Home > Mancanegara

Insfrastruktur Hancur, Kawanan Nyamuk Serang Pengungsi di Gaza

Kekurangan bahan bakar, sistem pembuangan limbah yang dibom, dan runtuhnya layanan kota telah menyebabkan genangan air dan sampah membusuk.
Warga Gaza yang tinggal di tenda pengungsian menghadapi serangan nyamuk. 
Warga Gaza yang tinggal di tenda pengungsian menghadapi serangan nyamuk.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Saat ini penduduk Gaza menghadapi bentuk penderitaan baru: kawanan nyamuk yang tak henti-hentinya.

Dengan hancurnya infrastruktur, banjir air limbah di jalan-jalan, dan meningkatnya suhu musim panas, serangan nyamuk telah meledak. Derita ini mengubah malam hari menjadi pertempuran lain untuk bertahan hidup.

Di masa lalu, pemerintah kota menyemprotkan insektisida untuk mencegah wabah, tetapi genosida telah menghentikan upaya ini.

Kekurangan bahan bakar, sistem pembuangan limbah yang dibom, dan runtuhnya layanan kota telah menyebabkan genangan air dan sampah membusuk.

Hal itu menciptakan tempat berkembang biak yang ideal bagi serangga.

“Di tenda-tenda kami, malam-malam tak tertahankan,” kata Abu Musa, yang mengungsi ke kamp di Nuseirat, dinukil dari Days of Palestine, Kamis. “Gigitan-gigitan itu membuat siapa pun tak bisa tidur—anak-anak, orang tua, tak seorang pun luput.”

Nyamuk kini menyerbu tempat penampungan yang menampung ratusan ribu orang yang mengungsi tanpa kelambu atau obat nyamuk.

Tanpa cara untuk melindungi diri, keluarga-keluarga menghabiskan malam tanpa tidur untuk melawan serangga tersebut.

Pejabat kesehatan memperingatkan bahwa krisis ini lebih dari sekadar gangguan. Nyamuk kini menyebarkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan leishmaniasis.

Dokter-dokter di Gaza melaporkan ribuan kasus ruam, kudis, dan infeksi yang terkait dengan krisis sanitasi yang memburuk. Pemerintah daerah dan pekerja bantuan membunyikan alarm, menyerukan bantuan internasional yang mendesak.

"Kami kehilangan alat untuk melawan ini," kata juru bicara kota Husni Mehanna. "Sampah menumpuk, limbah tidak dapat dikeringkan, dan insektisida tidak dapat memasuki Gaza."

Tanpa intervensi, keadaan darurat kesehatan yang berkembang ini akan terus mengancam kehidupan dan kesejahteraan penduduk Gaza yang sudah hancur.

61 Warga Tewas dalam Serangan Terbaru Zionis

Pasukan pendudukan Zionis Israel kembali melakukan serangan dan menewaskan sedikitnya 61 warga Palestina di berbagai bagian Jalur Gaza pada hari Rabu, menurut sumber medis.

Serangan itu menargetkan wilayah sipil dan titik distribusi bantuan di tengah bencana kemanusiaan yang semakin memburuk.

Pejabat kesehatan di Gaza mengonfirmasi bahwa 39 korban tewas saat menunggu bantuan kemanusiaan di Gaza bagian tengah.

Di antara mereka, 25 warga Palestina tewas saat pasukan Zionis melepaskan tembakan di dekat persimpangan Netzarim, sebelah selatan Kota Gaza.

Daerah itu dikenal sebagai pusat distribusi makanan yang dikoordinasikan Amerika Serikat dan Israel. Para saksi dan petugas kesehatan menggambarkan serangan itu sebagai serangan yang disengaja terhadap warga sipil yang sangat membutuhkan makanan.

Di tempat lain di Jalur Gaza, direktur Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa melaporkan bahwa delapan warga Palestina tewas dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah tinggal di Deir al-Balah.

Dalam insiden terpisah Rabu pagi, empat warga Palestina tewas dan lebih dari 90 orang terluka ketika pasukan Israel menargetkan orang-orang terlantar yang menunggu bantuan di sepanjang Jalan Salah al-Din, salah satu jalan utama Gaza, menurut petugas medis di Rumah Sakit Al-Aqsa.

Lebih jauh ke selatan, sedikitnya empat warga Palestina tewas dalam serangan pesawat nirawak Israel terhadap tenda yang menampung keluarga-keluarga terlantar di Al-Qarara, sebelah utara Khan Yunis.

Di wilayah sama, pesawat dan artileri Israel juga menyerang daerah-daerah di sekitar Kompleks Medis Nasser, serta daerah pemukiman Qizan Abu Rashwan dan Al-Batin Al-Samin saat fajar.

Sumber-sumber rumah sakit mengonfirmasi bahwa total 82 warga Palestina telah tewas sejak Selasa pagi, termasuk 20 orang yang ditembak saat mencoba mengakses bantuan kemanusiaan. Yang berada di dekat persimpangan Netzarim dan bundaran Nablus di sebelah barat Kota Gaza.

Pada Selasa malam, tiga paramedis dan jurnalis Palestina Momen Abu Al-Aouf tewas ketika pasukan Israel menargetkan tim penyelamat medis yang berusaha mengambil jenazah korban dari rumah yang sebelumnya dibom di lingkungan Al-Tuffah, timur Kota Gaza.

Badan-badan kemanusiaan dan Kantor Media Pemerintah Gaza telah memperingatkan bahwa penutupan terus-menerus perlintasan bantuan oleh Israel, khususnya yang membawa makanan, telah mendorong 2,2 juta warga Palestina di Gaza ke dalam kondisi kelaparan yang parah.

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan bahwa strategi ini sama saja dengan kelaparan yang disengaja yang bertujuan untuk memaksa pengungsian.

Sejak dimulainya serangan 7 Oktober 2023, Israel, yang didukung Amerika Serikat, telah melakukan tindakan genosida di Gaza.

Termasuk pembunuhan massal, kelaparan paksa, penghancuran rumah dan infrastruktur secara sistematis, dan pemindahan paksa ratusan ribu orang.

Kampanye yang sedang berlangsung telah menewaskan atau melukai lebih dari 181.000 warga Palestina, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Lebih dari 11.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan. Seluruh lingkungan telah hancur, rumah sakit tidak dapat beroperasi, dan akses terhadap makanan, air, dan perawatan medis hampir tidak ada.

Mila

× Image