Kekejian Israel: Gencar Ngebom Kamp Pengungsian, Masjid dan Sekolah

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Zionis Israel terus menunjukan kekejiannya di tengah sorotan global. Mereka terus melakukan pengeboman di kamp pengungsian, masjid dan sekolah.
Pengeboman Israel pada hari Rabu menewaskan sejumlah warga Palestina dan melukai lainnya di seluruh Jalur Gaza, menurut koresponden Kantor Berita Palestina, WAFA, pada Rabu (14/5/2025).
Ia mengatakan bahwa Israel membom sebuah tenda yang menampung orang-orang terlantar di Kamp Al-Amal di Jabalia di Jalur Utara. Tragedi ini menewaskan dua warga sipil dan melukai beberapa lainnya.
Ia menambahkan jet tempur Israel melakukan serangan udara yang menargetkan sekitar Masjid Badr di lingkungan Shuja'iyya di Gaza, yang mengakibatkan seorang korban jiwa dan sejumlah korban lainnya.
Masih menurut laporan WAFA, pengeboman Israel menargetkan sekitar sekolah Abu Nuweira di kota Abasan al-Jadida, timur kota Gaza, menewaskan satu orang dan melukai lainnya.
Israel secara sepihak mengakhiri perjanjian gencatan senjata Gaza dan melanjutkan agresinya di Jalur Gaza pada hari Selasa, 18 Maret.
Kemudian melancarkan gelombang serangan udara berdarah di seluruh Jalur Gaza dan menewaskan ratusan warga Palestina, termasuk lebih dari 100 anak-anak.
Jumlah korban tewas mencapai sedikitnya 2.799 orang dengan 7.805 lainnya terluka, menurut sumber medis.
Dalam 24 jam terakhir, jenazah 20 warga Palestina yang terbunuh, termasuk jenazah yang ditemukan dari reruntuhan, dan 125 korban lainnya dirawat di rumah sakit di Jalur Gaza.
Agresi itu dilanjutkan di tengah kekhawatiran memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Menyusul pengepungan yang sedang berlangsung dan larangan masuknya bantuan medis dan kemanusiaan.
Israel telah melancarkan serangan militer di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan 52.928 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 119.846 lainnya.
Terlebih lagi, sedikitnya 10 ribu orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh wilayah Strip.
Agresi Israel juga mengakibatkan pengungsian paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk di dekat perbatasan dengan Mesir.
Hal ini mencatatkan sejarah eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba tahun 1948.
90 Persen Keluarga Gaza Alami Krisis Air Bersih
Menukil Days of Palestine, Kementerian Kesehatan Gaza telah mengeluarkan peringatan keras tentang krisis air yang makin memburuk di wilayah Palestina yang terkepung.
Kemenkes Gaza mengungkap bahwa 90 persen keluarga menderita kekurangan air yang parah, sementara lebih dari seperempat sampel air yang diuji terkontaminasi.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Rabu, kementerian mengatakan kontaminasi yang meluas berkontribusi terhadap lonjakan penyakit yang ditularkan melalui air di antara populasi.
Krisis ini diperburuk meningkatnya suhu panas di musim panas, yang telah meningkatkan kebutuhan akan air minum yang aman.
Khususnya di kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak, yang kondisinya digambarkan sebagai bencana.
Menurut kementerian, perang dan kerusakan yang sedang berlangsung telah membuat hampir semua infrastruktur air utama tidak dapat beroperasi.
Lebih dari 90 persen pabrik desalinasi Gaza dan 80 persen fasilitas pengolahan air limbahnya kini tidak dapat beroperasi sama sekali.
"Kesehatan dan kelangsungan hidup warga sipil di Gaza berada dalam bahaya yang sangat besar," kata kementerian tersebut, sambil memperingatkan rusaknya sistem air dan sanitasi dapat menimbulkan bencana kesehatan masyarakat yang mengancam jiwa.
Mila