Jurnalis Richard: Aku Sudah Muak Lihat Tubuh Anak-anak Gaza Hancur
KALTIMTARA, REPUBLIKA – Wartawan independen, Richard Medhurst, mengunggah video yang menumpahkan kekesalannya atas aksi genosida di Gaza.
Melalui akun pribadinya @richardmedhurst, ia membuat video bertajuk: Aku Muak.
Belum ada 24 jam, video itu telah ditonton oleh 665 ribu viewers dan dibagikan 11 ribu kali, yang diunggah pada Senin (27/12/2023).
Menurutnya, ia sudah muak terhadap pembunuhan tentara Israel yang menewaskan 15 ribu warga Palestina. “Dan menyebut itu pembelaan diri,” ujarnya.
Ia mengaku sudah muak dengan media yang menyebut sandera Israel adalah sandera, sedangkan sandera Palestina sebagai tahanan.
“Kalian sedih terhadap 200 sandera Isarel, oh tapi kamu tidak tahu ada 10 ribu sandera Palestina? Tolong, cukuplah,” tegasnya.
Richard juga mengaku sudah muak dengan Isarel yang menjebloskan warga Palestina ke dalam penjara dengan tuduhan, tanpa pengadilan bahkan tanpa memberitahu alasannya kenapa mereka ditahan.
“Aku sudah muak dengan orang Palestina yang dihukum untuk kejahatan orang Eropa yang mengambil tanah, setelah orang Eropa mengambil tanah yang bukan milik mereka, kemudian dibagi-bagi,” kesalnya.
Ia juga merasa muak dengan pembantaian keji yang dilakukan terhadap anak-anak.
“Aku sudah muak melihat tubuh anak-anak hancur berkeping-keping dan para orangtua menangis serta bertanya, ‘dimana anakku’. Setengah dari populasi Gaza adalah anak-anak. Jadi jika kau mengebom setengah bangunan, siapa yang kau hantam?” tanyanya.
Ribuan jasad, lanjut Richard, masih di bawah reruntuhan dan mereka semua hilang. Belum ditemukan.
“Cukup sudah dengan pembunuhan ini. Aku muak dengan pemukim Israel yang manja padahal mereka tidur di hotel. Sedangkan warga Palestina tidur di jalanan di tengah hujan, tanpa pakaian. Tidak ada pakaian, tidak ada tempat tidur, dan tidak ada makanan,” ungkapnya.
Dan orang Israel, ungkap Richard, berani berpura-pura mereka yang tertindas.
“Tutup mulut bus*kmu,” tegas Richard.
Ia kemudian menanyakan pada warga Israel, adakah yang tahu berapa kali tentara Israel telah melakukan pemboman di kamp pengungsian dan rumah sakit yang sama.
“Apa perlu kalian mengebom sekolah PBB 100 kali sebelum kalian puas?”
Israel, menurut Richard, mengusir warga Palestina dan Nakba (malapetaka) lainnya di depan mata dunia. Mengambil tanah lebih banyak, membunuh lebih banyak, sepertinya tak pernah cukup.
Ia muak dengan Israel yang playing victim bersikap seolah menjadi korban. Padahal mereka membunuh warga Palestina dan melakukan genosida.
“Ini memuakan, ini melelahkan, membosankan. Dan tidak ada yang percaya omong kosong itu lagi,” ujarnya. Israel mengeklaim sebagai negara Yahudi tapi dalam keadaan genosida mania, tidak ada orang Yahudi yang mengakuinya.
“Betapa banyak orang Yahudi yang membenci Zionisme. Mereka juga sudah muak,” tegasnya.
Ia juga muak dengan orang Israel yang mengaku bahwa Arab membenci Yahudi.
“Padahal ini bukan tentang agama, kalian telah dibohongi,” ujarnya, seraya menegaskan, ini tentang orang Eropa yang mencuri rumah warga Palestina dan membunuh mereka. Ini tentang kemanusiaan.
“Aku sudah muak dengan pembawa acara talk show berlagak seperti ahli Timur Tengah. Pierce Morgan berpikir sejarah dimulai sejak 7 Oktober. Jadi satu-satunya trik yang dilakukan dengan menggonggong, ya Israel, dan kemudian menyalahkan Hamas.”
Richard melanjutkan, lalu pembawa acara itu bertanya pada nara sumbernya, “Apakah kamu mengutuk Hamas? Tidak. Kami mengutuk Israel dan program acara sampahmu. Aku sudah muak,” tegas Richard.
Ia pun muak dengan Amerika yang melabeli Hamas sebagai teroris ketika negeri Paman Sam selama ini menjadi teroris terbesar di dunia.
“Jangan menceramahi orang tentang hak asasi manusia dan hukum internasional, tapi terhadap kejahatan Israel, mereka tidak peduli. Afghanistan, Pakistan, Irak, Suria, Libya, Somalia, Yaman, Lebanon, apakah itu tidak cukup? Berapa lagi orang harus mati, sebelum Anda bangun,” tanyanya.
Israel, menurutnya, melakukan genosida di hadapan dunia, di siang bolong. “Menghapus mimpi anak-anak Tuhan di malam hari. Kapan dunia akan mengakhiri semua ini. Belum cukup kah mereka menderita?” tanya Richrad.
Ia melanjutkan, “15 ribu orang terbunuh, apakah itu tidak cukup? Berapa banyak warga Gaza yang tertidur di malam hari, lalu esok paginya sudah tak bangun lagi. Lusinan dokter dan perawat dibunuh. Puluhan wartawan dibunuh. Kapan kamu sadar? Kapan kamu bangun? Kamu harus menemukan kemanusiaanmu,” tegas Richard.
Editor: Rudi Agung