Home > News

Kelaparan di Gaza Masuk Fase 5, AWG: Tingkatkan Tekanan Diplomatik

AWG dan MUI mengajak untuk meneruskan boikot terhadap produk terafiliasi dengan Israel.
Krisis kelaparan di Gaza, semakin parah. 
Krisis kelaparan di Gaza, semakin parah.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Penderitaan rakyat Palestina telah melampaui batas perikemanusiaan, mereka dibiarkan kelaparan, kehausan, tanpa akses kesehatan.

Bahkan, masih juga dihujani peluru dan bom di tanah mereka sendiri. Setiap hari tanpa jeda, rakyat Palestina dibunuh Israel.

Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG), Ustaz Anshorullah mengatakan, video memilukan yang ditayangkan TRT World pada 19 Juli 2025 menunjukkan seorang anak lelaki Palestina mengais sampah mencari sisa makanan.

Di Gaza Selatan, seorang perempuan tua roboh di jalan karena berhari-hari tidak makan.

"Kesaksian warga menyebut, mereka tidak lagi mencari hidup, mereka hanya berjuang untuk tidak mati," kata Ustaz Anshorullah kepada Republika, Kamis (24/7/2025).

Laporan resmi Integrated Food Security Phase Classification, mengungkap bahwa 133.000 warga Gaza kini berada dalam tingkat kelaparan katastropik atau sudah masuk fase 5.

Jumlah ini diperkirakan melonjak drastis hingga 345.000 jiwa pada musim dingin mendatang. Namun dunia tetap diam.

Laporan terbaru dari lembaga pangan PBB mengungkap bahwa 95% penduduk Gaza menghadapi "tingkat kelaparan ekstrem", dan hampir setengah juta orang berada dalam kondisi bencana.

Laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) menunjukkan bahwa 95% penduduk Gaza mengalami kelaparan ekstrem akibat blokade ketat zionis.

Sekitar 2,13 juta orang di Gaza menghadapi kerawanan pangan akut yang diklasifikasikan dalam IPC fase 3 atau lebih tinggi (krisis atau lebih buruk) antara 1 Mei dan 15 Juni, termasuk hampir 343.000 jiwa yang mengalami kerawanan pangan katastropik (IPC fase 5). Program Pangan Dunia menekankan pentingnya akses berkelanjutan ke wilayah Gaza.

Laporan IPC menunjukkan risiko kelaparan tinggi tetap ada di seluruh Gaza selama konflik berlanjut dan akses kemanusiaan dibatasi.

PBB Gagal Total Lindungi Kemanusiaan

Meski seluruh wilayah diklasifikasikan Keadaan Darurat (fase 4), lebih dari 495.000 orang (22% populasi) masih menghadapi kerawanan pangan akut yang sangat parah (fase 5).

AWG menegaskan PBB yang seharusnya berdiri atas nama kemanusiaan pun gagal total melindungi rakyat Gaza.

Untuk itu, AWG menuntut pemerintah Republik Indonesia meningkatkan tekanan diplomatik terhadap entitas Zionis Israel melalui forum internasional, menyuarakan secara aktif ke PBB.

Pemerintah Indonesia juga dituntut berupaya sekerasnya, memaksa OKI agar berfungsi sebagaimana mestinya. Terutama soal pengiriman bantuan darurat kemanusaan, mencegah kematian jutaan warga Gaza karena lapar.

Selain itu, Ketua Presidium AWG juga menyerukan umat Islam dan masyarakat dunia untuk tidak diam. AWG menyeru agar meneruskan boikot produk terafiliasi atau mendukung zionis Israel di manapun.

Menurutnya, keheningan masyarakat dunia adalah izin bagi penjajah dalam hal ini Israel untuk terus membantai rakyat sipil Palestina di Gaza.

"Diamnya kita adalah pembiaran bahkan sama saja berkontribusi terhadap genosida, ayo bangkitkan solidaritas, galang dana, suarakan kebenaran, boikot produk pendukung Zionis Israel, dan lawan narasi pembodohan di media global," ujar Ustaz Anshorullah.

Zionis Israel yang telah terbukti melakukan genosida tetap tidak mau menghentikan pembunuhan warga sipil di Gaza, Palestina.

Teruskan Qunut Nazilah di Seluruh Masjid

Sehubungan ulah zionis Israel yang kian biadab, Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Masyhuril Khamis turut mengajak kembali masyarakat meneruskan boikot produk yang terafiliasi dan mendukung Zionis Israel.

"Kita prihatin sekali, sebagai bentuk pertolongan kita bagi keluarga kita di Gaza, kencangkan boikot produk yang berafiliasi dengan Israel," kata Kiai Masyhuril.

Kiai Masyhuril mengajak kembali kaum Muslimin di lndonesia khususnya untuk bersimpati dan peduli kepada saudara di Gaza, Palestina.

Teruskan doa Qunut Nazilah di semua masjid di lndonesia.

Kiai Masyhuril mengingatkan, Abu Ubaidah pejuang Palestina mengatakan, "Wahai para pemimpin dan ulama Islam dan Arab, kalian akan dituntut bayi-bayi dan Muslim Gaza di hari Kiamat, karena diam kalian."

Ia menegaskan bahwa Gaza merupakan satu-satunya wilayah di dunia yang seluruh populasinya berada dalam risiko kelaparan.

Lonjakan Tajam Kematian karena Kelaparan

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mendokumentasikan 21 kematian anak di bawah usia lima tahun akibat malnutrisi di Jalur Gaza sejak awal 2025.

Dokumentasi itu mengonfirmasi lonjakan tajam jumlah kematian akibat kelaparan, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (24/7/2025).

"Sebanyak 2,1 juta orang yang terjebak di zona perang, di Gaza, menghadapi pembunuh lain selain bom dan peluru, yakni kelaparan. Kini kita menyaksikan lonjakan kematian akibat malnutrisi,” imbuhnya.

Ia menambahkan, sejak 17 Juli pusat-pusat malnutrisi akut parah penuh sesak tanpa pasokan makanan darurat yang memadai.

“Pada 2025 WHO telah mendokumentasikan 21 kematian akibat malnutrisi pada anak-anak di bawah usia lima tahun," kata Tedros dalam konferensi pers di Jenewa.

Menurutnya, tingkat malnutrisi akut di Jalur Gaza melampaui 10 persen dari populasi. Selain itu, lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui menderita malnutrisi, yang kerap dalam kondisi parah.

Tedros menambahkan bahwa penangguhan dan pembatasan akses pasokan bantuan kemanusiaan juga memicu krisis kelaparan.

"95 persen rumah tangga di Gaza menghadapi krisis air yang parah, dengan akses harian jauh di bawah kebutuhan minimum untuk minum, memasak, dan kebersihan," katanya.

Republika

× Image