Home > Kolom

Kerajaan MBG

Apalagi mereka begitu mudah menipu raja, membuat laporan bagus-bagus asal raja gembira.
Ilustrasi, rakyat dari Kerajaan Mangan Batu Gendeng, keracunan massal. (AI)
Ilustrasi, rakyat dari Kerajaan Mangan Batu Gendeng, keracunan massal. (AI)

Raja Prabu Sumanto sangat percaya pada seluruh abdi kerajaannya. Padahal, diam-diam mereka ingin menggulingkan tahta Prabu dari Kerajaan MBG.

Al kisah, di kerajaan Mangan Batu Gendeng atau kerajaan MBG, tersebut lah sebuah raja besar bernama: Prabu Sumanto. Meski tak ada warisan darah biru, tapi ia kerabat dekat dari raja sebelumnya. Ia pun bisa naik tahta.

Ketika diangkat sebagai raja, Raja Prabu punya keinginan kuat untuk memberi makan seluruh rakyat Kerajaan MBG.

Ia meminta seluruh abdi kerajaan agar upeti yang dikumpulkan dari rakyatnya, dikelola untuk dijadikan makanan rakyat seadanya, yang dibagikan ke rakyat Kerajaan MBG.

Kerajaan Mangan Batu Gendeng memang tertinggal dibanding kerajaan-kerajaan lain, yang jauh lebih maju. Karena itu Raja Prabu ingin mengejar ketertinggalan tersebut. Salah satunya dengan membuat rancangan strategi membagikan Makanan Rakyat Seadanya alias MRA.

Uang yang digunakan itu diambil dari kas kerajaan yang sebelumnya digunakan untuk kemajuan pendidikan rakyat MBG.

Lewat anggaran yang besar, tentu saja, para abdi kerajaan yang mata duitan menganggap hal ini sebagai kesempatan. Sebuah jalan pintas mengumpulkan kekayaan berkedok menjalankan program makan dari sebuah titah raja.

Para abdi nakal itu mengumpulkan jejaringnya. Membentuk dapur-dapur rakyat lewat gerbong mereka. Kemudian membuka lowongan pekerjaan tanpa syarat ketat. Asal dapur bisa berjalan, mereka sudah senang.

Yang penting ada setoran. Kepingan cuan harus masuk ke kantong mereka. Cuan yang diambil dari upeti potongan harga Makanan Rakyat Seadanya. Mereka pikir: toh kerajaan sudah memberi makanan gratis. Bagi-bagi makanan yang belum pernah dilakukan raja-raja sebelumnya. Ini benar-benar kesempatan.

Menu dibuat seadanya. Besaran uang per menu dipotong habis-habisan. Dapur dikelola asal-asalan. Sambil mendapat kekayaan dari potongan cuan, mereka juga berhasil pelan-pelan menjalankan skenario besar: program ini akan mendowngrade nama baik Raja Prabu.

Hingga nanti pada saatnya akan mudah digulingkan. Begitu pikir mereka, para abdi jahat yang serakah tanpa rasa kemanusiaan.

Apalagi mereka begitu mudah menipu raja, membuat laporan bagus-bagus asal raja gembira.

Seiring berjalannya program Makanan Rakyat Seadanya, banyak dari rakyat yang keracunan. Hari demi hari korban berjatuhan. Korban menyebar ke beberapa wilayah karisedenan.

Karena besarnya jumlah korban, rakyat mulai marah. Mereka meminta raja menghentikan sementara program ambisiusnya. Tapi karena bisikan abdi jahat, raja tetap meneruskan program tersebut.

Bahkan, Raja Prabu dibisiki: jumlah korban cuma sedikit dibanding makanan yang telah dibagikan. Hanya 0,00017 persen. Program Makan Rakyat Seadanya harus jalan terus. Begitu bisikan abdi jahat, yang kemudian diaminkan raja.

Raja Prabu pun mengeluarkan titah bahwa jumlah korban hanya sedikit. Program harus terus berjalan. Anggaran pun ditambah lebih banyak. Tujuannya agar lebih banyak rakyat yang bisa makan seadanya.

Raja tidak peduli kondisi lapangan. Padahal rakyat dijejali makanan berisi cacing, belatung, kecoa. Dijejali makanan bau, basi hingga akhirnya banyak terjadi rentatan kasus keracunan massal.

Tapi raja bergeming.

Toh ia mendapat bisikan dari abdi jahat jika rakyat senang dengan strategi makanan seadanya. Abdi jahat bilang ke raja, program makanan ini sangat berhasil dan dipuji kerajaan lain yang lebih dulu menggunakan strategi membagikan makanan untuk rakyat.

Abdi jahat itu pun seakan-akan membela raja. Ia bilang kerajaan-kerajaan lain yang lebih maju juga pernah mengalami keracunan massal saat membagi makanan untuk rakyatnya.

Karena itu, jika terjadi keracunan massal di Kerajaan MBG itu hal biasa.

Toh kerajaan lain pernah mengalaminya. Bukan hanya di Kerajaan MBG. Abdi jahat itu pun berpura-pura nangis, seakan kasihan terhadap korban keracunan.

Tapi ia tak mau jika program dihentikan. Tak mau juga mundur meski sudah didesak rakyat.

Alasannya semua karena titah raja. Alasannya raja yang mau agar program ini terus berjalan. Alasannya karena ia masih dibutuhkan raja.

Sambil diam-diam mengumpulkan potongan cuan dari anak buahnya. Yang diambil dari pungli-pungli program Makanan Rakyat Seadanya.

Di lapangan, rakyat mulai melawan. Rakyat menolak program makanan raja. Mereka trauma. Tak mau lagi keracunan. Mereka menolak apapun menu yang disajikan dari program raja.

Meski begitu, gerombolan abdi jahat tak peduli. Yang penting selama program berjalan, keuntungan tidak berhenti. Cuan terus mengalir sampai deras.

Masa bodoh dengan jatuhnya korban. Yang penting bisa mengumpulkan kekayaan.

Mereka justru kepengen korban terus berjatuhan agar program raja Prabu terus buruk di mata rakyat. Yang akhirnya raja yang disalahkan. Dan pada saatnya akan lebih mudah digulingkan.

Alhamdulillah, untung saja kerajaan MBG sesungguhnya tidak pernah ada. Semua ini hanya kisah imajiner. Kisah kerajaan dalam imajinasi. Semoga tak terjadi di dunia nyata.

Shalaalahu alaa Muhammad.

Rudi Agung

Image
Republika Network

Sekitarkaltim.ID -

× Image