Home > News

Keracunan MBG Masih Terjadi, Daerah Ini Tetapkan Kejadian Luar Biasa

Dapur MBG yang diduga menjadi penyebab kejadian telah ditutup sementara.
Siswa keracunan diduga usai melahap menu MBG masih terus terjadi. 
Siswa keracunan diduga usai melahap menu MBG masih terus terjadi.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Peristiwa keracunan yang menimpa siswa diduga akibat mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) masih terus terjadi di berbagai daerah.

Setelah pada Senin (22/3/2025), sekitar 352 lebih korban keracunan massal usai mencicipi menu MBG di Bandung Barat, Pemerintah setempat menetapkan kasus itu menjadi kejadian luar biasa atau KLB.

Kini, peristiwa keracunan masih terjadi Garut, Jawa Barat. Sebanyak 147 siswa mengalami keracunan usai menyantap MBG.

Pemerintah Kabupaten Garut juga menetapkan status KLB dalam kasus keracunan massal yang menimpa 147 orang diduga akibat mengkonsumsi MBG di Kecamatan Kadungora.

Seluruh biaya pengobatan korban ditanggung pemerintah melalui belanja tidak terduga.

Bupati Garut Abdusy Syakur Amin mengatakan telah melakukan rapat dengan jajaran dan memutuskan untuk menetapkan status KLB keracunan massal yang terjadi.

Sebab memerlukan penanganan khusus terhadap kejadian tersebut.

"Kondisinya tadi sudah perlu penanganan khusus maka kita nyatakan sebagai KLB," jelasnya, saat meninjau lokasi keracunan massal di Puskesmas Kadungora, Selasa (30/9/2025) malam.

Ia memastikan seluruh biaya penanganan dan perawatan korban akan ditanggung penuh melalui belanja tidak terduga. Bupati mengaku telah memanggil seluruh kepala desa untuk menyisir warga yang diduga mengalami keracunan.

Para korban, lanjut Bupati, ditangani di Puskesmas Kadungora dan Leles. Tiga orang terpaksa dirujuk ke rumah sakit karena memerlukan penanganan intensif termasuk diantaranya balita.

Pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait penyebab dugaan keracunan massal yang terjadi. Ia mengatakan dapur MBG yang diduga menjadi penyebab kejadian telah ditutup sementara.

"Ya kita tutup, karena memang sudah jelas ini sudah ada korban yang relatif banyak," ungkap dia.

Ia memastikan kondisi penanganan medis saat ini terkendali. Ia juga menyampaikan harapannya agar para korban dapat segera pulih, serta terlihat beberapa pasien sudah mulai menunjukkan perbaikan kondisi.

Korban Keracunan Bukan Sekadar Angka

Sebelumnya Mantan Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengaku ada anggota keluarganya yang mengalami keracunan makanan setelah mengonsumsi makan bergizi gratis, MBG. Kasusnya terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Cucu saya juga keracunan, MBG di Jogja. Cucu ponakan ya," ungkap Mahfud dalam Siniar di kanal Youtube Mahfud MD Official yang tayang, pada Selasa (30/9/2025) malam.

Ia menjelaskan kedua cucunya dan teman satu sekolahnya mengalami gejala keracunan makanan berupa muntah-muntah usai menikmati menu MBG.

Mahfud mengungkap, dalam satu kelas ada delapan orang langsung muntah-muntah.

“Nah yang enam itu, enam dan kakaknya, kakak yang masih dirawat di rumah sakit itu habis muntah-muntah sehari disuruh pulang, bisa dirawat di rumah," imbuh Mahfud.

Tapi cucu satunya lagi sampai empat hari dirawat di rumah sakit.

Mahfud mengingatkan keracunan MBG harus segera dituntaskan. Ia lantas mengutip statement Presiden Prabowo terkait keracunan MBG secara persentase sebesar 0,00017%.

Ia menegaskan persoalan korban keracunan MBG jangan dilihat hanya sekadar angka atau statistik belaka. Sebab, hal ini menyangkut nyawa.

"Ini bukan persoalan angka. Ini harus diteliti lagi masalahnya," tegas Mahfud.

Mahfud lantas membandingkan kasus keracunan MBG dengan kecelakaan pesawat terbang.

"Jutaan pesawat terbang di dunia lalu lalang setiap hari, tapi kecelakaan satu saja tidak sampai 0,00017 persen orang sudah ribut, karena menyangkut nyawa, kesehatan. Jadi bukan soal angka, ini harus diteliti lagi apa masalahnya," tegas Mahfud.

Ia menegaskan kasus keracunan di berbagai daerah harus menjadi catatan dalam program MBG. Selain persoalan itu, Mahfud melihat ada masalah lain yang mesti diperhatikan.

"Sangat perlu mendesak diperbaiki. Penyelenggara di bawah itu siapa? Pemerintah daerah enggak tahu,” imbuhnya. Tapi saat ada keracunan pemerintah daerah yang turun.

Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia, mencatat data terbaru jumlah anak yang keracunan MBG hingga Sabtu (27/9/2025), sudah tembus 8.649 siswa yang dilaporkan mengalami keracunan.

Dari jumlah itu, 3.289 di antaranya terjadi hanya kurun waktu dua pekan terakhir.

Pada September, korban keracunan per Ahad dilaporkan JPPI selalu meningkat. Penambahan jumlah korban terbanyak terjadi pada periode 22 hingga 27 September 2025, korban mencapai 2.197 anak.

BGN: Dapur Tak Patuhi SOP

Badan Gizi Nasional mengungkap secara umum keracunan usai melahap MBG disebabkan ketidakpatuhan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau dapur MBG, terhadap standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.

BGN telah mengambil langkah penutupan SPPG yang bekerja tak sesuai SOP.

"Kita bisa identifikasi kejadian itu rata-rata karena SOP yang kita tetapkan tidak dipatuhi dengan saksama," kata Kepala BGN Dadan Hindayana dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Rabu.

Ia mencontohkan ketidakpatuhan SPPG pada SOP yang telah ditetapkan oleh BGN, di antaranya terkait dengan waktu pembelian bahan baku makanan pada MBG.

Dadan mengatakan BGN menetapkan bahwa pembelian makanan harus dilakukan pada H-2 atau dua hari sebelum makanan dimasak. Akan tetapi, masih terdapat SPPG yang membeli bahan baku pada H-4.

Selain itu, ujar Dadan melanjutkan, ada pula ketidakpatuhan SPPG terhadap SOP yang berkenaan dengan rentang waktu penyiapan makanan hingga pengirimannya kepada penerima manfaat di sekolah-sekolah.

Dadan menyampaikan rentang waktu ideal antara proses memasak hingga pengiriman kepada penerima manfaat adalah 6 jam dan paling optimal selama 4 jam.

Namun pada implementasinya, terdapat SPPG yang memakan waktu hingga 12 jam untuk menyiapkan makanan hingga mengirimnya kepada penerima manfaat.

Republika

Image
Republika Network

Sekitarkaltim.ID -

× Image