Haul Ke-4 KH Ayip Abbas Buntet, Gus Muchtaruddin: Jaga Simpul Beliau
SEKITARKALTIM, REPUBLIKA – Kaum Muslimin, khususnya kalangan Nahdliyin dan jamaah Shalawatan, menghelat Haul ke-4 Pengasuh Buntet Pesantren, KH Ayip Abdullah Abbas, hari ini (27/1/2024). Bertepatan dengan 15 Rajab 1445 H.
Haul dipusatkan di kediaman keluarga almarhum di Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat. Yang dimulai pukul 15.00 WIB.
Koko Alif Ciko salah satu santri Kang Ayip, sapaan karib KH Ayip Abdullah Abbas, menjelaskan selain Shalawatan dan doa bersama, haul diisi kegiatan sosial.
Seperti santunan anak yatim dan pengobatan gratis.
“Kita meneruskan apa yang pernah diajarkan Kang Ayip kepada semua santrinya,” ujar Koko Alif, dari balik selulernya, Sabtu. Pengobatan gratis banyak digandrungi jamaah yang datang. Terutama para orangtua yang berusia senja.
Ia berpesan agar ilmu yang pernah diberikan Kang Ayip, untuk selalu diamalkan para santrinya. “Tetap Shalawat dan yatiman. Jangan pernah lupain itum” pesan Koko Alif, muallaf yang ahli pengobatan China.
‘Duet Maut’
Salah satu kerabat Kang Ayip yang juga Pengurus Pimpinan Pusat Pencak Silat Pagar Nusa, Gus Muchtaruddin yang karib disapa Cak Tar, mengisahkan kenangan saat bersama almarhum. Mereka kerap dikenal sebagai ‘duet maut’.
“Sejak masih muda saya kemana-mana sama beliau. Lalu sempat berpisah selama beberapa tahun. Sebelum beliau wafat, alhamdulillah, masih sempat ke rumahnya,” ujar Cak Tar.
Ia melanjutkan, “Tapi empat hari menjelang wafatnya, kita gak kesampaian bertemu. Rencananya selepas Umrah Anjengan Ayip mau ke rumah saya, tapi keduluan ajal.”
Gus Muchtaruddin berpesan agar apa yang diajarkan Kang Ayip harus diteruskan. Pun kepada saudara kandung dan menantunya agar bisa melakukan napak tilas perjalanan hidup Kang Ayip.
“Simpul-simpul jamaah Shalawatannya harus tetap dijaga. Kalau bisa dikembangkan. Terutama bagi adik atau menantunya. Jangan sampai putus obor, silaturahminya harus diteruskan,” pesannya.
Kang Ayip, Yai Nyentrik tanpa Sekat
KH Ayip Abdullah Abbas salah satu cucu dari Sang Pahlawan 10 November 1945, Kiai Abbas Abdul Jamil. Kang Ayip, putra dari Kiai Khos, KH Abdulloh Abbas.
Kang Ayip dikenal berdakwah dengan cara berbeda. Melekat tanpa sekat, pada siapapun, pada apapun jabatannya. Dari preman sampai presiden.
Sikap cairnya itu juga ditunjukkan dengan keengganan disapa sebutan kiai.
Karena itu, siapapun menyapanya dengan sebutan Kang Ayip atau Mang Ayip. Kang Ayip kerap datang ke Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta.
Menurut catatan menantunya di laman NU Online, Muhammad Syakir NF, Kang Ayip biasa ngopi joinan di lantai satu, dekat dengan Bank Sampah Nusantara. Di lorong itu, beliau biasa berbincang-bincang hingga malam. Bahkan, Kang Ayip tidur di tempat yang penuh sampah yang akan di daur ulang itu.
Bang Anto, pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU tercekat menceritakan hal tersebut.
Ia betul-betul tak sanggup meneruskan kenangannya dan langsung menyerahkan mik kepada pembawa acara pada gelaran Istighatsah rutin dan Tahlil untuk Kang Ayip yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Pencak Silat Pagar Nusa di Masjid An-Nahdlah, Gedung PBNU Lantai 1, pada Senin (10/3/2020) silam.
Menurut penuturannya, dua kali Kang Ayip istirahat di tempat yang sangat tidak layak bagi seorang kiai besar. Tapi begitulah karakter Dewan Khos PP Pencak Silat Pagar Nusa itu. Ia juga menceritakan Kang Ayip menolak beragam jabatan penting yang ditawarkan kepadanya. Sebab, beliau ingin dapat terus menemaninya, membersamai masyarakat biasa sepertinya, ingin melayani dengan sepenuhnya.
Kiai yang pernah mengenyam pendidikan di Darul Ulum Nadwatul Ulama, Lucknow, India itu juga karib dengan geng motor XTC. Dulu, masyarakat Cirebon tentu geram dengan kelompok ini. Sebab, oknum anggota geng itu kerap membuat onar dengan aksinya di jalanan.
Namun, Kang Ayip perlahan masuk dan mengayomi mereka.
Aksi jalanannya itu diubah menjadi aksi santunan untuk anak yatim. Biasanya, kegiatan tersebut diawali dengan shalawatan bersama. Ya, shalawatan ini juga yang menjadi kegemarannya. Di mana-mana, putra ketiga KH Abdullah Abbas ini mengajak orang bershalawat bersama.
Beliau membentuk majelis-majelis shalawat yang dipimpin langsung olehnya di berbagai tempat. Tak ayal, saban pekan beliau pasti berkeliling ke berbagai daerah untuk menggemakan shalawat.
Menurutnya, shalawat ini sangat penting. Sebab, kelak di hari akhir nanti, amal baik kita semua bukanlah apa-apa, yang mampu menolong hanyalah syafaat dari Rasulullah.
Bekoer I NU Online