Home > Regional

Polisi Temukan Puluhan Bom Molotov di Samarinda Kaltim

Aksi di depan gedung DPRD Kaltim sempat ricuh, polisi menembakan gas air mata.
Puluhan bom molotov dan lambang palu arit. 
Puluhan bom molotov dan lambang palu arit.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Satuan Reserse Kriminal Polresta Samarinda Kaltim, berhasil menemukan puluhan bom molotov yang diduga akan dipakai dalam aksi demonstrasi, pada Senin.

Temuan 27 bom molotov itu terungkap usai aparat mengamankan empat mahasiswa di lingkungan Kampus FKIP di salah satu Universitas di Samarinda.

Polisi merangsek ke kawasan Banggeris Karang Anyar, Kecamatan Sungai Kunjang, pada Ahad (31/8/2025) sekitar pukul 23.45 WITA. Dari sana sekitar 22 mahasiswa diamankan. Namun, setelah pemeriksaan lebih lanjut, 18 orang diizinkan pulang.

Tersisa empat orang yang diamankan, yakni MZf (19), MH (21), MAG (20), dan AR (21). Dari tangan para mahasiswa itu, polisi menyita 27 botol bom molotov siap pakai, dua petasan, gunting, kain perca, hingga atribut bergambar Partai Komunis Indonesia.

“Setelah interogasi awal, 18 mahasiswa ternyata tidak ada kaitan dengan pembuatan bom molotov. Sehingga kami kembalikan kepada pihak prodi Sejarah FKIP,” jelas Kombes Pol Hendri Umar, pada awak media, Senin (1/9/2025).

Hasil penyelidikan sementara, bom molotov itu disiapkan untuk aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kaltim pada hari ini, Senin. Keempat orang ini diduga memiliki peran berbeda, mulai menyiapkan bahan baku, merakit, sampai menyembunyikan bahan peledak.

Polisi juga masih memburu pihak lain yang diduga berperan untuk menyediakan bahan baku.

Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Hendri Umar, menegaskan pihaknya tak akan memberi toleransi terhadap upaya provokasi yang mengancam keamanan publik.

"Sebagai gambaran, ada yang berperan mengantarkan bahan baku yang masih terpisah," imbuhnya.

Pihaknya tidak akan memberi ruang siapapun yang mencoba menciptakan kekacauan. Polisi akan memastikan aspirasi masyarakat tersampaikan secara damai tanpa mengorbankan keamanan.

Ia mengingatkan kasus ini menjadi peringatan tegas agar para mahasiswa dan masyarakat tak mudah terprovokasi. Menurutnya, siapapun yang mau menyampaikan pendapat adalah hak setiap orang.

“Tetapi jika dilakukan dengan anarkis, apalagi menggunakan bahan peledak, maka hal itu sudah masuk dalam kategori tindak pidana serius,” tegasnya.

Kronologi

Tim gabungan aparat keamanan bergerak melakukan penggerebekan pada Ahad malam, 31 Agustus 2025, dari informasi intelijen. Sasaran operasi berada di gedung sekretariat mahasiswa di salah satu kampus ternama di Kota Samarinda, Kaltim.

Di lokasi itu, aparat menemukan total 27 bom molotov yang telah dirakit dan siap untuk digunakan.

Barang bukti berupa botol-botol kaca berisi bahan bakar jenis pertalite, lengkap bersama sumbu kain yang menjulur keluar, diamankan dari lokasi. Aparat segera menyita seluruh barang bukti untuk proses penyelidikan lebih lanjut, sembari memasang garis polisi di sekitar tempat kejadian perkara.

Bahan-bahan mentah seperti kain perca, botol kosong, dan bahan bakar diantarkan memakai sepeda motor menuju gedung sekretariat tersebut.

Setelah bahan baku terkumpul, ada pihak lain yang bertugas sebagai eksekutor.

Mereka inilah yang berperan sebagai peracik atau pembuat yang merakit setiap komponen hingga menjadi bom molotov yang mematikan.

Pola kerja terstruktur ini menunjukkan bahwa rencana pembuatan bom molotov Samarinda bukanlah tindakan spontan. Fakta yang paling memicu keresahan publik adalah penemuan simbol palu arit khas PKI pada kardus yang dipakai untuk menyimpan bom molotov tersebut.

Hendri Umar menyatakan pihak kepolisian belum bisa menyimpulkan kaitan langsung simbol PKI dengan pelaku. Pihaknya masih mendalami asal-usul simbol PKI yang ditemukan di lokasi.

"Kami belum dalami keberadaan bendera ini, apakah ini memang milik dari kelompok tersebut atau sudah lama berada di sana," jelasnya.

Aparat keamanan memandang serius penemuan bom molotov Samarinda ini sebagai ancaman nyata terhadap kondusivitas kota.

Polisi bersama TNI mengimbau seluruh elemen masyarakat, terutama para mahasiswa dan aktivis yang hendak menyampaikan aspirasi, untuk tetap waspada.

"Kami juga mengharapkan agar kita semua waspada, terutama kepada semua yang menyampaikan aspirasi agar menjaga aspirasinya tidak ditunggangi," tegas Kombes Pol Hendri Umar.

Aksi Dibubarkan Paksa

Pihak aparat membubarkan paksa kerumanan massa aksi dari Aliansi Mahakam di depan Kantor DPRD Kaltim Karang Paci, Senin, sekitar pukul 17.30 wita lebih.

Petugas mendorong massa dengan dua unit water canon dan gas air mata ke arah massa. Terlihat, mahasiswa kocar kacir di depan Kantor PU Provinsi Kaltim ketika asap putih menyesakan beterbangan.

Pasukan Samapta Polres Samarinda harus berhadapan puluhan mahasiswa yang enggan bubarkan diri.

Usai batas penyampaian aksi pukul 18.00 WITA, massa yang belum puas melakukan pelemparan ke dalam laman DPRD Kaltim. Mereka melemparkan botol air mineral.

Lemparan direspons pihak aparat dengan menyemprotkan water cannon dan gas air mata. Massa langsung berhamburan menuju Jalan Tengku Umar arah SPBU dan Jalan Tengkawang.

Ketua DPRD Kaltim, Hassanudin Mas'ud sebelumnya sempat menemui ribuan massa Aliansi Mahakam yang berunjuk rasa di depan Gedung DPRD.

Dari atas mobil komando, ia menegaskan bahwa aspirasi para demonstran akan ditindaklanjuti. "Tadi saya bersama para anggota dewan lain telah menggelar rapat. Ini juga membahas tuntutan kalian," ujar Hassanudin.

Usai dibubarkan paksa, aksi demonstrasi mahasiswa yang berujung ricuh merembet sampai ke pemukiman warga di kawasan Jalan M Said, Samarinda. Gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian masuk ke area rumah penduduk dan membuat warga panik.

Sejumlah warga mengaku kesal lantaran tembakan gas air mata tak hanya mengenai peserta aksi, tapi juga masuk ke rumah-rumah warga.

“Ini pemukiman warga harusnya jadi tempat aman. Kami sudah bernegosiasi dengan polisi supaya mahasiswa bisa pulang dengan tertib,” ujar Iwan, warga sekitar.

Iwan berujar, sebagian mahasiswa sempat mencari perlindungan di rumah-rumah warga saat aparat menembakkan gas air mata ke arah massa. “Situasinya tidak kondusif, tembakan diarahkan ke area pemukiman,” ujarnya.

Yan Andri

× Image