Home > Regional

Jejak Peradaban Kutai Timur: dari Rimba Purba Hingga Pusat Ekonomi Modern

Kemudian, gelombang kolonialisme Eropa, terutama Belanda, mulai merambah Borneo.
Tarian adat pada festival Budaya Wehea di Muara Wahau Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Tarian adat pada festival Budaya Wehea di Muara Wahau Kutai Timur, Kalimantan Timur.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Saat bicara tentang Kutim alias Kutai Timur di Kalimantan Timur, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada kekayaan sumber daya alamnya, terutama batu bara yang melimpah.

Namun, di balik gemerlap industri modern, Kutai Timur adalah tanah yang menyimpan jejak peradaban panjang, jauh sebelum penemuan tambang emas hitam.

Dari hutan purba yang menjadi saksi bisu kerajaan tua di Nusantara, hingga transformasi menjadi salah satu lokomotif ekonomi Kalimantan Timur. Kutai Timur adalah kanvas sejarah yang penuh warna.

Disarikan dari pelbagai sumber, sejarah Kutai Timur tak bisa dilepaskan dari akar peradaban Kerajaan Kutai Martadipura, kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi.

Meski pusat kerajaannya ada di wilayah Kutai Kartanegara saat ini, pengaruh dan wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar wilayah Kutai Raya, termasuk cikal bakal Kutai Timur.

Keberadaan Yupa (prasasti batu) yang ditemukan di Muara Kaman, yang kini menjadi bagian dari Kutai Kartanegara namun secara geografis dekat dengan batas Kutai Timur, adalah bukti autentik kemegahan peradaban awal di wilayah ini.

Inilah titik nol peradaban yang meletakkan fondasi sejarah bagi seluruh wilayah Kutai.

Setelah Kerajaan Kutai Martadipura, muncul Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang bercorak Islam. Meskipun pusat kesultanan bergeser, wilayah timur tetap menjadi bagian integral dari pengaruh kerajaan.

Kemudian, gelombang kolonialisme Eropa, terutama Belanda, mulai merambah Borneo.

Perjanjian-perjanjian dengan kesultanan lokal secara perlahan mengikis kedaulatan, dan wilayah Kutai, termasuk bagian timurnya, menjadi daerah konsesi bagi kepentingan ekonomi Barat, terutama dalam hal eksploitasi hutan dan potensi mineral yang mulai tercium.

Masa ini menandai awal mula perubahan lanskap sosial dan ekonomi di Kutai Timur.

Titik balik penting dalam sejarah Kutai Timur adalah penemuan cadangan batu bara dan minyak bumi yang melimpah pada abad ke-20.

Penemuan ini secara drastis mengubah wajah Kutai Timur dari wilayah yang didominasi hutan menjadi pusat industri ekstraktif.

Perusahaan-perusahaan besar multinasional mulai berinvestasi, menarik urbanisasi, dan menciptakan kota-kota baru seperti Sangatta yang kini menjadi ibu kota Kutai Timur. Migrasi penduduk dari berbagai daerah di Indonesia juga memperkaya heterogenitas budaya.

Pembentukan Kabupaten Kutai Timur

Secara administratif, Kabupaten Kutai Timur adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai pada tahun 1999, berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999.

Pemekaran ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan pelayanan publik, mengingat luasnya wilayah Kutai Raya sebelumnya.

Sejak saat itu, Kutai Timur mulai menata diri sebagai kabupaten mandiri, berfokus pada pengembangan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan tentu saja, pengelolaan sumber daya alam secara lebih terarah. Ini adalah babak baru dalam sejarah pembangunan Kutai Timur.

Sejarah modern Kutai Timur tidak lepas dari tantangan. Ketergantungan pada sektor pertambangan batu bara membawa risiko fluktuasi harga komoditas global dan isu lingkungan.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur berupaya keras melakukan diversifikasi ekonomi, mengembangkan sektor pertanian.

