Pemukim Israel Tingkatkan Serangan di Tepi Barat dan Masjid Al-Aqsa

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Pasukan pendudukan Israel dan pemukim Israel melanjutkan pelanggaran mereka terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem.
Pada Selasa (12/8/2025), pasukan zionis menyerbu Masjid Al-Aqsa dan beberapa desa Palestina, serta membangun pos pemukiman baru di utara Ramallah.
Di Yerusalem yang diduduki, menurut laporan Days of Palestine, puluhan pemukim menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa pada pagi hari melalui Gerbang Maroko, di bawah perlindungan ketat dari polisi Israel.
Menurut Departemen Wakaf Islam, para pemukim berkeliaran di halaman masjid dan melakukan ritual Talmud serta doa.
Sedangkan polisi Israel memperketat pembatasan terhadap jamaah Palestina yang memasuki masjid, memeriksa identitas mereka, dan menahan beberapa dari mereka di gerbang luar.
Para aktivis Yerusalem kembali menyerukan untuk mengintensifkan kunjungan dan tinggal di Masjid Al-Aqsa untuk menghadapi upaya pendudukan Israel dan para pemukimnya.
Israel terus memaksakan tindakan Yudaisasi dan mengubah status keagamaan dan sejarah yang ada.
Di Tepi Barat, pasukan Israel juga menyerbu desa Baqat Al-Hatab di sebelah timur Qalqilya saat fajar, memasuki dari pintu masuk utamanya.
Pasukan zionis itu menyebar ke seluruh lingkungan barat dan daerah Al-Bayader, dan menggeledah beberapa rumah, termasuk satu rumah milik keluarga Abdel Ghani.
Selain itu, beberapa kendaraan militer menyerbu desa Hajjah di dekatnya, berpatroli di jalan-jalan dan daerah pemukimannya sebelum mundur tanpa ada laporan penangkapan.
Di Ramallah, para pemukim mendirikan pos terdepan baru di Khirbet Tarafeen di desa Atara, utara kota, di tanah Palestina yang disita.
Pengawas Umum Organisasi Al-Baydar untuk Pertahanan Suku Badui dan Desa-desa yang Ditargetkan, Hassan Mleihat, mengatakan tindakan tersebut bertujuan memperkuat perluasan permukiman dan memperkuat kendali Israel atas tanah Palestina.
Tindakan mereka menurut Mleihat sangat jelas melanggar hukum internasional dan resolusi PBB yang menganggap permukiman itu ilegal.
Mleihat menambahkan kepergian keluarga terakhir komunitas Arab Jahalin di sebelah barat Ramallah terjadi setelah serangkaian serangan kekerasan oleh pemukim terhadap penduduk dan properti mereka.
Ia mencatat masyarakat Badui telah tinggal di daerah tersebut selama lebih dari 40 tahun, meskipun dalam kondisi yang keras, tetapi akhirnya dipaksa mengungsi pendudukan dan pemukim di bawah ancaman kekerasan yang berkelanjutan.
Israel Hancurkan Sepertiga Kamp Pengungsi Jenin
Pasukan pendudukan Israel (IOF) juga menghancurkan sepertiga Kamp Pengungsi Jenin di Tepi Barat utara dan menyatakan penduduk tidak akan pernah diizinkan kembali.
Mereka melakukan kampanye sistematis pemindahan paksa.
Mantan Wali Kota Jenin, Nidal Al-Obeidi, menyatakan pada hari Senin bahwa pelanggaran Israel merupakan “upaya yang disengaja untuk menghapus kamp tersebut dari peta.”
Al-Obeidi mengatakan militer tidak hanya melarang penduduk kembali tetapi juga mengancam akan menghancurkan bangunan baru apa pun yang dibangun di zona yang dihancurkan, "untuk memaksakan realitas baru di lapangan."
Menurut Al-Obeidi, lebih sepertiga populasi kamp yang berjumlah 19.000 orang sebelum penyerangan akan mengungsi secara permanen dari rumah dan lingkungan mereka, tempat keluarga Palestina telah tinggal selama beberapa generasi.
Ia mengutuk tindakan itu sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional. Ia juga menyerukan masyarakat internasional segera campur tangan guna menghentikan kejahatan Israel, yang merupakan kejahatan perang.
Al-Obeidi mengatakan pasukan Israel menggunakan buldoser, kendaraan lapis baja, dan pesawat tak berawak untuk meratakan area yang menjadi sasaran, membongkar semua infrastruktur penting, termasuk jaringan air, listrik, dan pembuangan limbah.
Puluhan rumah rata dengan tanah, tambahnya, menciptakan “bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya” di dalam kamp tersebut.
Ia memperingatkan bahwa penghancuran di Jenin bukanlah insiden yang berdiri sendiri, tetapi bagian dari rencana Israel yang lebih luas untuk membongkar kamp-kamp pengungsi Palestina di Tepi Barat, dengan alasan signifikansi politik dan historisnya bagi perjuangan Palestina dan hak untuk kembali.
“Kamp-kamp pengungsi selalu dan akan tetap menjadi saksi Nakba dan simbol ketangguhan serta tekad rakyat kami untuk kembali,” kata Al-Obeidi.
“Setiap upaya untuk menghapusnya akan gagal, karena ingatan mereka terukir di hati rakyat Palestina, dari generasi ke generasi.”
Mila