Kemenkes Gaza: Israel Tutup Paksa RS Al-Awda, Staf Medis Ditembaki Drone

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Pihak pengelola Rumah Sakit Al-Awda di Gaza utara mengumumkan Pasukan Pendudukan Israel telah mulai mengevakuasi pasien dan staf medis secara paksa dari rumah sakit tersebut.
Di tengah kebijakan pemusnahan dan pemindahan paksa yang sedang berlangsung, tindakan tersebut secara efektif telah membuat seluruh sektor kesehatan di Gaza utara tidak berfungsi.
Dalam pernyataan yang diunggah di Telegram, menurut laporan Days of Palestina, Jumat (30/5/2025), manajemen Rumah Sakit Al-Awda mengonfirmasi, “Pasukan pendudukan saat ini tengah melakukan evakuasi paksa terhadap pasien dan staf medis dari satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza utara.”
Pernyataan itu menyatakan bahwa evakuasi dilakukan setelah "pengepungan selama berhari-hari dan penargetan berulang kali terhadap rumah sakit, yang merupakan ancaman langsung terhadap hak atas kesehatan dan kehidupan dan merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional."
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengecam evakuasi tersebut, menyebutnya sebagai “kelanjutan kejahatan dan pelanggaran pendudukan terhadap sistem kesehatan di Jalur Gaza.”
Kementerian meminta semua pihak internasional yang peduli untuk campur tangan guna melindungi fasilitas medis sesuai dengan hukum internasional dan hukum kemanusiaan.
Menurut Dr. Munir al-Barsh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, “Israel telah mencabut layanan kesehatan dari sekitar 400.000 warga Palestina di Jalur Gaza utara setelah menutup paksa Rumah Sakit Al-Awda, fasilitas medis terakhir yang beroperasi di daerah tersebut.”
Tembaki Staf Medis dengan Pesawat Tak Berawak
Sebelumnya pada hari Kamis, administrasi rumah sakit melaporkan bahwa tentara Israel menggunakan pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak di sekitar gedung dan menembaki stafnya secara bertubi-tubi, sebelum memerintahkan evakuasi fasilitas tersebut.
Pada saat evakuasi, rumah sakit tersebut memiliki 97 orang di dalamnya, termasuk 13 pasien dan korban luka, serta 84 staf medis.
Sumber-sumber medis mengonfirmasi bahwa dengan ditutupnya Al-Awda, semua rumah sakit di Gaza utara kini tidak beroperasi lagi.
Termasuk rumah sakit Al-Awda, Al-Indonesi, dan Kamal Adwan, yang ditutup karena serangan langsung dan pengepungan yang berkepanjangan.
Pada hari Rabu, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa 22 dari 38 rumah sakit di Jalur Gaza kini tidak beroperasi karena serangan Israel. Situasi ini menandai hampir runtuhnya total infrastruktur kesehatan di Jalur Gaza.
Evakuasi paksa ini menyusul serangkaian serangan yang disengaja terhadap Rumah Sakit Al-Awda. Kamis lalu, pasukan Israel menyerang gudang obat di dalam rumah sakit, yang memicu kebakaran.
Dua pesawat tanpa awak (drone) yang dipasangi bom juga diledakkan di dekatnya, yang menyebabkan kerusakan struktural yang serius, menurut administrasi rumah sakit.
Rumah Sakit Al-Awda, sebuah lembaga swasta, memiliki dua cabang: satu di Gaza bagian tengah dan satu lagi di Kamp Pengungsi Jabalia, Gaza bagian utara.
Meskipun sumber daya terbatas karena blokade Israel yang masih berlangsung, rumah sakit tersebut terus memberikan perawatan medis darurat hingga evakuasi hari Kamis.
Rumah sakit tersebut telah mengalami penembakan berulang kali, tembakan penembak jitu, dan pengepungan selama beberapa minggu terakhir.
Serangan-serangan ini merupakan bagian dari kebijakan sistematis Israel yang menargetkan lembaga-lembaga kesehatan di Gaza.
Pada 18 Mei, pasukan Israel melakukan pengepungan terhadap Rumah Sakit Indonesia, sementara Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi sasaran beberapa serangan udara. Menurut pejabat Palestina, penargetan fasilitas-fasilitas ini bertujuan untuk sepenuhnya memutus akses layanan kesehatan di Gaza utara.
Israel terus membenarkan tindakan tersebut dengan klaim yang tidak berdasar bahwa rumah sakit digunakan oleh kelompok perlawanan Palestina. Namun, organisasi internasional, investigasi pers, dan kelompok hak asasi manusia telah membantah tuduhan ini, dengan menekankan bahwa tidak ada bukti kredibel yang diajukan.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza. Menurut otoritas kesehatan Palestina, lebih dari 177.000 warga Palestina telah tewas atau terluka, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 11.000 orang masih hilang.
Krisis kesehatan ini diperparah dengan penutupan perbatasan Gaza sejak 2 Maret, yang telah menghentikan masuknya makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan.
Sehingga menciptakan situasi bencana bagi lebih dari 2,4 juta penduduk, yang sebagian besarnya kini mengungsi dan kehilangan tempat tinggal.
Mila