Investasi Kuartal III Tembus Rp491,4 Triliun, Berapa Pertumbuhannya?

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kementerian Investasi mencatat, sebanyak 696.478 tenaga kerja terserap dari hasil realisasi investasi pada periode Juli–September 2025.
Dari total nilai investasi, porsi Penanaman Modal Dalam Negeri tercatat sebesar Rp 279,4 triliun atau sekitar 56,9 persen. Untuk Penanaman Modal Asing mencapai Rp 212 triliun atau 43,1 persen dari total investasi kuartal III.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menjelaskan pemerintah akan terus menjaga momentum positif dengan memastikan keberlanjutan proyek-proyek strategis. Serta kepastian berusaha bagi investor domestik dan asing.
Rosan menyampaikan, realisasi investasi nasional pada kuartal III 2025 mencapai Rp 491,4 triliun. Capaian ini tumbuh 13,9 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 431,5 triliun.
Realisasi ini setara dengan 25,8 persen dari target investasi nasional sebesar Rp 1.905,6 triliun yang ditetapkan hingga akhir Desember 2025.
Ia menegaskan, pertumbuhan investasi tersebut menjadi indikator positif terhadap kepercayaan investor di tengah tantangan ekonomi global.
“Yang paling penting bagi kami bukan hanya besarnya angka investasi, tetapi juga dampak terhadap penyerapan tenaga kerja,” kata Rosan dalam konferensi pers, pada Jumat (17/10/2025).
Ia menjelaskan, capaian ini menunjukkan tren positif di tengah situasi geopolitik dan ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian.
Peningkatan proyeksi ekonomi dari lembaga internasional seperti Bank Dunia (World Bank) dan OECD turut memberikan optimisme terhadap kinerja investasi nasional ke depan.
Selain peningkatan nilai, penyebaran investasi juga menunjukkan pergeseran positif. Realisasi di luar Pulau Jawa mencapai 54,1 persen, lebih besar dibandingkan porsi di Jawa sebesar 45,9 persen.
Ia berujar, komposisi ini menggambarkan keberhasilan pemerintah mendorong pemerataan investasi di berbagai daerah.
Rosan menjelaskan, kontribusi terbesar dari luar Jawa berasal dari sektor hilirisasi mineral di Sulawesi Tengah. Daerah itu menjadi pusat pertumbuhan investasi berbasis sumber daya alam yang memberikan dampak langsung terhadap ekonomi lokal dan ekspor nasional.
Dengan capaian tersebut, Kementerian Investasi optimistis bisa menjaga tren pertumbuhan hingga akhir tahun 2025.
Realisasi Investasi Hilirisasi
Adapun realisasi investasi sektor hilirisasi pada triwulan III 2025, menurut Rosan, mencapai Rp150,6 triliun. Nilai tersebut menyumbang 30,6 persen dari total investasi nasional.
Rosan menjelaskan, kontribusi sektor hilirisasi terus meningkat dalam dua tahun terakhir, dari sekitar 25 persen menjadi lebih dari 30 persen.
Ia menilai peningkatan ini menjadi bukti efektivitas kebijakan hilirisasi pemerintah yang bisa menarik investasi bernilai tambah tinggi.
“Program hilirisasi yang dijalankan pemerintah memberikan dampak positif. Kalau dulu kontribusinya sekitar 25–26 persen, sekarang sudah 30,6 persen dari total investasi yang masuk,” ujar imbuhnya.
Rosan merinci, sektor mineral masih menjadi penyumbang terbesar dengan total realisasi Rp97,8 triliun. Dari angka tersebut, nikel menyumbang Rp42 triliun, disusul tembaga Rp21,2 triliun, besi baja Rp9,5 triliun, bauksit Rp5,6 triliun, serta timah Rp5,1 triliun.
Ia menegaskan, dominasi sektor mineral tak lepas dari posisi Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yakni sekitar 42 persen dari total global.
Menteri Investasi menyebut Indonesia kini telah memiliki ekosistem industri Electric Vehicle (EV) Battery yang lengkap, mulai dari penambangan nikel hingga daur ulang baterai.
Menurutnya, fakta demikian menjadikan negara ini salah satu pusat manufaktur energi bersih di kawasan.
“Alhamdulillah ekosistem EV battery di Indonesia sudah lengkap, mulai dari tambang nikel sampai daur ulang baterainya sudah ada di dalam negeri,” ujar Rosan.
Selain mineral, sektor perkebunan dan kehutanan mencatat realisasi investasi Rp35,9 triliun. Komponen terbesar berasal dari kelapa sawit Rp21 triliun, diikuti kayu log Rp11,1 triliun, karet Rp1,6 triliun, serta komoditas lain seperti pala, kelapa, kakao, dan biofuel.
Rosan melanjutkan, sektor minyak dan gas bumi turut menyumbang Rp15,4 triliun, terdiri atas minyak bumi Rp10,4 triliun dan gas bumi Rp5 triliun.
Sedangkan sektor perikanan dan kelautan mencatat investasi Rp1,5 triliun, yang meliputi garam, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rumput laut, rajungan, dan tilapia.
Menurutnya, kolaborasi lintas kementerian dan sektor swasta akan terus diperkuat untuk memperluas hilirisasi ke bidang kehutanan, perikanan, dan kelautan. Potensi ekonomi di sektor-sektor tersebut dinilai sangat besar dan mulai digarap lebih intensif.
Republika