Home > Regional

Gerbang IKN, Kabupaten PPU Jadi Daerah Prioritas Penanganan Stunting

Kabupaten ini masih tertinggal dibanding daerah sekitarnya, Balikpapan dan Paser.
Koordinator Program Manager Satgas Stunting Kaltim, Masdar John. (Pemprov)

KALTIMTARA, REPUBLIKA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting kini tengah fokus pada upaya penanganan kasus stunting di seluruh kabupaten/kota.

Kabupaten Penajam Paser Utara atau PPU, menjadi salah satu daerah prioritas lantaran menjadi gerbang menuju Ibu Kota Nusantara, IKN.

Kabupaten ini wilayah yang paling dekat kawasan IKN. Posisi strategis itu patut dioptimalkan oleh PPU sebagai superhub ekonomi baru di sekitar IKN.

Salah satu langkahnya melalui peningkatan Sumber Daya Manusia berkualitas. Para SDM lokal harus memiliki kemampuan dan intelektualitas tinggi agar mampu bersaing dengan para pendatang.

Upaya menyiapkan SDM berkualitas, salah satunya menjamin anak-anak tidak mengalami stunting. Atau kondisi gangguan pertumbuhan anak yang disebabkan kurangnya asupan nutrisi di masa pertumbuhan.

Koordinator Program Manager Satgas Stunting Kaltim, Masdar John memastikan, kinerja Pemerintah PPU soal penanganan stunting dinilai sudah cukup baik. Daerah ini, bahkan dinobatkan sebagai kabupaten terbaik dalam Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kalimantan Timur, tahun 2023.

Meski begitu, ia memberi catatan yang dapat menjadi evaluasi bagi PPU.

Pertama, ujar Masdar, ihwal pendampingan terhadap Keluarga Risiko Stunting atau KRS.

“Data KRS di PPU jumlahnya 7.314 keluarga. Tapi yang menerima pendampingan Tim Pendamping Keluarga baru sebanyak 3.327. Jadi baru sekirar 45,5 persen," papar Masdar, melalui keterangan persnya, Senin (18/12/2023).

Praktisi kesehatan itu menjelaskan, salah satu upaya mencegah kasus stunting anak dengan mengawal kesehatan calon pengantin yang akan menikah.

Tujuannya agar dapat melahirkan bayi yang sehat tanpa risiko stunting.

Seiring itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional telah menerbitkan Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil atau Elsimil.

Ini bisa menjadi media skrining pendampingan calon pengantin, calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu paska persalinan, dan keluarga yang memiliki bayi usia 0-59 bulan.

Kehadiran media skrining itu belum banyak diketahui. Seperti di PPU, per November 2023 jumlah pasangan menikah sebanyak 1.110. Namun jumlah calon pengantin yang mengisi Elsimil hanya 220 atau sekitar 19,8 persen.

"Karena kurangnya sosialisasi masif. Jadi kita harapkan ada kolaborasi pentahelix untuk sosialisasi elsimil ini. Misalnya dari Kementerian Agama yang mewajibkan calon pengantin mengisi Elsimil sebelum menikah," ujar Masdar.

Eko

× Image