Home > Serba Serbi

Om, Sekolahin Aku Dong

Balikpapan dua tahun berturut-urut mempertahankan predikat Kota Layak Anak.
Agung, anak jalanan yang berkeliaran di tengah malam. (SekitarKaltim.ID)
Agung, anak jalanan yang berkeliaran di tengah malam. (SekitarKaltim.ID)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Namanya, Agung. Entah siapa lengkapnya. Usianya sekitar 7 tahun, rambutnya sedikit cepak, tapi saat dielus-elus keras sekali. Tampak jarang keramas.

Pada Selasa (9/9/2025) dini hari, sekitar pukul 01.00 WITA, ia tiba-tiba datang ke Wontend Angkringan di kawasan kilo 3,5 Balikpapan Utara, Balikpapan.

Kala itu, awak media ini tengah asyik masyuk menikmati kopi bersama rekan media lain.

Agung, bocah itu tiba-tiba mendekat. Ia menggunakan baju yang terlihat lusuh. Kemeja abu-abu dengan kerah berkelir hitam.

Ia tak meminta uang, tak pula menjajakan barang sebagaimana anak jalanan yang kerap menjual tisu di sekitar SPBU. Agung meminta minum. Saat media ini menawarkan makanan, ia minta pecel lele.

“Pakai nasi boleh? Mau makan di sini. Ga usah dibawa pulang, aku maunya makan di sini,” ujar Agung.

Saat pesanannya datang, ia lahap sekali. Matanya berbinar menikmati dua ekor lele. Sesekali mengoleskan sambel lalapan yang ada di piringnya.

Ketika menanyakan dimana rumahnya, ia hanya menjawab, di jalanan. “Aku tidurnya di depan kios,” ujar Agung, tanpa menyebut kios milik siapa dan lokasi persisnya.

Agung mengaku ibunya sudah tiada. “Ibuku meninggal, nenek meninggal, kai (kakek) meninggal. Bapak gak mau ngurus,” ujar Agung. Sontak media ini kaget mendengar kata-kata yang keluar dari lisannya.

Di tengah keterkejutan itu, Agung tiba-tiba menyender ke bahu awak media ini. Lalu tersenyum kecil, dan mengatakan, “Om, sekolahin aku dong,” ujarnya.

Ia mengaku tak lagi sekolah. Terakhir hanya TK, saat ibunya masih ada. Ia tak menjawab saat ditanya keluarga besarnya. Hanya menjawab, “Ayahku di Sepinggan,” katanya.

Padahal jarak antara Sepinggan dengan kilo 3,5 sangat jauh. Media ini tak mau mempercayainya begitu saja. Sepinggan ada di Balikpapan Selatan, ada pun lokasi angkringan saat itu ada di Balikpapan Utara.

Salah satu karyawan di angkringan, mengaku Agung sudah beberapa kali ke kafenya.

“Gak tiap hari, tapi sering. Kalau datang selalu tengah malam. Tapi gak tahu rumahnya dimana,” ujar seorang karyawan angkringan, yang saat itu mulai membersihkan sisa-sisa makanan pengunjung.

Usai makan, Agung pergi lagi. Entah kemana. Sekitar setengah jam kemudian, ia kembali lagi. Saat itu waktu menunjukan hampir pukul 02.00 WITA. Ia meminta makanan lagi.

Setelah diberi cemilan angkringan dan uang, ia gembira sekali. Wajahnya berbinar. Bibirnya mengucapkan terima kasih berkali-kali.

Agung pergi lagi, menyebrang jalan ke warung sebelah. Entah membeli apa. Setelah itu, ia menghilang dari pandangan. Dan tidak kembali sampai awak media ini pergi.

Balikpapan Kota Layak Anak

Sebelumnya, meski telah mempertahankan predikat Kota Layak Anak kategori Utama dua tahun berturut-turut, Pemerintah Balikpapan mengakui jalan menuju kategori tertinggi: Paripurna, masih penuh tantangan.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Heria Prisni, menyampaikan salah satu persyaratan utama KLA Paripurna nihilnya kasus kekerasan terhadap anak, serta tersedianya fasilitas publik yang sepenuhnya aman dan ramah anak.

“Kalau paripurna itu syaratnya sangat ketat. Misalnya nol kasus kekerasan terhadap anak, anak-anak bisa bepergian atau bersekolah dengan aman tanpa diantar. Sarana pendukungnya juga harus lengkap. Sarana kita memang belum semuanya siap,” ujar Heria, Selasa (12/8/2025)

Menurutnya, pengembangan dan standarisasi Ruang Bermain Ramah Anak menjadi salah satu pekerjaan besar. Meski sudah tersedia di beberapa titik, fasilitas itu perlu memenuhi standar nasional agar benar-benar aman dan mendukung tumbuh kembang anak.

Heria juga menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan untuk pembangunan ruang bermain anak di 34 kelurahan dan enam kecamatan dapat selesai dalam lima tahun ke depan.

Pihaknya berencana membangun ruang bermain anak di seluruh kelurahan.

“Targetnya lima tahun harus tuntas, namun semua itu tergantung pada ketersediaan anggaran dari Pemerintah Kota setiap tahunnya,” ujarnya.

Satuan Polisi Pamong Praja Balikpapan menegaskan komitmennya menjaga ketertiban umum dengan melakukan penertiban terhadap pengamen dan anak jalanan yang kerap beraktivitas di rumah makan maupun persimpangan jalan.

Langkah ini dilakukan menyusul keluhan warga dan pelaku usaha yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka, terutama pada jam-jam sibuk.

Pada medio Agustus 2025, Kepala Satpol PP Kota Balikpapan, Boedi Liliono, mengungkapkan hingga pertengahan 2025 pihaknya telah menertibkan sekitar 30 orang pengamen dan anjal.

Setelah diamankan, mereka tak langsung dilepas, melainkan diserahkan ke Dinas Sosial Balikpapan untuk mendapat pembinaan, pendataan, dan diarahkan ke program pemberdayaan yang sesuai.

“Pengamen dan anjal yang paling banyak kami tertibkan berada di simpang lampu merah Muara Rapak. Kami pastikan simpang lampu merah di Balikpapan aman dari anjal dan pengamen agar pengguna jalan merasa nyaman,” ujar Boedi kepada wartawan, pada Selasa (12/8/2025) silam.

Selain simpang Muara Rapak, titik lain yang menjadi perhatian adalah kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jalan MT Haryono, dan beberapa pusat kuliner malam.

Satpol PP menilai, meskipun jumlah pengamen dan anjal yang beroperasi cenderung menurun, potensi kemunculan kembali tetap ada jika pengawasan longgar.

Tahun lalu, Satpol PP telah membentuk Satuan Tugas Khusus yang fokus menertibkan anjal dan pengamen di sejumlah titik rawan, terutama di persimpangan lampu merah.

Namun, kini Satgas tersebut dibubarkan karena kondisi dianggap sudah relatif tertib. “Satgas khusus hanya dibentuk jika diperlukan penanganan khusus. Saat ini sudah ada regu yang bertugas secara rutin sehingga tidak perlu lagi membentuk satgas khusus,” jelas Boedi.

Taufik Hidayat

× Image