Zionis Lakukan 80 Pelanggaran Gencatan Senjata, Tewaskan 97 Warga Gaza

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan sampai kini sudah terjadi 80 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel sejak perjanjian yang disponsori Amerika Serikat itu berlaku pada 10 Oktober.
Pelanggaran itu mengakibatkan 97 warga Palestina tewas, termasuk 44 orang per Ahad (19/10/2025), serta 230 lainnya terluka.
Tel Aviv melakukan playing victim dengan menuduh Hamas menyerang pasukannya di Kota Rafah, bagian selatan Gaza. Namun kelompok Pejuang Palestina itu membantah tuduhan tersebut dan menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata.
Kesepakatan gencatan senjata diumumkan pada 10 Oktober, sesuai rencana bertahap yang diajukan Presiden AS Donald Trump. Rencana itu juga mencakup upaya membangun kembali Gaza serta pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa keterlibatan Hamas.
Sejak Oktober 2023, genosida oleh penjajah Israel telah menewaskan lebih dari 68.200 orang dan melukai lebih dari 170.200 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Senin (20/10/2025) mengaku bangga tentaranya telah menyerang Jalur Gaza dengan menjatuhkan 153 ton bom.
Pernyataannya dinilai sebagai pengakuan atas pelanggaran perjanjian gencatan senjata. Berbicara pada pembukaan sidang di Parlemen Israel, Knesset, Netanyahu berkali-kali diinterupsi anggota Parlemen oposisi yang memprotes kebijakannya lantaran sengaja memperpanjang genosida di Gaza.
Pasukan Israel Culik 14 Warga Palestina
Pelanggaran gencatan senjata penjajah Israel, juga dibuktikan dengan penangkapan terhadap 14 pemuda Palestina di berbagai wilayah Tepi Barat yang diduduki Selasa dini hari, melansir Days of Palestine, Selasa. Penangkapan itu dilakukan Pasukan pendudukan Israel (IOF).
Mereka melakukan penggerebekan besar-besaran di beberapa kota dan kamp pengungsi yang mencakup penggeledahan rumah dan tindakan vandalisme. Sejumlah warga menjadi sasaran interogasi di tempat.
Sumber-sumber lokal melaporkan pasukan Israel menangkap Abdul Rahman Malik Musleh dari tempat kerjanya di kota Far'un, selatan Tulkarem di Tepi Barat utara.
Di al-Bireh, dekat Ramallah, pasukan menahan Aseed Abed setelah menyerbu beberapa bagian kota.
Selama penggerebekan di kamp pengungsi al-Am'ari, sebelah selatan al-Bireh, tentara menangkap tiga pemuda, Ahmad Abdul Mohsen, Osama Abdul Mohsen, dan Mohammad Khalaf, setelah menggeledah rumah mereka dan menggeledah barang-barang mereka.
Di Beita, sebelah selatan Nablus, pasukan menahan seorang pemuda lain yang identitasnya masih belum diketahui. Sedangkan di kota tua Nablus, pasukan Israel menangkap Laith Khashanah dan diduga menyerang ibunya selama penggerebekan.
Di Tepi Barat selatan, pasukan Israel menyerbu kota ad-Dhahiriya, dekat Hebron, menahan sepuluh pemuda untuk “interogasi lapangan” sebelum melepaskan beberapa dari mereka.
Mereka juga menggerebek rumah Adli al-Haimouni di kota Hebron, menggeledah properti tersebut dan merusak isinya sambil mencari putranya, Ahmad, yang tidak ada di sana saat itu.
Selain itu, pasukan menangkap Issa dan Mohammad Ruhi Halaika, dua bersaudara dari kota al-Shuyukh, timur laut Hebron, setelah menggerebek rumah keluarga mereka.
Di wilayah Jenin, lima pemuda ditangkap dalam penggerebekan dini hari: Fida al-Salamah, Luay Mohammad Abu Badawiya, Mohammad Ziad Abu Badawiya, dan Alaa al-Din Hussein Fathi Abu Zina dari kota Burqin, sebelah barat Jenin, dan Mujahid Zaki Sadaqa dari desa terdekat Anza.
