Home > Serba Serbi

Hati-hati, Daging Ulama itu Beracun: Begini Penjelasan Singkatnya

Siapapun semestinya memiliki adab, terlebih kepada para ulama.
Ilustrasi, Syekh Nawawi al Bantani.(koransulindo)
Ilustrasi, Syekh Nawawi al Bantani.(koransulindo)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Siapapun semestinya memiliki adab, terutama kepada para alim ulama. Rasulullah menegaskan, ulama adalah pewaris para Nabi.

Jika diamati, belakangan ini tak sedikit yang kerap mencaci ulama, terutama lewat komentar dan tulisan di sosial media.

Terbaru, publik bahkan dihebohkan dengan tayangan Xpose Uncencored yang dinilai menghina Kiai dan pesantren. Dalam khazanah pesantren, masyhur istilah Luhumul Ulama’ Masmumah.

Atau, daging ulama itu beracun. Kalimat ini cukup populer bagi kalangan penuntut ilmu.

Kalimat ini bukan Hadits Nabi, tapi disampaikan Ibnu Asakir saat membela Imam Hasan Al-Asy’ari dan memberi nasihat kepada siapapun agar menghormati ulama, tidak mencelanya, apalagi menghinanya.

Kedudukan ulama dalam Islam sangat dimuliakan.

Mereka bahkan digelari sebagai pewaris para Nabi. Di pundak mereka syariat agama Islam dipikul. Melalui mereka, ajaran warisan Kenabian dijaga dan diajarkan pada umat, zaman ke zaman.

Para ulama adalah wali Allah. Karena itu, siapa yang memusuhi ulama, Allah dengan tegas menyatakan perang terhadapnya. Siapa yang diperangi Allah, pasti akan celaka dan binasa.

Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi.

Yang artinya, “Siapa memusuhi wali-Ku maka Aku nyatakan perang terhadapnya.” (HR. Al-Bukhari).

Imam Al-Hafizh Abu al-Qasim Ibnu Asakir berkata:

“Kebiasaan Allah Ta’ala menyingkap tabir para pencela akan terlihat sendirinya. Siapa yang melecehkan Ulama, maka Allah Ta’ala akan menimpakan kematian hati sebagai bencana baginya, sebelum kematian sesungguhnya.”

Imam Syafii juga mengingatkan, jika para ulama bukanlah wali Allah, maka tak ada wali Allah di muka bumi. Adapun maksud pewaris para nabi, yakni ulama mendapat ilmu dari generasi sebelumnya, dan bersambung hingga Rasulullah.

Sanad keilmuan inilah yang harus ditaati dan fatwa-fatwa mereka perlu diikuti.

Sedangkan ungkapan populer daging ulama itu beracun, sebuah perkataan Ibnu Asakir yang diabadikan dalam kitab Tabyin Kadzib Al-Muftari. Makna sederhananya, jangan sakiti ulama.

Bencana bagi Penghina Ulama

Maksud beracun adalah siapapun yang menyakiti ulama, dalam bentuk penganiayaan, psikis atau nama baik. Atau berupa fitnah, hoaks yang ditujukan kepada mereka, maka bencana akan datang kepadanya.

Bencana itu akan datang, cepat atau lambat. Mulai yang terkecil. Bisa berupa stres, tekanan bathin, hidup tidak tenang, dan bencana lain yang tak diinginkan manusia akan datang, sebelum kematian mereka.

Makna lain dari ‘Aadaa (memusuhi) juga mencakup membenci, memusuhi, menghina, memfitnah, atau menyakiti dengan perkataan dan perbuatan.

Siapa yang nekat menghina, mencaci atau menyakiti ulama, Allah mengingatkan kepada mereka akan memeranginya.

Kata Ibnu Taimiyah, “Siapa yang diperangi Allah, pasti Allah akan menghancurkannya.”

Surah al-Hujurat ayat 12 mengibaratkan perbuatan menggunjing sebagai “memakan daging saudara yang telah mati.” Maka pelaku fitnah terhadap ulama tak hanya memakan bangkai, tapi juga terkena racun.

Sebuah racun yang dahsyat, dan sangat ditakuti manusia. Zaman ke zaman.

Kenapa Ulama Harus Dimuliakan?

Selain sebagai pewaris Nabi, banyak keteladanan dari para ulama yang bisa diambil setiap orang untuk dijadikan teladan dalam kehidupannya.

Allah Ta’ala menyebut ulama sebagai kelompok manusia yang paling punya rasa takut hanya kepada-Nya. Ini diabadikan dalam Qur’an surat Fathir ayat 28.

“ Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada Nya, hanyalah para ulama.”

Allah bahkan menjanjikan mengangkat derajat kaum alim ini lebih tinggi dibanding kelompok manusia lainnya. Hal ini dibadikan dalam Al Qur’an surat Al Mujadilah ayat 11.

“ Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.”

Bukan hanya Allah yang memuji para ulama lewat al Qur’an, tapi Rasulullah juga memuji para ulama dalam sabda-sabdanya. Di antaranya, yang diabadikan dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Abu Daud.

“Sesungguhnya perumpamaan orang alim dibanding ahli ibadah laksana keunggulan bulan pada malam purnama di atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi ” (HR. Abu Daud).

Selain itu, ulama kelak juga diberikan hak istimewa pada Hari Kiamat.

Para ulama bisa memberi syafaat. Rasulullah bersabda, “Yang memberikan Syafaat pada Hari Kiamat ada tiga golongan; para Nabi, lalu Ulama kemudian Syuhada.” (HR. Ibnu Majah).

Taufik Hidayat

Image
Republika Network

Sekitarkaltim.ID -

× Image