Survei AWRAD: Mayoritas Warga Palestina Dukung Hamas
KALTIMTARA, REPUBLIKA – Di tengah tsunami informasi pemutaran balikan fatka dan fitnahan pihak Barat terhadap Hamas, namun warga Palestina yang menjadi korban Zionis Israel, juga sebagai pihak pertama yang paling pantas menilai Hamas, justru mendukung gerakan mereka.
Mayoritas warga Palestina mendukung penuh apa yang telah dilakukan Hamas, terutama dalam serangan Badai Al Aqsha 7/10, meski banyak warga Gaza dan Tepi Barat menjadi martir. Dukungan itu dicatat dalam laporan Arab World for Research and Development, dunia Arab untuk penelitian dan pengembangan.
Melalui situs resminya, AWRAD merilis hasil survei terbarunya. Dalam laporan bertajuk: Public Opinion Polls Gaza Survey 7th October, yang berisi 37 laman, menjelaskan data yang mengejutkan.
Jajak pendapat itu dilakukan selama masa perang, dan dirilis pada 14 November silam.
Dalam prolognya di laman Awrad, dijelaskan jajak pendapat masa perang: Hasil Jajak Pendapat di kalangan warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dilakukan dari tanggal 31 Oktober hingga 7 November.
Arab World for Research and Development melakukan survei kepada 668 warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, selama minggu keempat Perang Gaza yang sedang berlangsung.
Tim melakukan survei melalui wawancara tatap muka dengan bantuan tablet di seluruh Tepi Barat dan di tempat penampungan serta rumah tangga di tiga Gaza Selatan: Deir Al Balah, Khan Younis, dan Rafah.
“Sampel jajak pendapat mencakup semua kelompok sosial ekonomi, memastikan keterwakilan yang setara antara pria dan wanita dewasa, dan didistribusikan proporsional di Tepi Barat dan Gaza,” tulis Awrad.
Meski Israel, Amerika dan sekutunya mendukung Otoritas Palestina pimpinan Mahmoud Abbas dan melabeli Hamas dengan stempel teroris, namun fakta menunjukkan warga Palestina lebih memilih Hamas. Hal itu disimpulkan dalam survei Awrad.
Saat warga Palestina ditanya: Seberapa besar mendukung operasi militer yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober?” Tanggapan Palestina menunjukkan dukungan penuh.
Warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat, yang saat ini dikuasai Otoritas Palestina, mayoritas menjawab mendukung serangan itu hingga tingkat ekstrem atau agak, sebesar 83,1 persen.
Hanya 6,9 persen menjawab sangat atau agak menentang serangan itu, dan sebesar 8,4 persen menyatakan mereka sangat atau agak menentang serangan itu.
Pendapat warga di Tepi Barat, tidak berbeda jauh dengan warga Palestina yang tinggal di Gaza. Secara keseluruhan mayoritas mendukung serangan yang dilancarkan Hamas pada peristiwa 7/10.
Hasil survei menunjukan, sebanyak 63,6 persen menyatakan warga mendukung serangan tersebut sangat atau agak. Hanya 14,4 persen lainnya menjawab mereka tidak menentang atau mendukung.
Survei juga menunjukkan sebanyak 75 persen responden setuju dengan serangan Hamas 7/10 lalu.
Negara Tunggal Palestina
Saat dilempar pertanyaan alasan utama operasi Badai Al Aqsha, 7 Oktober? Sebanyak 31,7 persen responden di Tepi Barat dan 24,9 persen responden di Gaza mengklaim serangan itu sebagai pembebasan Palestina dari penjajah Zionis.
Adapun 23,3 persen responden di Tepi Barat dan 17,7 persen responden di Gaza menyatakan alasan serangan tersebut untuk menghancurkan pengepungan di Gaza.
Selanjutnya, sebanyak 35 persen dari total responden menyatakan serangan untuk menghentikan pelanggaran HAM terhadap masjidil Aqsha.
Berikutnya, ketika ditanya: Apakah mendukung solusi pembentukan satu atau dua negara? Mayoritas responden atau 74,7 persen, menjawab mereka mendukung negara tunggal Palestina.
Kemudian sebanyak 63,6 persen merasa saat ini perang antara Israel dan Palestina secara umum dan 9,4 persen menyatakan mereka melihat ini sebagai perang antara dunia Barat dan dunia Arab. Dan hanya 18,6 persen responden yang menganggap ini perang antara Israel dan Hamas.
Polling terpisah, yang dirilis The Palestinian Center for Policy and Survey Research, pada Juni 2023, juga mencatat data mencengangkan.