Gelombang penangkapan terjadi di tengah tindakan keras penjajah Israel yang terus berlanjut di Tepi Barat. Mereka melakukan penggerebekan, penahanan, dan konfrontasi hampir setiap hari yang semakin intensif setelah kampanye militer Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Pasukan Israel Tangkap 3 Nelayan Palestina di Lepas Pantai Gaza
Bahkan, Pasukan angkatan laut Israel juga menangkap tiga nelayan Palestina di lepas pantai Gaza pada hari Selasa, dalam pelanggaran baru terhadap perjanjian gencatan senjata.
Menurut Kepala Komite Nelayan Gaza, Zakaria Bakr, angkatan laut Israel menembaki kapal nelayan Palestina di lepas pantai Kota Gaza sebelum menahan Abdullah al-Absi, Mohammad Miqdad, dan Bakr Abu Abda.
Sumber-sumber lokal melaporkan kapal-kapal perang Israel juga menembakkan peluru ke arah pantai Kota Gaza pada hari yang sama. Selain itu, di Jalur Gaza selatan, seorang pria Palestina terluka akibat tembakan dari pesawat tak berawak Israel di kota Bani Suhaila, sebelah timur Khan Younis.
Tank-tank Israel yang ditempatkan di timur kota juga melepaskan beberapa tembakan di beberapa lokasi sepanjang pagi, sementara kendaraan militer melepaskan tembakan di timur Kota Gaza.
Insiden terbaru ini terjadi meskipun perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober sebagai bagian dari rencana yang ditengahi AS yang dipimpin Presiden Donald Trump.
Kesepakatan mencakup penarikan militer Israel secara bertahap, pertukaran tahanan, dan masuknya segera bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah dua tahun perang genosida, menurut kelompok hak asasi manusia dan pengamat internasional.
Namun, menurut pernyataan Kantor Media Pemerintah Gaza yang dikeluarkan pada hari Ahad, pasukan Israel telah melanggar gencatan senjata sekitar 80 kali sejak diberlakukan, yang mengakibatkan kematian 97 warga Palestina, termasuk 44 orang yang tewas dalam satu hari pada hari Minggu lalu.
Sejak 7 Oktober 2023, pendudukan Israel telah melancarkan perang genosida yang menghancurkan terhadap Gaza yang ditandai pembunuhan massal, kelaparan, penghancuran. Termasuk pengungsian paksa, dan penangkapan, yang menentang banding internasional dan putusan Mahkamah Internasional.
Genosida yang berlangsung dua tahun ini telah menewaskan atau melukai lebih dari 238.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Selain itu lebih dari 11.000 orang hilang dan ratusan ribu orang mengungsi. Semua terjadi di tengah kelaparan yang telah merenggut banyak nyawa, sebagian besar di antaranya anak-anak.
Sebagian besar wilayah Gaza telah hancur, membuat sebagian besar wilayah tersebut terhapus dari peta.
WFP: Pasokan Bantuan ke Gaza Utara Tidak Cukup
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan jumlah bantuan yang masuk ke Jalur Gaza sejak gencatan senjata tetap tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang terus meningkat. Terutama di bagian utara daerah kantong tersebut.
Dalam pernyataan pada hari Selasa, WFP menjelaskan pasokan yang saat ini mencapai Gaza cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar setengah juta orang hanya selama dua minggu.
Mereka mencatat bahwa "beberapa pengiriman mencapai Gaza utara, tetapi jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan."
Pernyataan itu menambahkan bahwa lebih dari 530 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah memasuki Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir, tetapi jumlah yang dibutuhkan sekitar 2.000 ton per hari untuk memenuhi kebutuhan minimum penduduk.
WFP menegaskan penutupan titik-titik penyeberangan perbatasan tetap menjadi kendala utama dalam mendatangkan cukup makanan dan bahan-bahan bantuan, serta memperingatkan akan memburuknya krisis kemanusiaan karena kekurangan terus berlanjut di Gaza utara.
Penduduk Gaza utara terus menghadapi kondisi kemanusiaan yang mengerikan, dengan kekurangan makanan, air, dan obat-obatan yang parah.
Organisasi-organisasi bantuan telah memperingatkan meningkatnya risiko kelaparan dan kekurangan gizi, khususnya di kalangan anak-anak dan wanita.
Mila