Mustafa Barghouti: Israel Tetap Penjarakan 398 Jenazah Warga Palestina
KALTIMTARA, REPUBLIKA – Kebiadaban Israel tidak hanya praktik genosida, merampok barang dan uang, tapi ada pula tindakan yang juga sangat tidak manusiawi. Yakni, menahan tahanan warga Palestina, yang sudah meninggal dunia.
Jasad mereka tetap berada dalam otoritas Israel dan tidak dikembalikan ke pihak keluarga korban. Tujuannya, memberi penyiksaan psikologis dan hukuman kolektif terhadap keluarga korban dan warga Palestina lainnya.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal dan salah satu pendiri Inisiatif Nasional Palestina (PNI), Dr Mustafa Barghouti. Ia mengungkap fakta tersebut dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, di program Inside Story bertajuk: Why are so many Palestinians imprisoned in Israel? edisi Kamis, (23/11/2023).
“Saya ingin mengatakan kepada kalian sesuatu yang mungkin akan membuat pemirsa terkejut. Bahwa Israel tidak hanya memenjarakan orang Palestina yang masih hidup, mereka juga memenjarakan orang-orang Palestina yang sudah meninggal dunia,” ungkap Barghouti.
“398 orang Palestina yang sudah meninggal dalam penjara-penjara Israel dan yang ditembak oleh tentara Israel, mereka semua ditahan. Mereka yang wafat di penjara Israel baik karena sakit atau disiksa harus tetap ada di dalam penjara. Dimasukan pendingin untuk menunggu sampai masa tahanannya selesai, yang bahkan bisa sampai 100 tahun,” bebernya lagi.
Mendengar itu, presenter Al Jazeera Folly Bah Thibault, melontarkan tanya: bagaimana Israel bisa menjustifikasi tahanan penahanan jenazah warga Palestina atau tahanan yang ada dalam pengawasan mereka?
Barghouti menjawab, “Tidak ada justifikasi,” tegasnya.
Barghouti kembali mengungkap, “142 warga Palestina yang baru saja dibunuh, kebanyakan para pemuda. Banyak juga di antara mereka yang masih anak-anak. Semuanya disimpan dalam lemari pendingin."
"Israel menolak membebaskan mereka sebagai sebuah penyiksaan psikologis untuk keluarga mereka. Juga sebagai hukuman kolektif untuk keluarga mereka,” imbuhnya,
Selain itu, ungkap Barghouti, ada juga 256 orang yang dipenjara dalam kuburan yang dinamakan kuburan bernomor. Ada nomornya untuk masing-masing orang dan mereka ada di sana. Beberapa di antaranya ada yang sudah di sana selama lebiih dari 40 tahun.
“Jadi itu adalah tindakan yang sangat buruk dan tidak manusiawi,” tegas Barghouti.
“Sangat mengejutkan tindakan mereka, seperti yang Anda ceritakan,” timpal presenter Al Jazeera.
Al Jazeera juga melaporkan, ribuan warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel dan jumlahnya terus bertambah setiap hari. Hamas selalu menjadikan kebebasan tahanan Palestina sebagai salah satu syarat pembebasan tawanan Israel dan asing.
Diperkirakan masih ada 7.800 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel, dan puluhan lainnya ditangkap di Tepi Barat yang diduduki setiap hari.
Penggunaan penahanan administratif oleh Israel berarti mereka dapat memenjarakan warga Palestina tanpa menuntut mereka. Ini adalah praktik yang menurut kelompok hak asasi manusia melanggar hukum internasional.
Dalam program Inside Story tersebut, selain Burghoti, ada dua nara sumber lain. Yakni, Peneliti Israel dan Palestina di Amnesty International Budour Hassan serta Direktur Program Akuntabilitas di Defense for Children International Spesialisasi Penahanan Anak Ayed Abu Eqtaish.
Program itu dirilis dalam tayangan video berdurasi 28 menit.
Editor: Rudi Agung