Profil Buronan ICC, Netanyahu Sang Penjahat Kemanusiaan

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kantor Berita WAFA, Jumat (8/8/2025) melaporkan korban tewas di Jalur Gaza telah mencapai 61.330 orang. Mayoritas perempuan dan anak-anak, sejak dimulainya genosida yang dilakukan zionis Israel pada Oktober 2023.
Selain puluhan ribu tewas, sedikitnya 152.359 orang lainnya terluka. Jumlah korban ini masih belum lengkap, karena banyak korban terjebak di bawah reruntuhan, yttal dapat diakses kru penyelamat.
Sumber medis mengonfirmasi sejak zionis Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan genosida di Gaza 18 Maret 2025, setidaknya 9.824 warga sipil telah tewas dan 40.318 lainnya terluka.
Pada 4 Juni 2025, Republika mewartakan, perwira tentara pendudukan Israel mengungkapkan lebih dari 10 ribu tentara Israel terbunuh dan terluka selama perang di Jalur Gaza. Media Israel melaporkan adanya kritik yang meningkat dalam tubuh militer atas cara kerja sistem cadangan.
Sejumlah pihak menilai, genosida yang terjadi di Gaza dijadikan tameng untuk mengalihkan perhatian rival politik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang akan menggeser kursinya.
Beberapa kali Netanyahu terancam digulingkan. Bagaimana jejaknya?
Sejak bertahun-tahun, Netanyahu punya banyak musuh. Mereka berbaris mengambil tindakan terhadap Netanyahu, namun dengan dalih ancaman terhadap Israel, ia terus memerangi Gaza, Yaman, Lebanon, sampai mengebom Iran. Hal itu menjadi alat baginya agar lolos dari ancaman penggulingan.
Ketika popularitas Netanyahu merosot, salah satu rivalnya, mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz kerap mengkritik Netanyahu atas serangan Hamas. Gantz juga anggota kabinet perang Netanyahu.
Rival politik Netanyahu lainnya, Yair Lapid, yang juga menyiratkan keinginannya untuk menggantikan Netanyahu. Jejak politik Netanyahu telah dimulai sejak puluhan tahun silam.
Ia tersohor dengan sebutan: bibi. Dan menjadi tokoh sentral politik Israel sejak era 1990.
Usia tiki taka politiknya yang dihiasi perpecahan telah menjadikannya pemimpin zionis sebanyak enam kali. Jumlah ini lebih banyak dari perdana menteri mana pun dalam sejarah Israel.
Skandal Penuh Cela
Dalam proses politiknya, Netanyahu kerap dibayangi persidangan pidana atas kasus suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan. Rival politiknya menilai sebagai ancaman bagi demokrasi Israel.
Netanyahu mengalami investigasi korupsi, yang berujung pada dugaan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan atas tiga kasus terpisah November 2019. Kemudian, ia diduga mendapat cuan besar dari sejumlah pengusaha yang membantunya mendanai settingan propaganda dan pencitraan.
Meski begitu, Netanyahu selalu membantahnya.
Dalam menahkodai Israel, pria berusia 76 tahun ini bisa bertahan menjadi pemimpin terlama di Israel. Namun, selama kepemimpinannya, Netanyahu tersohor penuh cela hingga ia berstatus buronan International Criminal Court (ICC) atau Pengadilan Kriminal Internasional.
ICC menilai Netanyahu melakukan kejahatan perang dan genosida di Gaza. Surat perintah penangkapan dikeluarkan akhir 2024, yang turut menargetkan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Mereka menjadi buronan atas kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan dalam genosida di Jalur Gaza yang pecah sejak Oktober 2023. ICC menyatakan pihaknya menemukan alasan yang meyakini jika Netanyahu dan Gallant memikul tanggung jawab pidana atas kejahatan mereka.
Yakni, pembunuhan, pengeboman, kelaparan sebagai metode genosida di Gaza dan bentuk kejahatan kemanusiaan lain. Seperti penganiayaan dan aneka tindakan tidak manusiawi terhadap warga Palestina.
