Home > News

Karir Baru untuk Jebolan Kesehatan: Berpeluang Besar Jadi Nakes KAIGO

Profesi KAIGO bukan sekadar pekerjaan, tapi karir profesional yang bermakna dan memungkinkan pengembangan diri secara berkelanjutan.
Seminar kesehatan kerjasama Kemkes dengan JICA. (Kemkes)
Seminar kesehatan kerjasama Kemkes dengan JICA. (Kemkes)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kepala Perwakilan Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia, Takeda, menyampaikan komitmen Pemerintah Jepang.

Terutama untuk mendukung peningkatan kompetensi pekerja di bidang keperawatan lansia (KAIGO) Indonesia, sebagai bagian kerja sama jangka panjang kedua negara.

Ia menjelaskan Jepang telah mengalami lonjakan populasi lansia yang mendorong pergeseran sistem perawatan dari yang berbasis keluarga menjadi sistem nasional yang ditopang oleh tenaga profesional.

“KAIGO kini menjadi tanggung jawab sosial seluruh masyarakat Jepang, bukan hanya keluarga. Sistem ini membutuhkan SDM terlatih dan memiliki nilai kemanusiaan tinggi,” papar Takeda, dalam keterangannya di laman Kemkes. Ia menyampaikan bahwa saat ini Indonesia memiliki potensi besar mengisi kekosongan tenaga kerja di sektor ini.

Sekaligus mempersiapkan sistem perawatan lansia di dalam negeri yang akan menghadapi tantangan serupa dalam dua dekade ke depan.

Takeda menyampaikan hal itu dalam Seminar Peningkatan Kompetensi Pekerja KAIGO 2025 pada Kamis (10/7/2025), di Auditorium Balai Besar Pelatihan Kesehatan. Seminar tersebut hasil kerja sama Direktorat Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan JICA.

Seminar ini bagian dari proyek strategis meningkatkan mutu dan kesiapan tenaga caregiver Indonesia yang akan bekerja di Jepang, khususnya di bidang keperawatan lansia (KAIGO). Sekaligus respon terhadap meningkatnya kebutuhan caregiver asal Indonesia di Jepang.

Selain menuntut kuantitas, Jepang juga membutuhkan tenaga kerja yang memenuhi standar tinggi dalam layanan perawatan lansia.

Takeda menekankan profesi KAIGO bukan sekadar pekerjaan, tapi karir profesional yang bermakna dan memungkinkan pengembangan diri secara berkelanjutan.

“Kami ingin anak muda Indonesia melihat KAIGO sebagai jalan karir masa depan. Kerja sama ini tidak hanya membantu Jepang, tetapi juga membekali Indonesia membangun sistem kesejahteraan lansia yang kuat,” imbuhnya.

Takeda juga membagikan pengalaman pribadi tentang ibunya yang pernah dirawat caregiver asal Indonesia di Jepang, sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi tenaga kesehatan Indonesia di kancah internasional.

Di seminar ini, JICA menghadirkan ahli dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang yang memaparkan perkembangan profesi perawat lansia bersertifikat serta memperkenalkan modul pelatihan KAIGO yang telah digunakan secara luas di Jepang.

Indonesia Perlu Bersiap Hadapi Perubahan Demografi

Direktur Jenderal SDM Kesehatan, dr. Yuli Farianti, menekankan pentingnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi perubahan demografi ke depan.

“Kalau kita lihat data Sensus Penduduk 2023, sekitar 12% atau 29 juta penduduk Indonesia berusia di atas 60 tahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 20% atau sekitar 50 juta jiwa pada 2045. Kondisi ini tentu akan berdampak besar pada kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya perawatan lansia,” ujar dr. Yuli.

Ia menjelaskan Jepang menjadi salah satu rujukan utama karena telah berhasil membangun sistem KAIGO yang profesional dan terstandar tinggi, didukung tenaga kesehatan (nakes) lulusan D3 maupun S1 keperawatan.

“Indonesia bisa banyak belajar dari Jepang, bagaimana mereka mampu beradaptasi terhadap perubahan struktur penduduk melalui transformasi sistem keperawatan menjadi layanan profesional,” lanjutnya.

dr. Yuli juga mendorong pembaruan kurikulum pendidikan tenaga kesehatan agar sejalan dengan kebutuhan pasar kerja global di sektor KAIGO.

Ia menyebut bahwa Indonesia setiap tahun meluluskan sekitar 30.000 perawat D3, dan 20% diantaranya berasal dari Poltekkes Kemenkes.

“Kita memiliki potensi besar, baik secara kuantitas maupun kualitas. Kini saatnya memperkuat kurikulum dan pelatihan, termasuk membuka peluang bagi tenaga kesehatan lain seperti bidan untuk berkontribusi dalam layanan lansia,” jelasnya.

Melalui seminar ini, Kementerian Kesehatan membuka ruang dialog terkait harmonisasi standar kompetensi Indonesia-Jepang serta peluang perluasan program pelatihan dan sertifikasi berbasis kebutuhan riil tenaga KAIGO internasional.

“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Kementerian Kesehatan Jepang dan JICA atas kolaborasi luar biasa ini, termasuk kepada para narasumber seperti Ibu Suzuki yang telah berbagi pengalaman dan pengetahuan berharga,” ujar dr. Yuli.

Ia pun mengajak pihak terkait membangun kualitas tenaga kesehatan Indonesia yang siap menjawab tantangan global.

Yan Andri

× Image