Home > Mancanegara

Zionis Bombardir RS Eropa di Khan Younis, Beberapa Jam Usai Pengeboman Nasser

Sedikitnya 16 warga Gaza tewas dan lebih dari 70 lainnya terluka dalam serangan sebelumnya.
Serangan Zionis kian bengis menargetkan layanan kesehatan di Gaza. (Days of Palestine)
Serangan Zionis kian bengis menargetkan layanan kesehatan di Gaza. (Days of Palestine)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Tentara Zionis Israel menyerang Rumah Sakit Eropa di Khan Younis dengan serangkaian serangan udara, hanya beberapa jam setelah serangan mematikan di Rumah Sakit Nasser.

Sedikitnya 16 orang tewas dan lebih dari 70 lainnya terluka dalam serangan sebelumnya. Adapun skala penuh korban dari pengeboman Rumah Sakit Eropa masih belum pasti. Demikian menurut laporan Days of Palestine, pada Selasa (13/5/2025).

Militer Israel, yang berkoordinasi dengan badan intelijen domestik Shin Bet, mengonfirmasi tanggung jawab atas serangan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, militer menuduh bahwa rumah sakit tersebut digunakan oleh Hamas sebagai "pusat komando dan kendali" rahasia yang terletak di bawah tanah.

Namun, tidak ada bukti nyata yang diberikan untuk mendukung klaim tersebut.

Sumber-sumber lokal melaporkan ada pembantaian, dengan saksi mata menggambarkan "pembantaian" di halaman gawat darurat rumah sakit.

Sejumlah mayat masih belum ditemukan di bawah reruntuhan, dan kekhawatiran meningkat bahwa jumlah korban tewas dapat meningkat secara signifikan.

Serangan itu dilaporkan melibatkan sedikitnya enam rudal dan juga menghantam sebuah rumah tinggal yang berdekatan dengan kompleks rumah sakit, yang dihuni pada saat itu.

Penargetan fasilitas medis menandai kelanjutan suram dari dampak serangan terhadap infrastruktur sipil Gaza, yang memicu kekhawatiran baru dari pengamat internasional dan lembaga kemanusiaan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok bantuan lainnya sebelumnya telah memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Gaza hampir runtuh total karena beban serangan berulang kali dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.

Pengeboman terbaru ini semakin memperburuk upaya tanggap darurat di wilayah yang terkepung, di mana akses ke perawatan kritis dan tempat perlindungan yang aman terus berkurang setiap jamnya.

Masih menurut laporan Days of Palestine, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah menerbitkan peringatan keras. Bahwa penduduk Jalur Gaza menderita kelaparan parah setelah 19 bulan konflik, pengungsian massal, dan pembatasan berat pada bantuan kemanusiaan.

Dalam pernyataan resminya, UNRWA menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai bencana besar, dengan menyebutkan adanya penurunan tajam dalam akses terhadap makanan, air, dan bantuan medis.

Badan itu melaporkan bahwa lebih dari 80% penduduk kini hidup di bawah garis kemiskinan, dan bergantung sepenuhnya pada bantuan internasional untuk bertahan hidup.

UNRWA menekankan bahwa blokade di titik-titik penyeberangan utama, khususnya pelabuhan laut Gaza dan titik penyeberangan perbatasan Rafah, mencegah masuknya pasokan penting, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, yang memperburuk penderitaan warga sipil, khususnya anak-anak, wanita, dan orang tua.

“Kami tidak akan mampu menyalurkan bantuan secara efektif selama pembatasan yang tidak beralasan terhadap pasokan kemanusiaan terus berlanjut,” kata juru bicara UNRWA Marc Lassayce dalam sebuah konferensi pers.

“Blokade harus segera dicabut untuk memungkinkan aliran bantuan kemanusiaan yang bebas dan menyelamatkan nyawa.”

UNRWA memperkirakan lebih dari dua juta orang di Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, dengan kasus kekurangan gizi di antara anak-anak di bawah usia lima tahun meningkat pesat.

Laporan lapangan telah mendokumentasikan keluarga yang menjual perabotan dan peralatan rumah tangga untuk makanan.

Dalam beberapa kasus, terpaksa memakan makanan hewani untuk bertahan hidup.

UNRWA mendesak masyarakat internasional untuk segera bertindak guna mendukung upaya bantuan dan meningkatkan pendanaan. Badan tersebut juga meminta semua pihak untuk menegakkan hukum humaniter internasional dan memastikan perlindungan warga sipil.

“Kelaparan bukan lagi ancaman yang jauh, melainkan kenyataan yang mengancam kecuali tindakan segera diambil,” Lassayce memperingatkan.

Peringatan ini muncul di tengah serangan udara Israel yang kembali terjadi di sejumlah wilayah di Jalur Gaza, yang telah menewaskan dan melukai puluhan orang dalam beberapa hari terakhir, sehingga semakin memperparah keadaan darurat kemanusiaan yang sudah mengerikan.

Mila

× Image