Perang Jadi Tameng Hindari Pemakzulan
Netanyahu lahir di Tel Aviv tahun 1949. Di tahun 1963, keluarganya pindah ke Amerika Serikat saat ayahnya Benzion, sang aktivis zionis, mendapat jabatan akademis.
Di usia 18 tahun, Netanyahu kembali ke Israel dan menghabiskan lima tahun di ketentaraan. Ia sempat bertugas sebagai kapten dalam unit komando elit, Sayeret Matkal.
Netanyahu pernah terluka dalam serangan sebuah pesawat Belgia yang mendarat di Israel tahun 1972, dan bertempur dalam perang Timur Tengah tahun 1973.
Tiga tahun berselang, di kisaran 1976, saudara Netanyahu yang bernama Jonathan, tewas dibunuh saat memimpin serangan dari pesawat yang dibajak di Uganda. Peristiwa ini menjadikan keluarga Netanyahu tersohor di Israel.
Pad tahun 1988, Netanyahu masuk dalam percaturan politik dan memenangkan kursi Partai Likud di Parlemen. Ia bahkan didapuk menjadi wakil menteri luar negeri.
Karir politiknya terus naik, hingga menjadi ketua partai. Namun, Netanyahu kehilangan jabatannya di tahun 1999 setelah mengadakan pemilu 17 bulan lebih awal.
Ia dikalahkan pemimpin Partai Buruh Ehud Barak, yang juga mantan komandan Netanyahu. Usai kekalahan itu, ia mengundurkan diri sebagai pemimpin Likud dan digantikan Ariel Sharon: Sang Penjagal.
Usai Sharon terpilih sebagai perdana menteri di tahun 2001, Netanyahu kembali ke pemerintahan. Saat itu, ia menempati jabatan strategis. Mulai menteri luar negeri, lalu menteri keuangan.
Ketika Sharon mulai didera penyakit sampai koma selama delapan tahun, Netanyahu kembali mengambil alih kepemimpinan di Partai Likuid. Sharon akhirnya tewas mengenaskan pada 11 Januari 2014, kala usianya menginjak 85 tahun.
Setelah Netanyahu mengambil tongkat komando Partai Likud, ia terpilih sebagai perdana menteri untuk kedua kalinya di bulan Maret 2009. Saat ia kembali menjabat, kebrutalannya terus ditunjukan dengan melakukan pembantaian di Gaza.
Aksi militernya di bawah kepemimpinan Netanyahu, berulang kali membawa Israel dalam konfrontasi di Gaza. Kala itu, kursi perdana menteri Netantahu mulai digoyang berkali-kali.
Apalagi terjadi serangkaian pemilu yang diduga penuh kecurangan. Namun pada Mei 2021 terjadi konflik berkepanjangan belasan tahun. Aksi militer ini akhirnya menghentikan upaya pemakzulan Netanyahu dari rival-rival politik yang sering menentangnya.
Keluarga dan Jejak Politik Netanyahu
Nama: Benjamin Netanyahu
Lahir: 21 Oktober 1949 di Tel Aviv, Israel
Usia: 76 tahun (terhitung tahun 2025)
Agama: Yudaisme
Istri: Sara Netanyahu
Anak-anak:
Yair Netanyahu, lahir 1991, ia aktif di politik
Avner Netanyahu, lahir 1994
Karir Politik
Partai: Likud
Jabatan: Perdana Menteri Israel (periode ke-6, sejak 2022)
Duta Besar Israel untuk PBB (1984–1988)
Ketua Partai Likud (sejak 1993)
Menjabat Perdana Menteri Israel sebanyak enam kali (1996–1999, 2009–2021, 2022–sekarang).
1996-1999: Jabat Perdana Menteri mengalahkan Shimon Peres.
1999: Kalah dalam pemilihan.
2002-2003: Jabat Menteri Luar Negeri.
2003-2005: Jabat Menteri Keuangan, lalu resign.
Desember 2005: Ambil alih kembali posisi Ketua Partai Likud.
2009-2021: Jabat Perdana Menteri, merangkap jabatan strategis lain.
2022-Sekarang: Jabat Perdana Menteri, lagi.
