Home > Regional

Pusdiklat 1 Pagar Nusa Kukuhkan Dokter Gigi Syukri Wahid Jadi Dewan Pembina

Pusdiklat 1 membawahi Kaltim, Kaltara, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua.
Waketum II Pimpinan Pusat Pagar Nusa Kiai Muchtaruddin (tengah), drg. Syukri Wahid (kemeja hijau), dan pengurus Pagar Nusa lainnya. 
Waketum II Pimpinan Pusat Pagar Nusa Kiai Muchtaruddin (tengah), drg. Syukri Wahid (kemeja hijau), dan pengurus Pagar Nusa lainnya.

SEKITARKALTIM, REPUBLIKAPusat Pendidikan dan Pelatihan 1 Pagar Nusa, mengukuhkan drg. Syukri Wahid sebagai Dewan Pembina Pusdiklat 1 Pagar Nusa.

Pengukuhan disampaikan Wakil Ketua Umum II Pimpinan Pusat Pagar Nusa, Kiai Muchtaruddin saat Peringatan Harlah Nahdlatul Ulama ke-101 dan Harlah Pagar Nusa ke-38, Selasa (30/1/2024) malam.

Hadir dalam agenda itu, Ketua Pimpinan Wilayah Pagar Nusa Nusa Kaltim Agus Sofian Noor, Majelis Pendekar Pagar Nusa Balikpapan, santri pesantren Syaichona Cholil Balikpapan, delegasi Pagar Nusa PPU, para santri Balikpapan, dan tamu undangan lain.

Wakil Ketua Umum II Pimpinan Pusat Pagar Nusa Kiai Muchtaruddin, yang karib disapa Gus Muchtar, mengingatkan para santri dan umumnya warga Nahdiyin agar jangan pernah lepas dengan kiai-kiai Ahlussunnah Waljamaah A-Nahdliyah.

Kiai Muchtar meminta agar momentum peringatan Harlah dijadikan kontemplasi mendalam.

“Refleksi kita bagaimana harus mempertahankan, mengamalkan ajaran dari ulama-ulama terdahulu dan tetap berkhidmat pada Kiai. Ini refleksi tentang Harlah NU. Refleksi Harlah Pagar Nusa, bagaimana kita tetap bersatu, bersama. Kelompok-kelompok yang terdikotomi perlu kita satukan. Tidak bisa kita sendiri-sendiri,” pesan Gus Muchtar.

Ia mengisahkan tentang riwayat Komite Hijaz sebagai embrio pembentukan NU, yang lekat dengan sejarah panjang bangsa ini. Bagaimana Komite Hijzaz telah menunjukkan taji diplomasi dan kepiawaian lobinya di tingkat internasional, jauh sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang.

Gus Muchtar pun mengingatkan agar bangsa Indonesia bisa terus menjaga persatuan dan perdamaian, yang pondasinya telah dibangun para Ulama terdahulu. Munculnya gerakan dan pemikiran yang ingin memecah Indonesia, harus selalu dibendung.

Peringatan Harlah yang dalam kondisi sangat sederhana, lanjutnya, tidak mengurangi itikad dan semangat para santri untuk selalu berupaya memberi maslahat pada umat, bangsa dan agama.

“Alhamdulillah, malam ini kita kukuhkan bapak drg. Syukri Wahid sebagai Dewan Pembina Pusdiklat 1. Acara pengukuhan khususnya akan dilakukan nanti berbarengan saat pengukuhan para pelatih,” jelasnya. Ia berharap, seluruh santri Pagar Nusa terus menjaga amaliah dan budaya yang ditanamkan para Kiai.

Mencetak Pelatih Bersanad

Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Pagar Nusa Nusa Kaltim Agus Sofian Noor, Pusdiklat 1 membawahi Kaltim, Kaltara, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua. Salah satu tugas pokok Pusdiklat 1 yakni membentuk dan mencetak pelatih bersanad yang handal dari setiap cabang.

Agus meminta para santri di Balikpapan, dan di Kalimantan Timur secara umum agar menguatkan sinergi untuk membentuk pelatih yang bersanad. Sebagaimana ilmu-ilmu lain yang sanadnya harus jalan.

“Kenapa para pelatih harus bersanad? Hal ini untuk menjaga kemurnian ilmu dan menghormati para Ulama pendiri-pendiri Pagar Nusa, yang dulu tidak mudah menyatukan para santri dan perguruan pencak silat se-Indonesia,” pesannya.

Dengan didapuknya Syukri Wahid, diharapkan ke depan Pagar Nusa Kaltim bisa mencetak atlet berprestasi di tingkat provinsi dan tingkat nasional. Ia minta melalui peringatan Harlah ini bisa dijadikan ajang refleksi diri, menyatukan hati untuk terus menjaga keilmuan.

Agus juga berpesan agar para santri tetap selalu menjaga para Kiai dan Ulama. “Serta melestarikan budaya pencak silat, menciptakan prestasi anak-anak negeri dan diwajibkan melakukan amaliah-amaliah NU. Budaya pelatih agar bisa dikembangkan menjadi budaya amaliah santri,” ujarnya.

Ia juga berharap para sesepuh bisa menjaga, memberi semangat dan mengayomi para santri. “Kepada para santri agar bisa terus berkhidmat pada Ulama,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Syukri Wahid, membawakan materi Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara.

Syukri menjelaskan tidak akan bisa memisahkan NU dengan Indonesia. Hal itu ibarat melepaskan manis dari gula dan memisahkan panas dari matahari.

“Memisahkan NU dengan Indonesia, tidak mungkin. Seperti memisahkan manis dari gula. Memisahkan panas dari matahari. Kita harus bersyukur pada para pendiri NU dan para Ulama di Nusantara, yang selalu menjaga persatuan dan kebersamaan masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Ia mengingatkan agar selalu bersyukur atas mata rantai panjang sejarah Indonesia. Saat ini ancaman disintegrasi selalu ada. Dari gerakan-gerakan yang ingin memecah belah Indonesia.

“Ancaman disintegrasi bukan hanya dalam bentuk tindakan, tapi perlu diwaspadai pula disintegrasi dari pikiran-pikiran yang memecah bangsa. Kita harus terus berupaya memegang nilai-nilai ketahanan negara. Memegang teguh kebhinekaan, UUD. Ini harus kita jaga agar menjadi tenun yang tidak bisa dirobek lagi,” pintanya.

Syukri Wahid mengaku haru dan bangga diterima dan dipercaya menjadi Dewan Pembina Pusdiklat 1 Pagar Nusa. “Ini sebuah kebahagiaan. Saya sangat bahagia, terhormat dan tersanjung. Bisa diterima di keluarga Pagar Nusa. Terima kasih telah menerima untuk menjadi bagian santri Pagar Nusa,” ujar Syukri.

Sekilas Pagar Nusa

Menurut Ensiklopedia NU, nama resmi Pagar Nusa, yakni lkatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa. Saat ini menjadi Pencak Silat NU.

Yang bertugas menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia. Sedangkan Pagar Nusa sendiri berarti pagarnya NU dan bangsa.

Pagar Nusa dicetuskan 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. NU mengesahkan pendirian dan kepengurusannya melalui Surat Keputusan tertanggal 9 Dzulhijjah 1406/16 Juli 1986.

Lahirnya Pagar Nusa berawal dari perhatian dan keprihatinan para kiai NU terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren. Padahal awalnya pencak silat, menjadi kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pesantren.

Redaktur: Rudi Agung

× Image