Pengungsi Kembali ke Gaza: Hamas Anggap Kemenangan, Jihad Islam Sebut Inilah Jawaban Kami
REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Para pengungsi warga Palestina berduyun-duyun mulai beringsut ke Gaza. Meski sebelumnya Israel telah mencegah mereka untuk kembali ke Gaza utara, seiring tuduhan Zionis yang menuding Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata.
Namun, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan jika para pengungsi itu akan diizinkan melintas masuk ke Gaza, setelah kesepakatan baru tercapai.
AFP melaporkan, pada Senin (27/1/2025), massa mulai berjalan kaki ke utara di sepanjang jalan pesisir pada Senin pagi waktu setempat. Mereka beramai-ramai membawa barang apa pun yang tersia.
Hamas menyambut kembalinya warga Palestina ke wilayah Jalur Gaza utara. Mereka menilai, hal itu sebagai kemenangan dari rencana Israel menggusur paksa warga Gaza.
"Kembalinya warga yang mengungsi adalah kemenangan bagi rakyat kami, dan menandakan kegagalan dan kekalahan rencana pendudukan dan penggusuran," tegas Hamas dalam sebuah pernyataan, Senin (27/1/2025), dikutip laman Al Arabiya.
Anggota Biro Politik Hamas, Bassem Naim mengatakan kepada AFP bahwa warga Palestina akan menggagalkan rencana Presiden Amerika Donald Trump, yang melempar wacana unutk merelokasi warga Gaza ke luar Palestina.
Rencana itu ditolak tegas warga Gaza dan Hamas. Bahkan, ribuan warga Gaza tetap terus beringsut kembali ke wilayah utara, pada Senin. Mereka kembali pulang usai Hamas mencapai kesepakatan dengan Israel untuk membebaskan enam sandera.
"Rasanya luar biasa ketika Anda kembali ke rumah, kembali ke keluarga, kerabat, dan orang-orang terkasih, dan memeriksa rumah Anda, apakah itu masih rumah?" ujar Ibrahim Abu Hassera, salah seorang pengungsi. Warga Gaza telah menolak upaya untuk merelokasi mereka.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini memiliki rencana merelokasi sebagian dari 2,4 juta penduduk Gaza.
Indonesia disebut-sebut menjadi salah satu tempat pilihan Trump untuk memindahkan warga Gaza.
"Kami katakan kepada Trump dan seluruh dunia: kami tidak akan meninggalkan Palestina atau Gaza, apa pun yang terjadi," kata warga Gaza yang mengungsi, Rashad al-Naji.
Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 15 Januari 2025. Kesepakatan yang dicapai setelah 15 bulan pertempuran tersebut mulai diberlakukan pada 19 Januari 2025. Proses mediasi atau negosiasi disokong Qatar, AS, PBB dan dukungan Mesir.
Jika Hamas menyebut kepulangan pengungsi sebagai kemenangan, sedangkan Jihad Islam menyebutnya sebagai respons bagi yang ingin menggusur rakyat Gaza.
Mengutip Al Jazeera, Jihad Islam menggambarkan pemandangan ini sebagai legendaris, dan menyatakan “kembalinya para pengungsi jawaban bagi siapapun yang bermimpi memindahkan rakyat kami.”
Republika