Dipengaruhi Intervensi Sang Istri
Kebijakan yang diambil Netanyahu kerap diambil lantaran pengaruh intervensi dari sang istri, Sara Netanyahu. Sara adalah psikiater anak, meski tak menjabat dalam posisi politik atau pemerintahan, namun pengaruhnya luar biasa.
Forbes, mengutip sebuah sumber yang mengungkap pengaruh Sara sampai berdampak pada penunjukan pejabat senior pemerintah.
Sara tidak terlibat langsung soal kebijakan ekonomi, militer, atau diplomatik. Bahkan, untuk kebijakan publik seperti pajak dan bantuan sosial, Sara juga tak terlibat.
“Tapi, ia terlibat dalam memutuskan siapa orang-orang yang akan membuat keputusan penting,” beber sumber yang bekerja erat dengan keluarga Netanyahu, dilaporkan Forbes.
Bahkan, sebagian besar penunjukan di sekitar perdana menteri dilakukan Sara Netanyahu. “Peran utama di kantor terpenting di Israel serta pekerjaan pemerintah kecil, ia terlibat semuanya,” imbuh sumber Forbes, yang tak ditulis namanya.
Dalam kesehariannya, Sara kerap tinggal di Amerika. Di sana, ia kerap mengunjungi putra sulungnya Yair Netanyahu. Keluarga Netanyahu kerap tersandung tuduhan bertahun-tahun lantaran dugaan menyalahgunakan keuangan negara untuk tujuan pribadi mereka.
Meski polisi setempat pernah melakukan penyelidikan terhadap Sara Netanyahu atas tuduhan intimidasi saksi korupsi terhadap suaminya, namun sampai kini, Sara dan suaminya selamat dari ancaman jeruji besi.
Rezim Penindas
Menurut laporan Republika, yang menukil artikel surat kabar, Zaman Israel, Eyal Rotfeld menyamakan realitas politik di Israel pada 2025. Dengan negara totaliter yang digambarkan penulis Inggris George Orwell dalam novelnya yang terkenal, "1984".
Penulis itu percaya apa yang diramalkan Orwell hampir delapan dekade lalu tidak lagi hanya fantasi gelap. Melainkan, telah berubah menjadi realitas yang hidup di Israel, disiarkan langsung di layar televisi dan menyebar melalui platform media sosial.
Ia menambahkan, "1984" tidak menua, tapi meremajakan, bukan sebagai karya sastra klasik. Akan tetapi sebagai lonceng peringatan kemunduran masyarakat di bawah rezim-rezim penindas. Yang memalsukan fakta dan memerintah dengan memunculkan ketakutan dan opini publik yang menyesatkan.
Menurut penulis, apa yang terjadi di Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan "revolusi partai" yang melanda Israel lebih dari satu dekade lalu, telah melampaui ramalan Orwell.
Novelis Inggris ini menggambarkan rezim totaliter pemerintah melalui penindasan brutal dan pengendalian pikiran. Adapun kediktatoran jenis baru terbentuk di Israel, meski tak bergantung pada hukum represif, tapi menggunakan alat demokratis, seolah-olah— membangun hegemoni intelektual dan media yang mencekik.
Penulis menunjukkan otoritas di Israel tidak memalsukan sejarah diam-diam, seperti yang dilakukan rezim-rezim represif di masa lalu. Namun, di hadapan publik, di depan lensa kamera, dan melalui cuitan, pidato, dan pernyataan para politisi yang disiarkan televisi.
Sebagian besar masyarakat Israel tidak hanya mempercayai pemalsuan ini, tapi juga menginginkan dan menuntutnya. Bahkan, tuntutan terhadap Netanyahu terus menggema senatero dunia.
Masyarakat global mendesak agar Netanyahu segera diadili dan dihukum berat. Namun, berkali-kali ia bertemu Presiden Amerika, Donald Trump, dan sempat berkunjung ke Hongaria, tapi masih saja lolos.
Padahal, status Netanyahu adalah buronan penjahat perang dan penjahat kemanusiaan. Keseriusan Mahkamah Pidana Internasional, pun terus dipertanyakan masyarakat dunia. Sampai hari ini.
Rudi Agung