Ekonomi Tumbuh Positif, Transaksi Non-Tunai di Kaltim Capai 55 Persen

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur terus menunjukkan tren positif. Salah satunya didorong peningkatan transaksi digital di provinsi ini.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, menyamapikan Kaltim menjadi provinsi dengan transaksi non-tunai tertinggi di Kalimantan.
Nilanya, mencapai 55 persen dari total transaksi digital di seluruh Kalimantan.                            
                            
“Yang mendukung pertumbuhan ekonomi juga tingginya transaksi digital kita. Ini membantu percepatan transaksi di sektor ritel,” papar Budi, melalui laman Pemprov, Jumat. Ia bilang, angka ini menunjukkan peran signifikan Kaltim dalam ekosistem ekonomi digital di kawasan Kalimantan.
“Bisa dibayangkan, 45 persen sisanya baru tersebar di wilayah Kalimantan lainnya. Jadi kita ini termasuk yang paling tinggi untuk transaksi non-tunai,” ujarnya.
Budi mengapresiasi sinergi antara Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta perbankan dan pelaku sistem pembayaran di Kaltim yang terus memperkuat ekosistem transaksi digital.
Ia bersyukur dengan sinergi lintas kelembagaan tersebut.
“Alhamdulillah, kerja sama antara BI, OJK, dan teman-teman perbankan serta pelaku sistem pembayaran sangat baik dan kompak. Kita bisa lihat dari sisi pengguna dan merchant, sekarang sudah terbiasa menggunakan QRIS dan Electronic Data Capture (EDC),” jelasnya.
Menurutnya, tren pembayaran non-tunai di Kaltim terus mengalami lonjakan signifikan.
“Pembayaran non-tunai terus kita kembangkan di Bumi Etam. Alhamdulillah, perkembangannya terus di atas 100 persen, bahkan sempat mencapai 300 persen,” ujarnya.
QRIS Digunakan 60 Juta Pengguna
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan pemanfaatan sektor keuangan digital melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) telah menjangkau jutaan pelaku usaha, termasuk warung kecil dan pelaku UMKM.
Data Bank Indonesia mencatat, QRIS telah digunakan hampir 60 juta pengguna, sekitar 93 persen di antaranya adalah UMKM. Hal ini mencerminkan digitalisasi keuangan telah tumbuh secara organik dari masyarakat.
Ia menyampaikan transformasi digital memiliki peran penting mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Airlangga menargetkan nilai ekonomi digital Indonesia dapat menembus 360 miliar dolar AS dalam lima tahun mendatang.
“Tahun 2024, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 90 miliar dolar AS dan diproyeksikan melonjak hingga 360 miliar dolar AS pada tahun 2030,” paparnya, dilansir Republika, Kamis (30/10/2025).
Ia menuturkan, proyeksi ini sejalan dengan pertumbuhan pesat ekonomi digital Indonesia yang kini menjadi salah satu terbesar di kawasan ASEAN. Sekaligus penopang akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurutnya salah satu sektor pendorong ekonomi digital adalah sektor keuangan digital.
“Bapak Presiden berpesan agar dilakukan elektronifikasi program pemerintah, di mana setiap keluarga Indonesia harus memiliki rekening keuangan formal agar penyaluran berbagai program, seperti bantuan sosial, lebih tepat sasaran,” ujarnya.
Yan Andri
 
              
 
                                 Sports - 31 Oct 2025
        Sports - 31 Oct 2025
         
              
              
              
             