Home > Regional

Kaltim Masuk Kemarau, BMKG: Waspada Kekeringan dan Karthutla

BMKH menemukan delapan titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi, yang sebagian besar berada di Kutai Timur dan Berau.
Ilustrasi, kebakaran hutan dan lahan. 
Ilustrasi, kebakaran hutan dan lahan.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, memperkirakan Kaltim masuk kemarau.

Untuk itu, BMKG memperingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi kekeringan akibat musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung hingga September bahkan awal Oktober.

Kepala BMKG Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto mengatakan Analisis BMKG per 20 Juli lalu menunjukkan beberapa wilayah di Kaltim, seperti Paser, Kutai Kartanegara, dan sebagian Kutai Timur, telah memasuki musim kemarau.

“Kondisi ini karena minimnya curah hujan dalam seminggu hingga 10 hari terakhir, yang mengakibatkan munculnya banyak titik panas,” ujar Kukuh saat menjadi pembicara Kaltim Siaga Karhutla, Jum’at (1/8/2025).

BMKG mencatat, pada tanggal 29 Juli, ditemukan delapan titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi, yang sebagian besar berada di Kutai Timur dan Berau.

Selain itu, terdapat lebih dari 100 titik panas dengan kategori sedang dan rendah yang juga perlu diwaspadai.

"Dalam kurun waktu seminggu hingga 10 hari terakhir, hampir seluruh wilayah Kaltim tidak ada hujan,”terangnya

Meski demikian, Kukuh menjelaskan bahwa musim kemarau di Kaltim tidak akan sepenuhnya kering. Masih ada potensi hujan lokal, meskipun intensitasnya tidak merata.

Meski pada perjalanannya di Kaltim tidak sampai 0 mm hujannya, karena masih ada potensi hujan di Agustus dan September, ia mengingatkan agar tetap harus waspada terhadap defisit air.

“Atau kemarau, sampai di bulan September maupun awal Oktober," tambahnya.

Masyarakat juga diimbau terus memantau informasi terkini dari BMKG terkait prakiraan cuaca, potensi hujan, dan juga peringatan dini.

Hal ini penting untuk mengantisipasi dampak yang mungkin timbul, seperti krisis air bersih dan kebakaran hutan dan lahan.

Yan Andri

× Image