Kunjungan ke Kaltara, Kepala BNN RI Disambut Tarian Adat
Kaltimtara, Republika – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, Prof. Petrus Golose dan Barbara Golose beserta rombongan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Utara, pada Selasa, (21/11/2023). Kedatangan mereka disambut hangat Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kaltara, Rahmawati Zainal.
Setiba di Bandara Internasional Juwata Tarakan, Rahmawati bersama Kapolda Kaltara Irjen Pol. Daniel Adityajaya, mengalungkan syal kepada Kepala BNN Petrus Golose beserta istri, Barbara Golose. Mereka disambut dengan tarian adat dan diberi hiasan kepala khas wanita dayak.
Selanjutnya dilanjutkan dengan prosesi tepung tawar dan tarian Kesaboi Bais khas adat Suku Tidung.
Sesuai agenda, kunjungan Kepala BNN RI akan dilakukan selama dua hari, 21 hingga 22 November 2023. Sejumlah agenda yang dihelat, antara lain, memberi arahan kepada jajaran anggota BNNP Kaltara, temu sapa bersama Forkopimda Kaltara, dan memberi Kuliah Umum di Kampus Universitas Borneo Tarakan.
Kalimantan Utara atau Kaltara, termasuk salah satu provinsi muda di Indonesia lantaran baru diresmikan per 25 Oktober 2012. Mulanya, provinsi ini masuk ke dalam Kalimantan Timur. Provinsi ini memiliki ibu kota di Tanjung Selor yang berada di Kabupaten Bulungan.
Seperti provinsi Kalimantan lainnya, Kaltara juga ditempati pelbagai suku di Kalimantan, seperti suku Dayak, suku Banjar, Suku Kuta, suku Bulungan dan suku Tidung. Lantaran keragaman suku di sana, sehingga memunculkan pelbagai jenis tradisi dan budaya.
Salah satunya tari tradisional. Berikut tari tradisional khas provinsi Kaltara, yang kerap digunakan untuk menyambut tamu negara atau acara-acara kebudayaan di sana:
1. Tari Adat Bangun
Tarian ini sakral dan magis karena digunakan untuk menyembuhkan seseorang di zaman dahulu, dengan menggunakan kekuatan supranatural. Meski saat ini tari ini memiliki fungsinya yang berbeda.
2. Tari Blunde atau Tari Blundik
Tari tradisional yang berasal dari Kabupaten Bulungan, Kaltara. Tari ini memiliki kemiripan dengan tari Enggang asal Kalimantan Timur. Perbedaan keduanya ada pada penggunaan bulu enggang yang dipakai di tangan penari.
3. Tari Busak Baku
Tarian adat ini berasal dari suku Dayak Lun Dayeh. Artinya, bunga yang cantik dan wangi. Bunga Busak Baku sebagai lambang kehidupan harmonis, kuat dan menyatu. Tari ini menggambarkan tentang ikatan kekeluargaan dan emosional dari kehidupan suku Dayak Lun Dayek.
4. Tari Jepen
Tarian ini punya kesamaan dengan tari tradisional khas suku Melayu, disebut tari Zapin dari Kepulauan Riau. Tari ini juga sangat terkenal hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan FIlipina.
5. Tari Jugit
Tarian ini dari Kabupaten Bulungan, Kaltara. Muncul sejak abad ke 19 Masehi yang diciptakan dua seniman sekaligus laksamana dari Kesultanan Bulungan, yaitu Datuk Mahubut dan Datuk Maulana. Tari ini termasuk jenis tarian yang berkelas karena hanya dipentaskan di kalangan istana atau keraton.
6. Tari Kancet Ledo
Tari tradisional khas Kalimantan ini berasal dari Baram Serawak, Suku Dayak Kenyah. Cerita yang diangkat dalam tarian ini, biasanya ihwal kelembutan perangai seorang gadis yang seperti hembusan angin saat menggoyangkan batang padi. Hal itu diimplementasikan dalam gerakan tarian ini.
Tarian ini juga menggambarkan keindahan gadis Dayak yang menjadi rebutan di antara pemuda Dayak.
Editor: Rudi Agung