Dalam laporan bertajuk Public Opinion Poll No (88), menunjukkan 63 persen warga Palestina percaya bahwa Otoritas Palestina (PA), menjadi beban bagi mereka, dan 80 persen tak puas dengan kinerja Abbas.
Bahkan, sebanyak 84 persen yakin ada korupsi di tubuh PA. Selain itu, sebanyak 50 persen warga Palestina berpendapat pembubaran Otoritas Palestina akan menjadi yang terbaik bagi masyarakat Palestina.
Kemudian 63 persen berpendapat kelangsungan Otoritas Palestina adalah untuk melayani kepentingan Israel. Adapun 34 persen berapndangan, kepentingan Israel terletak pada runtuhnya Otoritas Palestina.
Selanjutnya 43 persen mengatakan tindakan hukuman Israel terhadap Otoritas Palestina bertujuan untuk melemahkannya; 25 persen berpikir Israel bertujuan memaksa keruntuhan Otoritas Palestina; dan 28 persen berpendapat Israel tidak ingin melemahkan Otoritas Palestina atau membawanya hingga runtuh.
Palestina Diidolakan Dunia
Sebelumnya, sepanjang genosida terjadi sampai gencatan senjata, negara-negara di hampir seluruh dunia melakukan aksi protes tindakan keji Israel. Para peserta aksi mendukung Palestina. Para penduduk Indonesia, Malaysia, Australia, London, Turki, Jerman, sampai Amerika, berbondong-bondong membela Palestina.
Genosida di Gaza, mampu melahirkan sejarah baru. Palestina, menjadi satu-satunya negara yang benderanya dikibarkan jutaan manusia di segala penjuru dunia. Benderanya berkibar di puluhan negara. Tanpa paksaan, tanpa bayaran.
Bahkan meski belum ada catatan resmi, tapi beberapa pihak independen melaporkan, genosida Gaza memantik ribuan peningkatan muallaf dari segala penjuru dunia. Bukan saja orang biasa. Di antara mereka ada nama yang populer.
Seperti aktivis dan TikToker Amerika, Megan Rice. Ia memutuskan masuk Islam, menjadi muallaf karena terinspirasi ketabahan warga Gaza. Di laman TikTok nya, Rice mengucapkan syahadat, mengumumkan masuk Islam, dan mengungkapkan kenyamanannya saat memakai jilbab.
Ia juga membacakan arti ayat-ayat Quran yang dibacanya. Qiraatil Qura’an ini juga dilakukan banyak warga Eropa dan Amerika lainnya.
Yang dialami Megan Rice, serupa yang diungkap Profesor Zareena Grewal. Ia profesor di Yale yang menulis buku tentang Al Quran dan toleransi beragama dalam budaya Amerika.
Grewal mengatakan orang-orang Amerika banyak yang mempelajari Al-Qur’an untuk memahami keimanan, kekuatan moral, ketangguhan, dan karakter memesona yang mereka lihat dalam diri Muslim Palestina.
Tak hanya itu, bahkan tawanan yang disandera Hamas menunjukan kehangatan saat mereka dilepas di masa gencata senjata. Salah satunya, Maya Regev, wanita berusia 21 tahun ini menjadi viral lantaran tatapan tajamnya terhadap salah satu pejuang.
Di sosial media, Maya menjadi bahan 'cemburu' an netizen Indonesia. Di luar negeri, tagar #KhamasPleaseKidnapme, sempat menjadi digunakan pengguna sosmed wanita.
Hamas Makin Dicintai Rakyatnya
Di masa gencatan senjata para penduduk Palestina menggelar pawai menyambut para tahanan yang dibebaskan. Sesekali, mereka juga berteriak: kalian tahanan termahal, karena dibebaskan dengan pengorbanan 17 ribu jiwa warga. Para penduduk dan sejumlah tahanan yang dibebaskan sujud syukur.
Di Ramallah, mereka juga menyatakan dukungannya pada Hamas, sebagai tanda terimakasih. Ada pula yang menggunakan ikat kepala Hamas meski mereka bukan anggota Hamas. Warga Palestina menjadikan pembebasan tahanan seolah hari kemenangan, hari raya.
Salah satu di antara tahanan, Sarah Abdullah dari Nablus. Dengan lantang menyatakan, “Saya bangga dengan Hamas dan saya sangat mencintai Gaza. Saya bangga dengan Muhammad Dheif- Komandan Al-Qassam, saya bangga dengan Yahya Sinwar- Ketua Hamas di Gaza. Karena hanya mereka yang mendukung kami. Terima kasih,” ujarnya.
Editor: Rudi Agung