Presiden Abbas: Gencatan Senjata Langkah Awal Solusi Politik Permanen

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Sebuah kesepakatan gencatan senjata resmi diumumkan untuk menghentikan perang di Jalur Gaza.
Menurut Kantor Berita WAFA, pada Kamis, perjanjian tersebut menetapkan diakhirinya genosida di Gaza, penarikan pasukan pendudukan, masuknya bantuan kemanusiaan, dan pertukaran tahanan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah postingan di platform Truth Social miliknya, "Kami mengumumkan penandatanganan tahap pertama rencana perdamaian. Ini sebagai langkah pertama menuju perdamaian abadi, kami berterima kasih kepada semua mediator yang telah bekerja keras untuk mewujudkan hal ini."
Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan kesepakatan telah dicapai mengenai semua persyaratan dan mekanisme untuk melaksanakan tahap pertama perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Perjanjian mengarah pada berakhirnya genosida, pembebasan sandera Israel dan tahanan Palestina, serta masuknya bantuan.
Pada akhir September lalu, Presiden Trump mengumumkan rencana mengakhiri perang di Jalur Gaza dan mencapai perdamaian di Timur Tengah.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan negara Palestina adalah negara yang merdeka dan berdaulat dan mitra alami bagi stabilitas di kawasan itu. Bahwa waktunya telah tiba untuk perdamaian abadi yang menjamin keamanan dan keadilan bagi semua rakyat di kawasan itu.
Ia menyatakan harapannya bahwa upaya ini akan menjadi langkah awal untuk mencapai solusi politik permanen, seperti yang diumumkan Presiden Trump.
Gencatan senjata ini berujung berakhirnya pendudukan Israel atas Palestina dan pembentukan negara Palestina merdeka di perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Presiden menekankan perlunya semua pihak berkomitmen pada pelaksanaan segera perjanjian tersebut, termasuk pembebasan semua sandera dan tahanan, masuknya bantuan kemanusiaan mendesak melalui organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, pencegahan pengungsian atau aneksasi, dan dimulainya proses rekonstruksi.
Ia mengingatkan komunitas internasional akan tanggung jawabnya untuk mendesak Israel menghentikan semua tindakan sepihaknya yang melanggar hukum internasional, terutama penghentian aktivitas permukiman dan terorisme pemukim.
Abbas menyerukan pelucutan senjata para pemukim, penghentian ujaran kebencian yang dipraktikkan oleh pemerintah ekstremis ini terhadap rakyat Palestina, dan penghentian serangan terhadap tempat-tempat suci Islam dan Kristen.
Presiden Abbas juga menyerukan perlunya menghentikan upaya melemahkan lembaga Otoritas Palestina melalui pemotongan pendapatan pajak, pencekikan ekonomi Palestina, dan penerapan pos pemeriksaan militer.
Ia juga memuji upaya signifikan Trump. Saat itu, ia menegaskan kesiapan Negara Palestina untuk bekerja secara konstruktif dengan Presiden Trump, semua mitra terkait, para ketua bersama Konferensi Perdamaian Internasional di New York, dan semua anggota Dewan Keamanan, untuk mencapai stabilitas dan perdamaian yang adil dan abadi sesuai hukum internasional.
Abbas menekankan, "Yang penting bagi kita saat ini komitmen untuk gencatan senjata sepenuhnya, pembebasan semua sandera dan tahanan, pengiriman bantuan kemanusiaan mendesak melalui organisasi PBB, memastikan pencegahan pengungsian, dan dimulainya proses rekonstruksi."
Presiden Abbas menegaskan kedaulatan atas Jalur Gaza adalah milik negara Palestina, dan hubungan antara Tepi Barat dan Jalur Gaza harus dicapai melalui hukum dan lembaga pemerintahan Palestina.
Hamas Minta Seluruh Tahanan Dibebaskan
Kelompok pejuang Palestina Hamas telah mengonfirmasi pihaknya mencapai kesepakatan mengakhiri genosida di Jalur Gaza dan memastikan penarikan pasukan Israel.
"Hamas mengumumkan telah mencapai sebuah kesepakatan yang meliputi berakhirnya perang di Jalur Gaza, penarikan pasukan Israel, pengiriman bantuan serta pertukaran tahanan," kata kelompok tersebut melalui pernyataan, Rabu.
Hamas juga mendesak Presiden Trump dan negara-negara penjamin perjanjian Gaza untuk mewajibkan Israel menjalankan kesepakatan tersebut.
"Kami menekankan bahwa pengorbanan rakyat kami tidak akan sia-sia. Kami akan tetap setia pada janji kami dan tidak akan melepaskan hak-hak nasional rakyat kami, termasuk kebebasan, kemerdekaan dan hak untuk menentukan nasib sendiri," demikian isi pernyataan tersebut.
Hamas juga telah menyerahkan daftar panjang berisi nama-nama warga Palestina yang mereka minta harus dibebaskan Israel.
Lewat pernyataan via Telegram, tahanan Palestina akan dilepas melalui proses pertukaran tahanan yang sejalan dengan kriteria yang disetujui dalam perjanjian gencatan senjata.
Pernyataan Hamas menegaskan, para tahanan Palestina yang saat ini berada di penjara Israel menjadi prioritas utama Hamas. Upaya ini akan terus berlanjut "hingga tahanan terakhir Palestina dibebaskan".
Selain itu, melalui keterangan dari sumber Hamas, Channel 12 melansir Hamas tidak akan menyerah untuk berupaya membebaskan para tokoh mereka meski harga yang dibayar kegagalan dari perundingan.
Di Israel kini masih ada 303 tahanan yang menjalani hukuman penjara seumur hidup.
Hamas Akan Bebaskan Sandera
Di sisi lain, dalam waktu dekat Hamas juga akan membebaskan setidaknya beberapa tawanan Israel yang akan 'ditukar' oleh tahanan Palestina.
Hamas mengatakan kesepakatan itu akan memastikan penarikan pasukan Israel serta memungkinkan masuknya bantuan dan pertukaran sandera dan tahanan.
Hamas berencana membebaskan semua 20 sandera yang masih hidup pada akhir pekan ini, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut dilansir The Associated Press.
Sebelumnya, pernyataan gencatan senjata disampaikan Presiden Amerika Donald Trump, pada Rabu (8/10/2025). Ia mengumumkan gencatan senjata ini menjadi terobosan terbesar dalam beberapa bulan terakhir usai genosida selama dua tahun.
"Ini berarti semua sandera dibebaskan, Israel akan menarik pasukan mereka ke garis yang disepakati sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, bertahan lama, dan abadi," tulis Trump di media sosial. Trump juga berjanji, "Semua pihak akan diperlakukan secara adil!"
Mila