Termasuk sektor perkebunan terutama kelapa sawit , perikanan, dan potensi pariwisata. Ini adalah upaya visioner menciptakan ketahanan ekonomi jangka panjang dan keberlanjutan pembangunan.

Di tengah pesatnya modernisasi, masyarakat adat Dayak dan suku-suku asli lainnya di Kutai Timur tetap menjadi penjaga tradisi dan kearifan lokal.

Keberadaan mereka adalah pengingat akan akar budaya yang kuat, yang harus dihormati dan dilestarikan. Sejarah Kutai Timur juga mencakup perjuangan masyarakat adat dalam mempertahankan hak-hak atas tanah ulayat dan lingkungan mereka, memastikan pembangunan berjalan seimbang tanpa mengorbankan warisan budaya.

Dengan penetapan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, posisi Kutai Timur semakin strategis. Kabupaten ini menjadi salah satu penyangga utama IKN, baik dalam hal logistik, sumber daya manusia, maupun potensi pengembangan wilayah.

Sejarah Kutai Timur terus ditulis, kini dengan babak baru sebagai bagian integral dari visi pembangunan nasional yang lebih besar, membuka peluang investasi dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Merangkul Masa Lalu, Membangun Masa Depan

Perjalanan sejarah Kutai Timur mengajarkan kita banyak hal: dari ketangguhan peradaban kuno, dinamika kolonialisme, revolusi ekonomi modern, hingga tantangan keberlanjutan.

Kutim penuh dengan pelbagai kisah tentang adaptasi, perjuangan, dan kemajuan.

Memahami sejarah ini penting agar kita dapat belajar dari masa lalu, menghargai warisan yang ada, dan merencanakan masa depan Kutai Timur yang lebih cerah, berkelanjutan, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakatnya.

Dari prasasti Yupa hingga gemerlap industri pertambangan, dari hutan belantara hingga kota-kota modern, Kutai Timur adalah bukti nyata sebuah peradaban yang terus bertumbuh dan beradaptasi.

Ia bukan hanya sebuah kabupaten di peta, melainkan sebuah entitas yang kaya akan sejarah, budaya, dan potensi tak terbatas.

Kabupaten Kutai Timur adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sangatta.

Nama berasal dari Sengatta atau Singa Kerta yang merupakan pimpinan yang berkuasa seki - tar tahun 1812. Disebut demikian karena Kerta (nama asli pemimpin itu) adalah orang yang kuat, berbadan besar, tinggi, dan kekar.

Kekuatannya yang dipandang melebihi manusia rata-rata dan digambarkan menyaingi kekuatan binatang buas seperti singa.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 35.747,50 km atau 17% dari luas provinsi Kalimantan Timur. Secara administratif, Kabupaten Kutai Timur terbagi atas 18 Kecamatan yaitu Batu Ampar, Bengalon, Busang, Kaliorang, Karangan, Kaubun, Kongbeng, Long Mesan - gat, Muara Ancalong, Muara Bengkal, Muara Wahau, Ran - tau Pulung, Sandaran, Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Sangkulirang, Telen, dan Teluk Pandan.

Secara umum Kabupaten Kutai Timur memiliki kondisi topografi yang bervariasi, mulai dari daerah dataran selu - as 536.200ha, lereng bergelombang (1,42 juta ha), hingga pegunungan (1,6 juta ha), tersimpan potensi batu bara 5,35 ton.

Memiliki luas 35.747,50 Km2 atau 17% dari luas Provinsi Kalimantan Timur.Di batas Utara Kabupaten Kutai Timur bersisian dengan Kabupaten Bulungan dan Berau, pada sisi selatan, dipagari Kabupaten Kutai Kertanegara dan Bontang.

Kutai Kertanegara seperti memeluk karena berakhir di bagian Barat Kabupaten Kutai Timur dan di Timur Kabupaten Kutai Timur terhampar Selat Makassar.

