Nilai Kekayaan Intelektual Melonjak 10 Kali Lipat

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Perubahan lanskap ekonomi dunia telah bergeser signifikan, dari dominasi aset berwujud menuju dominasi aset tak berwujud atau intangible asset.
Hal itu disampaikan Representatif Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization / WIPO), Michael Kos.
Ia menyatakan keterangannya dalam pembukaan acara Training of Trainers (ToT) Intellectual Property Valuation di Gedung BJ Habibie, pada Senin (3/11/2025).
Menurut Kos, pada tahun 1970-an, lebih dari 80 persen aset perusahaan di bursa saham dunia berasal dari aset berwujud seperti pabrik, mesin, atau properti.
“Namun kini, aset tak berwujud – termasuk kekayaan intelektual, pengetahuan, perangkat lunak, dan data – telah mencapai nilai lebih dari 80 triliun dolar AS. Meningkat 10 kali lipat dalam 25 tahun terakhir,” papar Kos, dilansir laman BRIN, Selasa.
Karena itu, Kos menyebut valuasi atau penilaian kekayaan intelektual menjadi kunci utama membangun ekonomi berbasis inovasi yang berkelanjutan. Menurutnya, pergeseran ini menunjukkan kekayaan intelektual telah menjadi sumber utama daya saing global.
“Aset tak berwujud kini bernilai lebih besar daripada gabungan lima ekonomi terbesar dunia. Ini bukan fenomena yang terbatas pada negara maju saja,” imbuh Kos.
Ia menjelaskan negara-negara seperti India, Turki, dan Indonesia kini masuk 20 besar dunia dalam hal intensitas aset tak berwujud.
“Ini menandakan masa depan pertumbuhan ekonomi global akan digerakkan oleh inovasi, digitalisasi, dan kewirausahaan,” ungkapnya.
Dalam konteks itu, lanjutnya, valuasi kekayaan intelektual menjadi instrumen yang sangat penting. Valuasi IP membantu menentukan nilai sebenarnya dari suatu usaha, terutama bagi perusahaan teknologi, startup, dan perusahaan berbasis aset ringan. Saat ini IP adalah aset paling berharga.
“Penilaian yang akurat dapat membantu investor dan pembuat kebijakan membuat keputusan yang tepat dan strategis,” kata Kos.
Ia menekankan valuasi kekayaan intelektual tidak hanya penting untuk tujuan investasi, tetapi juga menjadi faktor krusial dalam berbagai aspek bisnis lainnya.
Semisal merger & acquisition, lisensi, transfer teknologi, pelaporan keuangan, serta pengelolaan risiko. “Valuasi HKI juga membuka peluang pertumbuhan baru dan memperkuat tata kelola ekonomi berbasis inovasi,” ujarnya.
Kos menjelaskan kegiatan Training of Trainers menjadi momentum penting dalam memperkuat kapasitas nasional di bidang penilaian kekayaan intelektual.
“Kita berada di awal fase baru dalam valuasi KI. Melalui pelatihan ini, kita melatih calon-calon ahli valuasi yang akan berperan penting dalam mengkomersialisasikan hasil penelitian dan inovasi,” ujarnya.
Kos mengingatkan dengan memahami nilai kekayaan intelektual, para pemangku kepentingan dapat mengelola risiko dengan lebih baik.
Serta mengidentifikasi peluang pertumbuhan, dan memastikan hasil penelitian dapat diubah menjadi inovasi yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Yan Andri
