Di Beijing, Megawati Sebut Dunia Belum Bergerak Hentikan Derita Palestina

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri menyebut menyebut dunia kini telah mengalami kemajuan luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun, menurutnya, hati nurani kolektif umat manusia belum sepenuhnya bergerak untuk menghentikan penderitaan warga Palestina. Yang selama dua tahun ini mengalami genosida dari zionis Israel.
“Dunia telah melesat maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi sayangnya, hati nurani kolektif kita belum seluruhnya sadar dan bergerak melihat penderitaan bangsa Palestina,” ucap Megawati.
Ia menyampaikan hal itu pada forum Dialog Peradaban Global, yang dihelat di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, Kamis (10/7/2025). Kegiatan itu diikuti 600 perwakilan dari 144 negara.
Megawati juga menyebut semangat Dasa Sila Bandung yang lahir dari Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 belum sepenuhnya tuntas. Apalagi dalam konteks perjuangan bangsa Palestina.
“Dengan segala keberhasilan yang telah kita capai sebagai bangsa-bangsa merdeka, izinkan saya untuk menyampaikan satu kejujuran: Semangat Dasa Sila Bandung belum sepenuhnya selesai,” kata Ketum PDIP, itu, dalam keterangan persnya.
Megawati menyebut salah satu bukti nyata semangat solidaritas dan anti-penjajahan yang tertuang dalam Dasa Sila Bandung belum sepenuhnya diwujudkan yakni soal penderitaan yang terus dialami Palestina.
“Bukti paling nyata penderitaan yang terus dialami bangsa Palestina, yang hingga hari ini masih memperjuangkan hak dasarnya untuk mempunyai negara dan menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat,” tegas Megawati.
Dasa Sila Bandung adalah sepuluh prinsip hasil Konferensi Asia Afrika 1955 yang menyerukan penghormatan terhadap kedaulatan, penolakan terhadap penjajahan dan rasisme, dukungan terhadap kemerdekaan nasional, serta penguatan kerja sama damai antarbangsa.
Prinsip ini menjadi simbol solidaritas bangsa-bangsa Global South untuk melawan dominasi kekuatan imperialis. Lewat pidatonya, Megawati mengingatkan dunia bahwa nilai-nilai anti-kolonialisme dan solidaritas Asia-Afrika yang dirintis 70 tahun lalu di Bandung masih sangat relevan dan menuntut aktualisasi konkret di tengah ketidakadilan global masa kini.
Dalam forum yang dihadiri 600 perwakilan dari 144 negara tersebut, Megawati didaulat sebagai pembicara pertama.
Lalu dilanjutkan sejumlah tokoh pimpinan negara seperti Nangolo Mbumba (Presiden keempat Namibia), Yukio Hatoyama (mantan PM Jepang), Essam Sharaf (mantan PM Mesir), Yves Leterme (mantan PM Belgia) dan Jhala Nath Khanal (mantan PM Nepal).
Korban Genosida Sistematis
Sebelumnya, lembar fakta baru yang diterbitkan Pusat Studi Politik dan Pembangunan telah mengeluarkan peringatan mengerikan tentang kondisi anak-anak di Jalur Gaza.
Laporan itu menyatakan bahwa anak-anak di Jalur Gaza Palestina, menghadapi genosida sistematis di bawah serangan militer zionis Israel yang sedang berlangsung.
Laporan berjudul “Anak-anak Gaza dalam Serangan: Genosida Sistematis”, yang dilansir Days of Palestine, Kamis (9/7/2025), menguraikan dampak buruk perang terhadap populasi termuda di Gaza sejak konflik meletus pada 7 Oktober 2023.
Menurut temuan tersebut, lebih dari 17.000 anak tewas dalam serangan Israel, sementara lebih dari 33.900 lainnya terluka.
Laporan tersebut juga memperkirakan sekitar 4.000 anak masih hilang, banyak di antaranya diyakini terkubur di bawah reruntuhan. Jumlah anak yatim piatu di wilayah tersebut telah melampaui 40.000.
"Ini salah satu serangan paling mematikan dan paling terarah terhadap anak-anak dalam sejarah modern," demikian pernyataan laporan tersebut, yang menekankan skala dan kebrutalan serangan tersebut.
Selain kekerasan fisik, lembar fakta ini menyoroti krisis kesehatan mental yang semakin mendalam di kalangan anak-anak Gaza.
Republika