Home > Politik

Presiden Prabowo dan Ketum PDIP Megawati Bersahabat Sejak Lama

Said menyebut Ibu Mega dan Presiden Prabowo juga melanjutkan tradisi dari para pemimpin bangsa sebelumnya.
Presiden Prabowo bersama Ketum PDIP Megawati Soekarnoputeri.
Presiden Prabowo bersama Ketum PDIP Megawati Soekarnoputeri.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, menilai pertemuan antara Presiden Prabowo dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputeri, sebagai wujud kenegarawanan.

Pertemuan itu terjadi pada puncak peringatan hari Pancasila. Kehadiran Megawati di agenda itu, dengan kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP. Pertemuan keduanya, bukan kali ini saja.

Sebelumnya, pada 9 April 2025 lalu Presiden Prabowo juga berkunjung silaturahim ke rumah Ibu Mega di Menteng.

“Kita semua tahu Ibu Mega dan Pak Prabowo bersahabat sejak lama. Hubungan beliau berdua terajut dengan baik sejak lama, baik dalam konteks politik, apalagi dalam urusan strategis, menyangkut ideologi negara Pancasila,” kata Said, Senin (2/6/2025).

Ia menilai, publik patut menjunjung tinggi jiwa penghormatan yang diberikan Presiden Prabowo kepada tokoh tokoh bangsa.

“Sebelumnya beliau juga berkunjung ke kediaman para pemimpin negara. Saya kira ini modal penting bagi pemerintah kedepan untuk membangun stabilitas politik dan melaksanakan pembangunan,” imbuhnya.

Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyebut Ibu Mega paling awal dalam sambutannya, sebelum menyebut tokoh tokoh lainnya.

Sangat terlihat Presiden Prabowo memberi tempat terhormat kepada Ibu Mega, baik selaku Presiden kelima, maupun sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP.

“Saya kira ini melampaui hubungan urusan pragmatis politik,” lanjutnya.

Prabowo juga menegaskan pentingnya sebagai bangsa untuk bersatu, agar menjadi bangsa yang kuat, menghadapi berbagai tantangan kebangsaan dan kenegaraan yang tidak mudah.

“Saya kira Ibu Mega menyambut baik gagasan dan pikiran pikiran Presiden Prabowo dalam peringatan Hari lahir Pancasila ini,” ujarnya.

Said menyebut Ibu Mega dan Presiden Prabowo juga melanjutkan tradisi dari para pemimpin bangsa sebelumnya.

Dahulu banyak tokoh tokoh politik bangsa yang berbeda haluan politik, berbeda dalam menempuh jalan kebijakan.

Akan tetapi mereka bisa berhubungan baik, menjaga silaturahim, bahkan saling tunjuk untuk menjadi imam sholat berjamaah bersama.

“Kita juga teringat bagaimana Buya Hamka menjadi imam sholat jenazah Presiden Soekarno, padahal hubungan mereka berdua cukup keras dalam soal politik,” imbuhnya.

PDI Perjuangan mentradisikan Bulan Juni sebagai Bulan Bung Karno, saat Bung Karno membacakan naskah pidato Pancasila untuk pertama kalinya pada 1 Juni 1945.

Lalu pada tanggal 6 Juni 1901 Bung Karno dilahirkan dan 21 Juni 1970 Bung Karno wafat.

“Bagi PDI Perjuangan Bulan Juni adalah bulan yang spesial, bulan yang menyejarah atas lahirnya ideologi dan pemimpin besar bangsa dan negara ini,” tuturnya.

Sebagai tokoh yang sama sama nasionalistis, Ibu Mega dan Presiden Prabowo tentu tersambung secara batiniah, terutama atas panggilan sejarah, dan kebutuhan masa depan Indonesia.

Republika

× Image