Sepanjang tahun 2011-2014 jumlah penduduk yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kutai Timur mengalami penurunan sebesar 18.167 jiwa, meskipun selama kurun waktu tersebut terdapat lonjakan yang tajam atas jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Timur di tahun2012 yang mencapai 527.723 jiwa.

Ada hubungan antara jumlah penduduk yang cukup besar ini dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yaitu sebesar sekitar 12% di tahun 2012.

Sedangkan pada tahun 2014 terjadi penyusutan jumlah penduduk menjadi 412.698 jiwa disebabkan karena adanya koreksi dari Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri atas akun ganda (double account) pada sejumlah penduduk yang terdaftar/ teregister sebagai penduduk Kabupaten Kutai Timur.

Sedangkan pada akhir 2014,komposisi jumlah penduduk terdiri dari 55% laki-laki dan 45% perempuan. Sementara jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin antara 119,68 – 123,94dalam periode 2013-2015.

Penyebaran penduduk Kabupaten Kutai Timur belum merata di seluruh wilayah kecamatan karena masih terdapat 3 kecamatan yang mendominasi yakni Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Bengalon.

Tahun 2015, sebaran penduduk terbanyak di Kecamatan Sangatta Utara sebesar 30,92% yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Timur.

Secara kontras, Kecamatan Busang yang mempunyai luas sebesar 10,47% dari luas wilayah kabupaten Kutai Timur hanya berpenduduk sebesar 1,34% dari total penduduk se-kabupaten.

Posisi Kutai Timur pada konstelasi regional Kalimantan berada pada jalur poros regional lintas trans Kalimantan yang menghubungkan jalur Tanjung Selor - Tanjung Redeb ke Samarinda (Ibukota Provinsi) – Balikpapan dan Kabupaten Pasir ke Provinsi Kalsel, Kalteng dan Kalbar.

Pada konstelasi nasional menghadap ke arah Selat Makassar yang merupakan jalur pelayaran normal, regional dan internasional.

Dalam lingkup provinsi, Keberadaan Kabupaten Kutai Timur berada pada jalur regional lintas Trans Kalimantan yang menghubungkan jalur Tarakan (Kota Orde II) - Tanjung Redeb ke Samarinda (Kota Orde I - Ibu Kota Provinsi) - Balikpapan (Kota Orde I) - Kabupaten Penajam Pasir Utara -Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Sehingga, dengan posisi tersebut, menjadi potensi yang mendukungkelancaran mobilitas barang dan jasa dari dan ke dalam Kabupaten Kutai Timur.

Pada wilayah perairan Kabupaten Kutai Timur dengan panjang garis pantaisekitar 200 km, terletak dalam wilayah perairan Selat Makasar dan Laut Sulawesi dan juga bagian Laut Kalimantan Timur yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, sehingga posisi Kutai Timur menjadi strategis karena berada pada jalur transportasilaut internasional.

Tidak mengherankan jika pemerintah provinsi Kalimantan Timur menetapkan kawasan Pembangunan Kawasan Industri berbasis pertanian dan Oleochemical Maloydan Pelabuhan Internasional (KIPI) di Kutai Timur.

Kawasan ini merupakan salah satu program Prioritas Pembangunan Nasional sebagaimana ditetapkan dalam Inpres No 1 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Prioritas Nasional Tahun 2010.

Kawasan Maloy di Kabupaten Kutai Timur juga ditetapkan dalam Perpres 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebagai lokus kegiatan ekonomi utama kelapa sawit. Dalam menindak lanjuti penetapan tersebut Pemerintah Provinsi telah Membangun secara bertahap dan menyiapkan seluruh dokumen perencanaanya.

Mari terus mendukung pembangunan Kutai Timur dengan semangat kolaborasi dan visi yang berpihak pada keberlanjutan dan kesejahteraan seluruh warganya.

Yan Andri

× Image