Home > News

Lembaga Independen MBG Watch Pantau Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis

MBG Watch menyediakan laporan, ringkasan data, dan pemetaan dapur MBG.
Ilustrasi, dapur MBG. 
Ilustrasi, dapur MBG.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – MBG Watch sebagai tim analis independen hadir memantau pelaksanaan MBG dari sisi logistik, kualitas makanan, transparansi, serta dampak sosial dan ekonomi.

Analis Strategis MBG Watch, Rizqan Kamil menyampaikan MBG Watch juga menyediakan data, grafik, dan analisis mendalam. Tujuannya agar publik, media, dan pemangku kepentingan dapat memahami sejauh mana program ini berhasil, beserta tantangan yang dihadapi.

"MBG bukan sekadar program makan gratis, tapi juga intervensi gizi strategis yang berdampak langsung pada sumber daya manusia dan perekonomian lokal," kata Rizqan, Selasa (30/9/2025).

Menurut Rizqan, lembaganya hadir menyediakan seluruh laporan, ringkasan data, dan pemetaan dapur MBG secara transparan.

"Pemantauan independen MBG Watch bertujuan memastikan program berjalan sesuai target dan memberi informasi yang akurat bagi publik," ucapnya.

Menurutnya, program MBG diharap tidak hanya meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia, tapi juga memberi dampak ekonomi lokal melalui pengadaan bahan baku dari petani, peternak, dan UMKM.

Sebelumnya Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mendapati tiga sasaran yang perlu diperbaiki oleh Badan Gizi Nasional (BGN) dalam pelaksanaan program MBG.

JPPI meyakini perbaikan di tiga hal ini setidaknya dapat memperbaiki kualitas MBG. Pertama, JPPI meminta BGN memperbaiki pemahaman gizi dan pangan, misalnya soal menu yang disajikan.

Kedua, JPPI meminta BGN memperbaiki struktur kepemimpinannya sendiri agar tak ada yang keliru. Ketiga, mereka mendorong pelibatan sekolah dan partisipasi masyarakat sipil dalam pelaksanaan MBG.

Sampai kini, program Makanan Bergizi Gratis masih menjadi sorotan nasional. Terutama paska ribuan kasus keracunan di berbagai daerah.

MBG dirancang memutus siklus stunting dan anemia. Cakupan awal 19,5 juta penerima manfaat dan anggaran Rp 71 triliun, serta potensi meningkat hingga 82,9 juta orang dengan anggaran Rp 171 triliun.

Jika dibanding dengan negara lain, MBG menempuh cakupan yang jauh lebih luas, sebagian besar negara hanya menyediakan makanan gratis hingga SD.

Masih Ada Kasus Keracunan

Sampai penghujung September, kasus terjadi kasus keracunan menu MBG.

Kepolisian Sektor Pasar Rebo telah memeriksa lima saksi mulai dari koki hingga orang pengantar program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 01 Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Sebanyak 20 siswa di sekolah itu keracunan pada Selasa (30/9/2025), diduga usai menyantap menu MBG.

"Saat ini yang dimintai keterangan ada lima, dari koki (tukang masak), sekolah dan ada juga pengantar makanan," kata Kapolsek Pasar Rebo AKP I Wayan Wijaya, Selasa.

Selain itu, pihaknya juga sudah meminta keterangan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Badan Gizi Nasional Yayasan Ameena Mulya Indonesia.

Wayan mengungkap, dari penyelidikan awal, ada perbedaan warna, tekstur dan aroma menu mi dalam MBG tersebut.

Di Lombok, Kepolisian Resor Kota Mataram mengungkapkan bakteri Escherichia Coli (E. Coli) diduga menyebabkan sejumlah pelajar di wilayah Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi menu MBG.

Kanit Tindak Pidana Tertentu Satreskrim Polresta Mataram Ipda Imamul Ahyar di Mataram, pada Selasa, mengatakan dugaan ini muncul dari hasil pengecekan sampel sisa MBG dari Laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Mataram.

"Jadi, hasil cek laboratorium BPOM sudah kami terima. Ditemukan bakteri E. Coli di beberapa makanan," katanya. Meski sudah mendapat hasil dari ahli, Ahyar menegaskan pihaknya belum dapat menyimpulkan hal itu sebagai penyebab.

Melainkan, masih ada rangkaian untuk menguatkan alat bukti dalam proses hukum yang berjalan di tahap penyelidikan ini.

Selain kasus keracunan, ada pula temuan limbah dapur MBG yang dikeluhkan masyarakat. Seprti warga di RW 12 Karya Bhakti, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Mereka mengeluhkan bau menyengat di saluran drainase atau selokan di lingkungan perumahan mereka. Bau itu diduga berasal dari limbah dari SPPG atau dapur MBG di lingkungan mereka.

Lurah Larangan Dani Rahmat Permana menjelaskan, pihak yayasan yang mengelola SPPG Harjamukti telah menerima keluhan warga dan sudah menindaklanjutinya.

“Ditindaklanjuti dengan dibersihkannya saluran tersebut,” ujar Dani, Selasa (30/9/2025).

Namun ternyata, bau menyengat itu belum hilang. Karenanya, sudah dilakukan pertemuan antara yayasan pengelola SPPG dan warga dan tercapai kesepakatan bahwa SPPG akan melakukan sejumlah perbaikan.

Ketika ditanyakan mengenai sumber bau menyengat itu, Dani memperkirakan, kemungkinannya berasal dari campuran antara sampah warga dan sampah dari SPPG.

Untuk itu, mereka akan melihat kondisi IPAL yang ada di SPPG tersebut. “IPAL harus ada. Jadi air (limbah) harus diolah dulu sehingga saat keluar ke selokan itu sudah bersih,” kata Dani.

Dani mengatakan, pihak SPPG juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk memperbaiki sistem pengelolaan limbah agar tidak menimbulkan bau ke lingkungan warga.

Ia berujar, pihaknya akan terus melakukan pengawasan agar pelaksanaan MBG berjalan sesuai standar operasional yang berlaku.

“Kita tidak mau di Kelurahan Larangan ini ada kejadian keracunan dari MBG,” kata Dani.

Republika

Image
Republika Network

Sekitarkaltim.ID -

× Image