Home > News

Sinergi Kemenag, BNPT dan Densus 88 Peringati HUT RI di Pesantren

Upacara diikuti para pengasuh pesantren, pejabat Kementerian Agama, serta ribuan santri.
Ilustrasi, upacara di pesantren yang diikuti para santri. 
Ilustrasi, upacara di pesantren yang diikuti para santri.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kementerian Agama RI bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 menghelat upacara bendera peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di sejumlah pesantren.

Upacara berlangsung dengan mengusung tajuk nasional: Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju, yang mencerminkan visi Indonesia Emas 2045.

Upacara diikuti para pengasuh pesantren, pejabat Kementerian Agama, serta ribuan santri yang memadati lapangan.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amin Suyitno, menyampaikan amanat yang dibacakan wakil Kementerian Agama yang hadir di berbagai pesantren. Suyotno berpesan tentang pentingnya mencintai Tanah Air.

Tanah air, bagi Suyitno, sejak awal dibela pendiri bangsa, para ulama, dan di dalamnya terdapat harmonisasi berbagai kelompok dengan beragam latar belakang namun bisa berdampingan.

Indonesia juga lahir dari keberagaman yang heterogen, bukan dari homogenitas.

Hal itu dibuktikan keberagaman yang merujuk sejarah Nusantara, dari lahirnya kerjaan hindu sriwijaya di sumatera, pajajaran dan majapahit di pulau jawa.

Kehadiran Islam, menurut Suyitno, sebagai akulturasi dari para pendahulu indonesia yang berbeda agama, suku dan ras-nya.

“Peringatan Sejarah kemerdekaan 17 agustus titik temu gagasan pendiri bangsa dari semua komponen yang berbeda hingga lahirlah Indonesia seperti sekarang. Kemudian lahir Piagam Jakarta, dan sekarang Pancasila yang harus kita jaga,” ujar Suyitno, lewat keterangannya, Ahad (17/8/2025).

Ia menekankan, “Semua Ulama Indonesia sependapat bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Kemerdekaan Indonesia di usia 80 harusnya telah selesai dengan urusan keragaman ideologis,” tegasnya.

Pekerjaan Warga Indonesia selanjutanya, sambung Suyitno, sudah pada tahap memastikan umat Islam berdaya. Dengan pendidikan, berdaya dengan ekonomi, dan berdaya dalam kehidupan sosial, agar dapat banyak memiliki dampak kontributif dalam pembangunan.

Suyitno menegaskan pentingnya menjalankan ajaran agama secara moderat (tawassuth) dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurutnya, pesantren sejak sebelum kemerdekaan telah menjadi benteng nilai-nilai kebangsaan, tempat para kiai dan santri berjuang melalui jihad fi sabilillah demi persatuan dan keutuhan bangsa.

“Pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga garda terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan. Semangat ini harus terus kita kobarkan,” tambahnya.

Mengutip QS. Ali ‘Imran ayat 103, Amin Suyitno mengajak seluruh masyarakat untuk berpegang teguh pada tali agama Allah dan menjauhi perpecahan.

Ayat ini, katanya, menegaskan bahwa persatuan adalah kunci kekuatan dan kemajuan bangsa. Tema HUT RI ke-80 dinilai sangat relevan dengan tantangan masa kini.

Di tengah dinamika sosial, Amin mengajak masyarakat, khususnya komunitas pesantren memperkuat ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan kebangsaan.

“Perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk saling melengkapi. Mari kita tanamkan nilai toleransi, kerja sama, dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.

Direktur Pesantren, Basnang Said, berharap, pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan terus melahirkan santri dan generasi muda yang cerdas, berakhlakul karimah dan mencintai bangsa dan negaranya.

Pihaknya berkomitmen terus mendukung pesantren sebagai agen perdamaian dan kemajuan bangsa. Peringatan HUT RI ke-80 disebut sebagai momentum penting untuk merawat persatuan dan kedaulatan negara demi terwujudnya kesejahteraan sosial.

“Dari pesantren, mari kita bangun Indonesia yang damai, berdaulat, adil, dan sejahtera, menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Upacara ditutup pekik semangat, “Dirgahayu Republik Indonesia! Merdeka!” yang disambut para santri. Peringatan ini bukan hanya menjadi ajang refleksi perjuangan para pahlawan, tetapi juga panggilan bagi generasi muda, khususnya santri, untuk berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa.

Yan Andri

× Image