasir Balik atau lazim disebut Suku Pasir Kuleng, maka secara turun menurun telah dihikayatkan tentang asal mula nama Negeri Balikpapan.

Orang-orang suku Pasir Balik yang bermukim di sepanjang pantai teluk Balikpapan adalah berasal dari keturunan kakek dan nenek yang bernama: Kayun Kuleng dan Papan Ayun.

Para keturunannya dari kampung nelayan di Teluk Balikpapan itu, diberi nama "Kuleng- Papan", artinya "Balik-Papan". Dalam bahasa Pasir, Kuleng bermakna Balik dan Papan artinya Papan. Diperkirakan nama negeri Balikpapan telah ada sekitar tahun 1527.

Jejak Perjalanan Kota di Tepi Teluk

Balikpapan, kota yang berkembang pesat di tepi Teluk Balikpapan, dikenal memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Sebagai salah satu kota terbesar di Kalimantan Timur, Balikpapan telah melalui perjalanan panjang yang mencakup periode kolonial, perang dunia, hingga menjadi pusat industri minyak dan gas yang terkemuka di Indonesia.

Secara ringkas, Kota Balikpapan, yang kini dijadikan sebagai salah satu Kota Penyangga IKN, jejak perjalanannya begitu berliku. Bahkan pernah mencatatkan sejarah sebagai salah satu kota yang dikaitkan dengan Perang Dunia II.

1. Muasal Nama Balikpapan

Sejarah awal Balikpapan terkait erat dengan perdagangan dan pelabuhan. Nama "Balikpapan" berasal dari bahasa Banjar, yaitu "balik" yang berarti belakang atau di balik, dan "papan" yang berarti tempat perahu sandar. Di awal abad ke-19, Belanda mulai melihat potensi strategis Balikpapan sebagai pelabuhan utama, dan seiring waktu, kota ini berkembang menjadi pusat perdagangan yang penting di wilayah tersebut.

2. Masa Kolonial Belanda

Belanda menjadikan Balikpapan sebagai basis eksploitasi minyak bumi pada awal abad ke-20. Perusahaan minyak seperti BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) mendirikan instalasi di sini, yang kemudian mempercepat pertumbuhan ekonomi Balikpapan. Pengaruh kolonial Belanda masih dapat dilihat dalam beberapa bangunan bersejarah di kota ini, seperti Gedung KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger).

3. Pertempuran Balikpapan

Pertempuran Balikpapan 1945, dikenal sebagai operasi amfibi terbesar dan terakhir dari Australia. Dari pertempuran ini, sebanyak 229 pasukan Australia tewas dan 634 terluka. Adapun pihak Jepang sekitar 2.032 prajurit dan 63 lainnya ditangkap. Besarnya serangan dan pengeboman membuat banyak fasilitas produksi minyak mengalami kerusakan berat.

Usai Jepang menyerah pada Sekutu, tiga regu brigade Australia masih ada di Balikpapan sampai Februari 1946. Untuk mengenang peristiwa ini, dibangun tugu peringatan pendaratan Divisi 7 di Balikpapan, yang kini dekat Lapangan Merdeka.

Tugu itu dikenal dengan nama Tugu Australia. Tahun 1998, seniman bernama Ross J. Bastian menambahkan plakat tembaga yang mengisahkan Penyerbuan Divisi 7 Australia ke Balikpapan.

4. Era Kilau Industri Minyak

Setelah kemerdekaan Indonesia, Balikpapan berkembang pesat sebagai pusat industri minyak dan gas. Kilau industri minyak di kota ini menciptakan lapangan pekerjaan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pendirian Kilang Minyak Pertamina di Balikpapan pada tahun 1972 menjadi tonggak penting dalam sejarah industri minyak Indonesia.

5. Taman Bekapai dan Pariwisata

Dalam beberapa dekade terakhir, Balikpapan telah berusaha memperluas fokusnya dari industri ke sektor pariwisata. Taman Bekapai, dengan keindahannya, menjadi salah satu destinasi populer di kota ini. Langkah-langkah itu diambil untuk memanfaatkan potensi Balikpapan untuk mengundang wisatawan untuk menikmati pesona kota.

6. Pertumbuhan Infrastruktur

Dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur telah menjadikan Balikpapan sebagai pusat bisnis dan industri yang signifikan di Kalimantan Timur. Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan pelabuhan yang modern mendukung konektivitas dan perdagangan, mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.

7. Balikpapan Hari Ini: Kota Bersejarah dan Modern

Seiring berjalannya waktu, Balikpapan tetap menjadi kota unik, menggabungkan warisan bersejarahnya dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan pariwisata. Dengan keberagaman budaya dan keindahan alamnya, Balikpapan terus menarik perhatian sebagai destinasi yang menawarkan pengalaman yang kaya dan mendalam bagi pengunjungnya.

Saat ini Balikpapan terus mengembangkan pelbagai infrastruktur, namun tetap melestraikan sejarah. Balikpapan telah menjelma menjadi perpaduan harmonis antara masa lalu dan masa kini. Yang bahkan, saat ini perlahan-pahan mulai berkemas menjadi kota cerdas atau smart city.

Editor: Rudi Agung

× Image