Kembalikan Jenazah, Hamas Kirim Pesan Perlawanan untuk Penjajah

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok Hamas, menyerahkan gelombang pertama jenazah tahanan. Pengembalian jenazah ini sebagai bagian dari tahap pertama perjanjian gencatan senjata.
Jenazah-jenazah itu ditempatkan di peti mati berwarna hitam, masing-masing dengan foto dan rincian pemiliknya, di atas platform yang memuat gambar yang menunjukkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai vampir.
Di atas gambar, kelompok perlawanan menulis bahwa penjahat Netanyahu dan pasukannya membunuh orang-orang ini dengan rudal Nazi mereka.
Di atap rumah-rumah yang hancur di daerah Bani Suhaila di kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, kelompok perlawanan juga mengibarkan spanduk.
Yang menunjukkan penyergapan yang dilakukan pasukan pendudukan di sejumlah wilayah Jalur Gaza selama perang. Di tengah alun-alun, kelompok perlawanan memasang spanduk bergambar peti mati dan statistik operasi dan kerugian Israel.
Termasuk gambar-gambar yang mengekspresikan konfrontasi para pejuang dengan kendaraan Israel. Di area itu juga dipasang spanduk, “Kembalinya perang = kembalinya tahanan dalam peti mati,”.
Sarkas itu mengacu pada nasib yang menanti para tahanan Israel di Gaza, jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk kembali berperang lagi.
Pesan Perlawanan
Adegan penyerahan jenazah para tahanan Israel pada Kamis sarat dengan pesan-pesan dari perlawanan Palestina kepada penjajah. Sebagian besar mengingatkan kerugian yang didera Israel.
Perlawanan menyerahkan jenazah empat tahanan Israel, termasuk seorang ibu dan dua anaknya dari keluarga Bibas.
Mereka semua terbunuh akibat serangan pasukan pendudukan ketika upaya untuk mengambil mereka kembali dengan paksa, seperti yang dilaporkan koresponden Aljazirah.
Hamas mengumumkan, tiga anggota keluarga Bibas meninggal akibat serangan Israel ke utara Gaza pada 29 November 2023.
Ini membuat mereka tak disertakan dalam gencatan senjata pertama pada Desember tahun itu. Israel sampai akhirnya hari ini, tak pernah mengakui meninggalnya tiga anggota keluarga Bibas itu.
Di antara penyergapan yang fotonya dipublikasikan oleh kelompok perlawanan adalah penyergapan Al-Farahin yang terjadi di daerah Al-Zana sebelah timur Kota Gaza.
Perlawanan menulis di papan bahwa itu bukanlah piknik, melainkan bencana besar. Foto-foto tersebut menunjukkan bahwa penyergapan ini telah mengakibatkan delapan tentara Israel tewas.
Sejumlah pejuang Qassam membawa senjata yang digunakan dalam operasi ini, yang sering muncul dalam video yang disiarkan oleh kelompok perlawanan tentang operasi tersebut sebelum gencatan senjata.
Nazisme Zionisme
Salah satu pejuang juga memberikan pernyataan tentang operasi yang terjadi di timur Kota Gaza selama perang, rinciannya, cara pelaksanaannya, dan kerugian yang ditimbulkan akibat pendudukan.
Koresponden Al Jazeera, mengutip salah satu pemimpin perlawanan mengatakan Al Qassam melakukan banyak operasi kompleks melawan pasukan pendudukan di timur Kota Gaza.
Menurut pemimpin Qassam, selama perang, daerah ini menjadi saksi pemboman enam rumah. Saat itu pasukan Israel bercokol dengan peluru anti-personil, selain 26 operasi penargetan berbeda, 21 operasi penembak jitu yang ia gambarkan rumit, dan penyerangan terhadap 20 tank dengan peluru Al-Yassin.
Komandan Brigade Qassam wilayah timur, yang diumumkan Israel tewas selama perang, menyerahkan para tahanan ke Palang Merah.
Komandan batalion utara, yang coba dibunuh Israel, juga menghadiri serah terima tersebut. Perlawanan juga memasang spanduk bertuliskan: Nazisme Zionisme dalam Jumlah.
Di atasnya tertulis jumlah martir sipil yang dibunuh pendudukan selama perang, serta cedera dan pembantaian yang dilakukan di berbagai wilayah.
Angka-angka itu mencakup rincian jumlah korban, termasuk perempuan, anak-anak, dan keluarga yang menjadi sasaran dan lainnya yang dihapus seluruhnya dari catatan sipil.
Menurut informasi yang dipublikasikan, 61 ribu orang menjadi syuhada selama agresi Israel, termasuk 13 ribu orang masih berada di bawah reruntuhan.
Republika