Home > Mancanegara

Penjajah Israel Gencarkan Serangan Udara ke Gaza, Sasar Warga Sipil

Saat sama, sebanyak 453 warga meregang nyawa akibat kelaparan dan malnutrisi.
Petugas mencari korban di puing-puing reruntuhan akibat serangan zionis. 
Petugas mencari korban di puing-puing reruntuhan akibat serangan zionis.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Pertahanan Sipil Gaza melaporkan pada Selasa bahwa pasukan pendudukan Israel telah mengintensifkan serangan udara di wilayah kantong tersebut.

Serangan meningkat setiap kali diskusi tentang kemungkinan gencatan senjata muncul. Dalam sebuah pernyataan kepada media lokal, dilaporkan Days of Palestine, pejabat Pertahanan Sipil mengungkap helikopter Israel terus melancarkan pemboman besar-besaran di daerah pemukiman.

Selain itu, pesawat tak berawak yang memuat bahan peledak juga digunakan untuk melakukan serangan. Serangan penjajah Israel sejak fajar telah menewaskan lebih dari 30 orang di berbagai wilayah Gaza.

Tim penyelamat dan ambulans tetap dikerahkan di seluruh wilayah, berupaya mengevakuasi korban, mengevakuasi jenazah, dan memberikan bantuan darurat meskipun pemboman masih berlangsung.

Gelombang serangan terbaru terjadi di tengah terhentinya upaya mediasi internasional yang bertujuan menghentikan genosida, yang telah menghancurkan infrastruktur Gaza dan menyebabkan warga sipil meregang nyawa dan terluka.

Armada Sumud Dekati Gaza

Sebuah armada internasional yang membawa lebih dari 500 aktivis dan relawan bantuan, berlayar menuju Gaza, meski ada peringatan Israel dan ancaman intersepsi, kata penyelenggara hari Selasa.

Juru bicara Armada Sumud Internasional, Marwan Ben Qutaya, menyatakan “Armada Keteguhan” kini berada sekitar 318 mil laut sekitar 600 kilometer dari pantai Gaza.

Mereka terus maju dalam misinya menantang blokade Israel yang mencekik wilayah kantong tersebut.

Konvoi itu mencakup lebih dari 42 kapal dan didampingi tiga kapal pengawal militer dari Italia, Spanyol, dan Yunani, menurut Ben Qutaya.

Ia mengatakan armada tersebut sejauh ini terhindar dari gangguan dan telah berlayar dalam cuaca tenang dengan moral tinggi di antara para peserta.

Salah satu kapal, bernama Deir Yassin, bergerak dengan kecepatan empat knot sebagai bagian dari perjalanan terkoordinasi tersebut.

Para aktivis di kapal dilaporkan telah menerima pesan audio dan video dukungan dari dalam Gaza, yang memperkuat tekad mereka untuk terus maju meskipun menghadapi risiko.

Penjajah Israel mengeluarkan ancaman berulang kali terhadap armada itu dan, menurut penyelenggara, mulai mempersiapkan rumah sakit dan fasilitas keamanan untuk mengantisipasi potensi konfrontasi.

Ben Qutaya memperkirakan kemungkinan adanya upaya untuk mencegat kapal-kapal tersebut dalam dua malam ke depan, baik di perairan internasional atau lebih dekat ke perairan teritorial Palestina.

"Kampanye maritim ini mencerminkan keinginan masyarakat dunia untuk mematahkan blokade yang telah diberlakukan di Gaza selama bertahun-tahun," ujarnya, seraya menambahkan para peserta bertekad mencapai wilayah tersebut.

Armada berlayar dari Barcelona pada akhir Agustus, diikuti kapal-kapal tambahan yang berangkat dari Genoa pada awal September.

Perjalanannya terjadi saat Gaza menghadapi krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan lebih dari dua juta penduduk mengalami kekurangan makanan parah.

Selain itu, kekurangan obat-obatan karena penutupan semua penyeberangan perbatasan oleh Israel sejak Maret. Blokade juga telah memperparah kondisi kelaparan dan memaksa pengungsian massal dari Kota Gaza, memperparah apa yang digambarkan kelompok bantuan sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah terkini.

453 Orang Wafat Akibat Kelaparan dan Malnutrisi

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan Selasa seorang bayi Palestina meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi di rumah sakit Naser.

Kematian bayi tersebut menambah jumlah korban kelaparan dan kekurangan gizi buatan Israel, menjadi 453 warga Palestina, termasuk 150 anak-anak.

Dalam pernyataan singkat, kementerian melaporkan sejak deklarasi resmi kelaparan di Gaza berdasarkan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), 175 kematian baru terkait kelaparan telah dicatat, di antaranya 35 anak-anak.

Kementerian mengatakan krisis telah semakin dalam sejak 2 Maret, ketika pendudukan Israel menutup penyeberangan Gaza untuk bantuan kemanusiaan, makanan, obat-obatan, barang, dan bahan bakar.

Dampaknya semakin melumpuhkan ekonomi dan sistem bantuan di wilayah yang sudah hancur.

Bencana kemanusiaan Gaza terjadi bersamaan dengan genosida Israel yang diluncurkan setelah 7 Oktober 2023. Menurut pejabat kesehatan di daerah kantong itu, lebih dari 234.000 orang tewas atau terluka dalam genosida. Sebagian besar wanita dan anak-anak.

Selain itu, lebih dari 9.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan.

Badan-badan internasional telah berulang kali memperingatkan bahwa Gaza menghadapi salah satu krisis kelaparan yang berkembang paling cepat dalam sejarah terkini.

Anak-anak yang paling rentan karena keluarga-keluarga tidak memiliki akses pasokan makanan pokok, air bersih, atau perawatan medis.

Mila

Image
Republika Network

Sekitarkaltim.ID -

× Image